After Met You - Bab 232 Tiba-tiba Ingin Berpacaran

Wajah Alex terlihat sangat kejam saat itu, Yuni sejauh ini belum pernah ekspresi Alex seperti itu.

Hanya mendengar dari suaranya, dia langsung tahu tenaga Alex memukul lawannya begitu keras.

Pria yang dipukul itu tidak melawan sama sekali, dia merintih ketakutan sambil memohon ampun.

Dan pria lain yang satu meja dengannya, sangat kebingungan melihatnya, mereka terlihat sangat bodoh, tidak ada satu orang pun yang membantunya melawan Alex.

Tidak tahu juga bagaimana Alex melihat itu, meskipun ekspresi kesakitan pada wajah pria itu tidak seperti berpura-pura, tetapi di tubuhnya tidak ada darah yang mengalir sedikitpun.

Tetapi Yuni tidak bisa membiarkan Alex seenaknya memukul orang.

Yuni sedikit mengerutkan alis, menengok ke arah Candra: “Kamu coba nasihati dia.”

Candra mengambil kursi di sampingnya dan meletakkan kursi itu di depan Yuni, mengisyaratkan Yuni untuk meletakkan Tasya di kursi itu, dia khawatir Yuni kelelahan memapah Tasya.

Yuni mengerti maksud Candra, lalu dia meletakkan Tasya di kursi dan lagi-lagi dia memegang tangan Candra.

Candra mengerutkan alis, lalu berkata dengan ekspresi seperti tidak peduli: “Dia tahu batasan sewajarnya dia, apalagi……….”

Jika benar-benar memukulnya sampai mati, keluarga Alex juga tidak mungkin tidak bisa memecahkannya masalahnya.

Kalimatnya yang terakhir itu tidak dikeluarkan olehnya.

Yuni heran sambil sekilas melihat Candra, sambil memapah tubuh Tasya yang tertidur lelap, lalu menengadahkan kepala melihat Alex: “Tasya, kamu kenapa?”

Candra tidak menasihati Alex untuk menghentikan perkelahian itu, lalu Yuni memikirkan cara untuk menghentikan Alex.

Dia sebenarnya hanya ingin mencobanya, tetapi tidak disangka cara ini langsung membuahkan hasil.

Alex membuang botol bir di tangannya, lalu langsung berjalan mendekati Yuni.

“Kenapa?”

Dia berjalan mendekatinya, tatapannya tertuju pada Tasya.

Dia melihat Tasya tertidur sangat lelap, barulah mengerti.

Yuni melihat maksud Candra yang tidak ingin bicara apapun, maka Yuni yang berkata: “Melihat Tasya seperti ini, kita sebaiknya pulang saja.”

……………………..

Waktu sudah sangat larut, Tasya juga di luar menyewa apartemen sendiri, dia mabuk seperti ini pasti tidak ada yang menjaganya, Yuni berencana membawanya pulang ke Villa Maya Bay.

Dia mencari 1 set baju tidur untuk Tasya, lalu menutup pintu dan pergi.

Saat dia turun ke lantai bawah, dia melihat Candra dan Alex sedang menyiapkan makanan.

Sebelumnya mereka belum sempat makan di Istana Yurich, waktunya juga sudah larut malam, jadi mereka membawa pulang makanan dari Istana Yurich.

“Duduklah.”

Candra menengadahkan kepala menatap Yuni sambil mengulurkan tangannya menarik kursi untuk Yuni, mengisyaratkan dia untuk duduk.

Alex duduk di depan mereka berdua, dia terlihat gelisah, melihat Yuni sudah duduk di kursi, barulah dia bertanya pada Yuni: “Apa Tasya sudah tidur?”

“Iya.” ucap Yuni sambil mengambil sup yang diberikan oleh Candra, lalu dia meminum sup itu.

Tatapan Alex terlihat gelisah menatap Yuni, lalu Yuni mengerutkan alis: “Aku bisa menjaga Tasya, setelah selesai makan, sebaiknya kamu cepat beristirahat.”

“…………………….”

Karena melihat sikap Yuni yang secara terbuka seperti mengusir seseorang, membuat Alex pun tidak bisa berkata apapun, lalu dia menengok ke arah Candra.

Candra mengambilkan satu sendok sayuran untuk Yuni, lalu dengan pelan dia berkata: “Pulang pakai mobilku.”

Alex menelan ludah di tenggorokan, dimana pernyataan sahabat karib selamanya itu yang dulu pernah dia ucapkan?

Ini pasti karena sudah punya istri, jadi tidak mempedulikan sahabat karibnya lagi!

Setelah makan, Alex enggan untuk pergi.

Dia tahu kalau Yuni pasti bisa menjaga Tasya dengan baik, tetapi jika dia tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri, hatinya selalu tidak tenang.

Melihat Alex seperti enggan untuk pergi, Yuni menghela napas, lalu mengikuti Candra kembali ke kamar.

“Menghela napas kenapa?”

Candra baru masuk ke kamar setelah Yuni masuk, lalu dia bertanya pada Yuni.

Yuni berkata sambil menundukkan kepala: “Tidak kenapa-napa.”

Yuni berpikir, lalu berkata: “Kalian para pria, kenapa selalu suka berkelahi?”

“Kalian para pria?”

Candra mengulang perkataan Yuni, dia menyipitkan mata: “Maksudnya apa?”

Candra memperlihatkan punggungnya ke Yuni, lalu dia berkata sambil menelan ludah: “Jangan hanya dengan berkelahi, masih ada banyak cara lain untuk memecahkan masalah.”

“Benarkah?” ucap Candra sambil tersenyum sinis.

Yuni kaget melihat ekspresi wajah Candra yang tersenyum tapi seperti tidak sedang tersenyum, Candra tidak boleh salah paham lagi, apa maksud Yuni adalah masalah dulu dia tidak seharusnya memukul Ferry?

Bukankah sebelumnya sudah dibicarakan dengan jelas?

“Jika sudah tidak bisa menahan, maka tidak usah ditahan lagi.”

Setelah mengatakan kalimat itu, Candra langsung berbalik badan masuk ke kamar mandi.

Yuni termenung mendengar perkataan Candra barusan.

Tidak tahan? sebenarnya Ferry melakukan hal apa hingga membuat dia tidak bisa menahannya?

Masalah Tasya dan Alex memukul orang, Yuni bisa memahaminya.

Bahkan dia yang melihat hal itupun seperti ingin memukul orang itu, sekelompok pria sesuka hatinya melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap seorang gadis yang mabuk, tidak peduli korbannya itu Tasya atau orang lain, Yuni merasa sekelompok pria itu adalah sampah, dan harus dipukul!

………………………………

Keesokan harinya, saat Tasya terbangun, waktunya masih sangat pagi.

Dia membuka mata melihat suasana sekitar yang asing baginya, dia terkejut membelalakkan mata.

Ini dimana?

Kemarin malam…………….

Tasya memukul kepalanya dengan keras, kemarin setelah itu terjadi masalah apa pun, dia tidak mengingatnya sama sekali.

Setelah itu Yuni mencarinya………..

Kalau begitu sekarang dia sedang berada di rumah Yuni?

Dia melihat dekorasi sekeliling kamar itu sangat mewah, Tasya yakin bahwa ini adalah rumah Yuni dan Candra.

Dia membalikkan badan ke kasur, barulah dia menyadari kalau ada lipatan 1 set baju, kebetulan baju itu bisa dia pakai, ukuran bajunya hampir sama dengan Yuni.

Dia pergi ke kamar mandi membawa baju itu, saat membuka pintu keluar kamar, dia langsung bertemu dengan Candra.

“Boss Candra!”

Tasya kaget hingga berteriak, lalu dia menundukkan kepala: “Selamat pagi!”

“Pagi.” ucap Candra sambil melirik Tasya dengan tatapan dingin, saat Tasya membalikkan badan untuk pergi, tiba-tiba Candra bertanya padanya: “Apakah tidurnya nyenyak?”

Tasya yang ceria, manja, dan pemalu itu menjawab dengan gagap: “Nyenyak……..sangat nyenyak!”

“Oh.”

“Itu, terimakasih atas bantuannya kemarin.” Tasya berbicara sambil menggaruk kepala, raut wajahnya terlihat sedikit tidak nyaman.

Itu karena dia sendiri merasa bodoh hingga tidak tahu pemikiran atasannya, dan dia masih merepotkan orang lain.

Tetapi melihat kondisi Boss Candra, sepertinya dia tidak sedang marah?

Raut wajah Candra memang dari dulu sudah terlihat dingin, tetapi kalimat ini harus dijelaskan: “Kamu adalah temannya, hal seperti ini memang seharusnya dia lakukan, tidak perlu sungkan, aku juga sangat berterimakasih padamu.”

Karena Yuni adalah teman yang sangat penting untuknya, jadi dia juga bersedia membantunya.

Candra juga seharusnya berterimakasih pada Tasya, berterimakasih atas kesetiaannya untuk menemani Yuni.

“Berterimakasih kepadaku untuk apa?”

Saat itu raut wajah Tasya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, lagipula Candra juga sudah masuk ke kamar.

…………………..

Yuni sekalinya mendengar perkataan Candra bahwa Tasya sudah bangun, dia membenahi rambutnya lalu segera pergi mencari Tasya.

“Tasya? apakah kemarin malam tidurmu nyenyak? merasa sakit kepala tidak? tunggu sebentar, aku akan membuatkanmu segelas teh penghilang rasa mabuk.”

“Kamu bisa membuat teh penghilang rasa mabuk?” tanya Tasya ragu.

“Hmmmm………..” Yuni tertangkap basah kalau tidak tahu cara membuatnya, lalu dia memegang rambutnya sambil berkata: “Aku bisa mencari cara membuatnya di internet………….”

Setelah selesai bicara, Yuni kembali ke kamarnya untuk mencuci muka dan menggosok gigi, dia dengan cepat langsung keluar, lalu membawa Tasya turun ke lantai bawah.

Dia menyuruh Tasya menunggunya di ruang makan, lalu dia pergi ke dapur untuk membuat teh penghilang rasa mabuk.

Tasya melihat Yuni begitu bersemangat, dia pun tidak enak hati untuk menolaknya.

Candra dari belakang melihat Tasya sendirian duduk di ruang makan, dia sedikit terpikirkan untuk masuk kedalam dapur.

Setelah dia masuk, dia mendengar suara teriakan Yuni: “Aaaa Candra! kamu jangan menghalangiku……..”

Perkataannya yang terakhir terucap begitu lembut hingga mengheningkan suasana.

Tasya yang masih lajang itu terkejut saat dia sedang memakan cemilan, dia membalikkan badan melihat ke arah luar jendela, apakah musim semi sudah tiba? aku tiba-tiba ingin berpacaran.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu