After Met You - Bab 39 Direktur Candra Gail Sudah Menikah? Ternyata Istrinya Seorang Perempuan!

Yuni Lim tidak mengerti adalah bagaimana dua kata dari sebutan “Nyonya Candra” ini menyebar dengan cepatnya di dalam perusahaan.

Siang hari saat Candra membawanya untuk pergi makan di luar, dengan tidak sengaja ia mendengar percakapan antara dua orang karyawan PT. Yunteng.

“Apa kamu sudah melihat istri Direktur Candra? Cantik sekali.”

“Memangnya Direktur Candra sudah menikah?”

“Seharusnya sih sudah. Kata Direktur Paige, wanita itu adalah orang dari keluarga Direktur Candra.”

“Jadi Direktur Candra sudah menikah? Istrinya seorang perempuan pula! Astaga, Direktur Paige pasti sedih sekali!”

“Sst, jangan bicara lagi. Lihat itu, Direktur Candra dan istrinya datang...”

“Salam kepada Direktur Candra dan Nyonya Candra!” Kedua karyawan itu dengan serentak memberi salam dan membungkuk 90 derajat layaknya prajurit yang bertemu dengan komandannya.

“Halo.” jawab Yuni Lim tetap dengan ekspresi dinginnya, walaupun detak jantungnya sudah berderu kencang.

Ia mendengar semuanya, bahkan sampai kalimat terakhirnya!

Sebenarnya ia juga ingin tahu, kenapa istri Candra tidak boleh seorang perempuan. Lalu, apa maksudnya dengan Alex Paige bersedih?

Candra menaikkan alisnya sambil menatap kedua karyawan itu. Dengan suara hangat ia berujar: “Kalian sudah makan?”

Mendengar pertanyaan itu membuat raut wajah kedua karyawan itu berubah. Dengan sedikit terbata mereka menjawab: “Be... Belum.”

Candra menyunggingkan bibirnya dan tertawa. Walaupun terlihat seperti sedang mengeluarkan amarahnya, tapi ternyata suaranya tetap hangat: “Kalau begitu, cepat pergi makan. Bagaimana bisa bekerja kalau perut lapar.”

Mendengar perkataannya, kedua karyawan itu segera menganggukan kepala mereka: “Sekarang kami langsung pergi...”

Mereka lalu menggerakkan kaki dan berlari pergi.

“Duak!”

Yuni Lim menengadahkan kepalanya untuk melihat bunyi apa itu dan menyadari bahwa kedua karyawan tadi berlari terlalu cepat sehingga menabrak pintu kaca.

Ia yang hanya melihat saja merasa kesakitan, tapi kedua karyawan itu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan berlari pergi lebih cepat.

Yuni Lim: “……”

Ia dengan ragu menolehkan kepalanya dan memandang Candra: “Mereka takut padamu ya?”

“Benarkah?” Raut wajah Candra tetap serius meskipun nada bicaranya terdengar menyelidik, seperti merasa adanya kejanggalan.

Kalau Candra Gail merasa tidak ada yang janggal, itu baru aneh. Yuni Lim tidak buta.

Tapi kalaupun ia dikatakan buta, maka Yuni Lim mengakui bahwa ia memang buta terhadap satu hal.

Yaitu menikahi Candra Gail.

Saat pertama kali bertemu dengan pria itu di Istana Yurich, kesan pertamanya saat melihat Candra adalah pria itu merupakan sosok yang tertutup dan misterius.

Setelah menikah pun Candra masih tetap misterius dan tertutup. Walaupun Candra mengganti pakaiannya saat memasak sarapan untuknya, Yuni Lim juga tidak pernah mencium sedikit pun bau asap masak dari tubuh Candra.

Dan yang terpenting adalah, Candra tidak pernah menyakitinya sepanjang waktu, malah justru memanjakannya.

Maniak! Aneh! Nakal! Tidak tahu malu!

Tapi, tidak pernah sekalipun Candra membuat Yuni Lim merasa kesal.

Candra membawa Yuni Lim pergi ke restoran terdekat dari kantor.

Mereka baru saja duduk ketika Alex Paige tiba-tiba saja muncul entah darimana.

“Candra Gail, Nona Lim, ternyata kalian juga makan di sini? Kita makan bersama saja bagaimana? Kalian tidak keberatan, bukan?”

Alex Paige berkata saat ia sendiri juga sudah duduk. Sambil tersenyum kecil, tatapannya menyapu meja tempat kedua orang itu duduk.

Wajah Yuni Lim tidak menunjukkan ekspresi apapun. Kalaupun ia keberatan, memangnya mau bagaimana lagi? Apalagi Alex Paige jelas-jelas sudah duduk di mejanya.

Candra memandang Alex Paige sekilas dan sedikit mengerutkan alisnya: “Silakan panggil dia Nyonya Candra.”

“Aduh, tidak perlu terlalu formal begitu. Aku dan Candra sudah sepuluh tahun lebih bersahabat, tentu kamu tidak keberatan apabila aku memanggilmu Yuni, bukan?”

Alex Paige mengarahkan kepalanya menatap Yuni Lim.

Salah satu tangan Yuni Lim memegang gelas kaca di atas meja, tidak jelas mau mengeluarkan ekspresi seperti apa.

“Sedang makan juga tidak berhenti bicara?” Candra menyodorkan, atau lebih tepatnya hampir seperti melempar buku menu ke hadapan Alex Paige. Raut kesal terlihat jelas pada wajah Candra.

Tapi, Alex Paige merasa biasa saja. Ia menerima buku menu itu dan langsung memesan makanan.

……

Setelah makan, Yuni Lim langsung bergegas pergi.

Ia merasa PT. Yunteng sangat aneh.

Tadi pagi, ia mencoba pergi untuk mencari pengacara bermarga Fu itu. Namun karena tidak membuahkan hasil, Yuni Lim memutuskan untuk pergi lagi dan mencoba peruntungannya saat sore hari.

Jadi, setelah ia meninggalkan PT. Yunteng, Yuni Lim berencana pergi ke daerah kota tua.

Hanya saja saat Yuni Lim hendak beranjak pergi, Candra menahannya.

Kamu mau pergi kemana? Tidak menungguku pulang kerja dan pulang bersama?”

Candra berdiri di hadapannya dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong celananya. Kakinya panjang dan tegap dan sebelah kakinya bergerak setengah langkah keluar, menunjukkan sebuah pose yang sangat biasa dan kasual tapi terlihat sempurna.

Yuni Lim yang ingin cepat-cepat pergi bahkan tidak melihatnya: “Tidak bisa, aku pergi dulu.”

Tepat pada saat itu, sebuah taksi datang dan Yuni Lim mencegatnya. Ia pun langsung melangkah masuk dan duduk, sama sekali tidak memberi Candra kesempatan untuk menahannya.

Candra Gail tidak melepaskan pandangannya dari taksi yang sudah berjalan pergi dan Alex Paige lagi-lagi muncul entah darimana.

Ia mengikuti arah pandang Candra, dan tidak melihat apapun. Ia lalu menyenggol pundak Candra dan berkata: “Bayangan orangnya saja sudah tidak terlihat, kamu masih lihat apa lagi! Ckckck!”

Candra menoleh dan dengan dingin menatap sekilas mata Alex Paige. Candra lalu berjalan lurus dan masuk ke gedung perusahaan.

Alex Paige mengikutinya dari belakang dan mulai berbicara tak henti.

“Menurutku, sikapmu yang seperti ini terhadap Yuni Lim tidaklah pantas. Aku rasa wanita ini cukup baik, tidak sama seperti wanita-wanita lain diluar sana...”

“Wajahnya cukup cantik dan perawakannya pun menarik..”

Candra tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia lalu menoleh pada Alex Paige dan menatapnya sambil tertawa dingin: “Aku rasa beberapa hari ini kamu terlalu banyak menganggur. Karena ada sedikit kemajuan pada hal yang susah payah ingin kuselidiki, mungkin sebaiknya aku mengundurkan diri dan fokus menyelidiki hal itu saja."

Raut wajah Alex Paige langsung berubah: “Jangan begitu, bagaimana kalau posisi seorang bos dipegang olehmu saja? Kamu jangan mengundurkan diri...”

Candra memilih untuk tidak menghiraukannya.

Alex Paige pun berkata lagi: “Katakan yang sebenarnya, bukankah perasaanmu terhadap Yuni Lim sedikit berubah?”

Jawaban yang Alex Paige terima adalah punggung Candra yang dingin.

……

Yuni Lim kembali lagi ke daerah kota tua itu, dan akhirnya menemukan Gang CongMing.

Yuni Lim pun pergi dari pintu ke pintu untuk mencari informasi.

“Halo, maaf saya mau bertanya, apakah ada seorang pengacara bermarga Fu yang tinggal di sini? Umurnya sekitar 45 tahun.”

Yuni Lim merasa sangat lemah, tapi ia juga tidak memiliki cara lain. Ia benar-benar tidak ingat.

“Tidak ada.”

Yuni Lim menggelengkan kepalanya dan mengucapkan terimakasih. Sekali lagi, ia mendapatkan jawaban yang mengecewakan.

Yuni Lim pun melangkah keluar dari Gang CongMing. Ia berjongkok di pinggir jalan sambil berkecil hati. Tangannya secara tidak sadar terulur dan mengambil sebuah daun yang gugur, sekujur tubuhnya terlihat seolah tidak bernyawa dan tidak berwujud.

Sebenarnya, apakah masih ada cara lain?

Pada akhirnya, tidak ada cara lain yang terpikirkan oleh Yuni Lim dan ia hanya bisa berjalan pulang.

Sesampainya dirumah, Yuni Lim membersihkan diri, lalu merebahkan dirinya di sofa sambil menonton televisi sampai akhirnya tersadar karena dering telepon yang masuk.

Begitu nama Candra terlihat di layar ponselnya, Yuni Lim pun langsung mengangkatnya.

Tapi ternyata suara yang terdengar dari ujung telepon adalah suara asing: “Yuni, malam ini perusahaan mengadakan acara makan-makan. Apakah kamu mau datang?”

Sejenak, rasa ragu menerjangnya. Yuni Lim lalu menyadari bahwa suara yang ia dengar adalah suara Alex Paige.

Yuni? Pria itu benar-benar bertingkah sok akrab dengannya.

“Maaf, tapi aku tidak terlalu suka keluar malam hari.” Yuni Lim dan beberapa orang itu tidak saling mengenal, dan ia merasa sangat tidak nyaman bila harus menghabiskan waktu bersama dengan sekelompok orang yang tidak terlalu ia kenal.

Alex Paige tidak menyangka ajakannya akan langsung ditolak. Dengan sedikit nada malu ia kembali berujar: “Aku sudah bertaruh kepada semua karyawan kantor bahwa aku akan berhasil mengundangmu datang. Kalau kamu tidak datang, aku harus memakai celana dalam dan lari mengelilingi Malaysia sebanyak satu putaran.”

Alex Paige berbicara panjang lebar, dengan nada suara yang terdengar sangat dirugikan.

Yuni Lim merasa ada segerombolan gagak yang terbang diatas kepalanya dan ia dipenuhi garis rundungan sedih. Sebenarnya selama 10 tahun ini, Alex Paige dan Candra berteman seperti apa sih?

Tiba-tiba Yuni Lim teringat dengan kejadian botol anggur yang pecah di Istana Yurich, seharusnya itu adalah kejadian dimana Candra meminjam barang milik Alex Paige.

Meskipun Candra hanya wakil direktur, namun gajinya tidak terlalu tinggi. Terlebih lagi, ia baru saja kembali dari luar negeri.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Yuni Lim menyetujuinya.

“Baiklah, beritahukan alamatnya kepadaku.”

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu