After Met You - Bab 26 Yuni Lim, Kamu Benar-Benar Hebat.

Yuni Lim terbengong saat membaca pesan 'tidak ada waktu' di layar ponselnya, lalu langsung memasukkan ponselnya.

Haha, siapa yang peduli.

Wajah Yuni terlihat aneh saat memasukkan ponselnya ke dalam. Begitu waktu pulang kerja tiba, dia adalah orang pertama yang buru-buru keluar dari kantor.

Setelah sampai rumah, dia baru menyadari bahwa tidak ada orang di rumahnya, Candra juga belum sampai rumah.

Yuni membalikkan tubuhnya ke arah kulkas dan mengambil dua buah apel, duduk di sofa sambil salah satu tangannya memakan apel dan menonton televisi.

Dia menunggu sambil menonton acara variety show sampai selesai pada pukul 7.30 malam, sampai perutnya mulai berbunyi kelaparan, Candra juga masih belum kembali

Yuni Lim menelpon layanan pesan antar makanan dengan gelisah, selesai makan dia belum sempat membersihkannya, dia sudah ketiduran di atas sofa.

Yuni Lim tertidur di sofa sampai tengah malam, tiba-tiba dirinya merasa bahwa tubuhnya sedang diangkat. Yuni terkejut lalu terbangun, "Siapa?"

Di atas kepalanya terdengar suara Candra, diikuti oleh hembusan napas hangat di wajahnya, "Ini aku."

Yuni Lim linglung, lalu otaknya langsung tersadar penuh. Lampu di ruangan membuat wajah Candra terlihat jelas, wajah Yuni terlihat lesu lalu berusaha turun dari gendongan Candra, "Turunkan aku."

"Oke." Candra bicara akan menurunkannya, tetapi tubuh Yuni diturunkan di samping ranjang wanita itu.

Yuni merapatkan bibirnya rapat-rapat, membalikkan tubuhnya ke arah berlawanan lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.

Candra tahu bahwa Yuni tidak ingin bicara dengannya. Candra duduk di samping ranjang Yuni, dengan sabar bertanya: "masih marah?"

Yuni tidak menghiraukan Candra.

Candra kembali berusaha: "Kemarin aku benar-benar ada urusan."

"Aku tidak peduli kamu ada urusan atau tidak. Bisakah kamu jangan ganggu tidurku?" Yuni duduk, akhirnya bicara pada Candra. Kedua matanya menatap Candra dengan dingin, lalu Yuni kembali masuk ke dalam selimut.

Ekspresi wajah Candra agak berubah, pria itu tidak bicara lagi. Dia berbalik, pergi ke arah ruang tamu membersihkan sisa makanan Yuni setelah itu mandi.

Mendengar suara pintu ditutup, perlahan-lahan Yuni menarik selimutnya. Di musim panas bergelung dengan selimut benar-benar sangat panas!

Yuni baru saja menyadari bahwa tubuh Candra tidak ada aroma rokok dan alkohol, tapi malah harum segar yang tercium. Sepertinya hari ini pria itu tidak keluyuran.

Keesokan paginya, ketika Yuni terbangun, di sampingnya sudah tidak ada orang lagi.

Yuni pergi ke kantin dan melihat di atas meja sudah tersedia banyak makanan. Wajahnya redupnya sedikit demi sedikit menghilang.

Yuni duduk lalu mulai makan, tidak tahu saat ini harus bilang apa.

Kemarin apakah karena dirinya marah-marah makanya pria itu tidak membiarkannya membuat sarapan? Malam hari pria itu pulang terlambat, apa saja yang dia lakukan di luar sana?

Yuni baru menyadari bahwa hal yang dia pahami tentang Candra benar-benar mengenaskan. Tetapi Candra sangat memahami dirinya, contohnya adalah kebiasaannya, pria itu perlahan-lahan mulai paham.

Bukankah harusnya dirinya harus lebih mengerti Candra?

Pikiran ini selalu berputar-putar di otaknya. Sampai dia pergi ke kantor, dirinya masih memikirkan hal ini.

Baru duduk, Yuni langsung mendengar teman kerja di sampingnya bicara dengan suara pelan.

"Kemarin malam pacarku tidak kembali ke rumah, tidak mungkin kan di luar sana dia punya pacar lain?"

"Bukankah kamu akan tahu kalau bertanya pada pacarmu?"

"Bagaimana mungkin pertanyaan ini ditanyakan. Hatiku benar-benar kesal, aku juga tidak berani bertanya padanya. Kamu tidak tahu dia..."

"Nah kalau begitu ikuti saja dia..."

Ikuti dia?

Yuni termangu mendengarnya. Jika ingin tahu seorang pria pergi kemana saja, apakah harus mengikuti jejaknya?

Tapi... jika bertanya sendiri, sepertinya tidak bisa.

"Apa yang kalian obrolkan? Mengikuti apa?"

Tiba-tiba sebuah suara ceria seorang wanita memotong pembicaraan kedua rekan kerjanya. Yuni tak sadar mengangkat kepalanya, lalu melihat di depannya adalah bayangan seseorang yang dikenalnya.

"Tasya, kamu kembali!"

"Kemarin aku baru kembali lalu hari ini sudah mulai kerja. Kalian sedang membicarakan apa? Mengikuti siapa? Apakah di luar sana pacarmu selingkuh?"

"Aduh, dia tidak mungkin..."

Gadis-gadis di sana mengobrol sampai menjadi berisik.

Yuni termangu menatap seorang wanita yang dipanggil Tasya oleh teman kerjanya, lalu menundukkan kepalanya dengan buru-buru.

Tasya. Ketika dia SMA, wanita itu adalah sahabatnya dan juga teman satu-satunya, hanya saja....

……

Hari pertama, Yuni duduk diposisinya tanpa bergerak aktif, bahkan dia menjalani harinya dengan pikiran kosong.

Ketika menunggu sampai waktu pulang kerja tiba, tiba-tiba turun hujan.

Yuni tidak membawa payung. Dia mengkerutkan dahinya, sedang bersiap-siap menerobos hujan. Saat itu orang di sampingnya memberikan sebuah payung padanya:"Aku membawa 2 payung. Aku pinjamkan ini padamu, besok kembalikan padaku, ya."

Yuni berdiri kaku. Suara ini adalah suara Tasya yang dia dengar di kantor siang tadi.

"Eh, kenapa kamu tidak bicara? Tidak mau ya?" Tasya memutar kepalanya untuk melihat wajah Yuni. Tasya agak bingung, dengan suara ragu berkata:"Yuu.. yuni?"

"Kamu, kamu salah mengenali orang." Yuni meninggalkan tempat itu dengan panik, memutar tubuhnya lalu menerobos hujan.

Tasya dari belakang mengejarnya, baru bisa menganggap Yuni setelah mengejarnya setengah jalan. Tasya memegang ujung baju Yuni lalu berkata:"Yuni, kamu bisa tidak menghubungiku, kamu bisa tidak kembali ke negaramu. Sialan, kamu membuatku lelah.."

Tubuh Yuni dibasahi oleh air hujan, wajahnya sudah pucat. Dirinya gagal untuk menghindar, dan juga saat melihat Tasya dia tidak bisa berkata apa-apa.

Tasya menatap Yuni kesal:"Bicaralah! Selama setahun berada di luar negeri kamu jadi bisu?"

Yuni menunduk sambil menatap ujung sepatunya, dengan pelan berkata:"Maaf..."

"Kamu……”

Tasya langsung marah begitu mendengar ucapan Yuni, ingin memaki Yuni dengan kasar, tapi tak diduga Yuni ditarik ke samping oleh seseorang. Jika Yuni tidak berpegangan pada pagar, mungkin Yuni sudah jatuh ke tanah.

"Kamu kenapa? Tidak ada yang luka, kan?"

Tasya dijauhkan dari Yuni. Candra muncul di depannya dengan memegang payung. Menilai Tasya dengan tatapan yang tidak bersahabat.

"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Tidak usah perdulikan urusanku!"

Yuni juga merasa ketidaksukaan Candra pada Tasya, lalu buru-buru mendorong Candra.

Wajah Candra menjadi dingin:"Jika kamu kehujanan lalu flu, apakah bukan urusanku?"

"Aku..." Yuni memandang wajah dingin Candra, lalu terdiam.

……

Di dalam kafe, Yuni dan Tasya sudah berganti baju bersih. Mereka saling duduk berhadapan. Candra berada di dalam mobil, tidak masuk.

Yuni sedikit grogi mengaduk kopi di hadapannya: "Beberapa tahun ini, kamu..."

Tasya memotong ucapannya: "Bukan urusanmu!"

"Sudah 4 tahun, bagaimana bisa kamu masih sekasar ini?" Suara Yuni mengecil.

"Kamu juga tahu sudah melewati 4 tahun, sialan! Saat itu kita berjanji untuk berada di universitas yang sama. Begitu mulai kuliah, aku baru tahu. Si brengsek ini tidak ada di negara ini..." Walaupun perkataan Tasya sangat kasar, tetapi matanya memerah.

"Maaf..." Mengingat masalah itu, Yuni juga tidak kalah merasa sedih dari Tasya: "Saat itu, bagaimanapun cara kakek ingin aku pergi ke luar negeri. Aku tidak sempat menghubungimu..."

Tapi sebenarnya, Yuni tidak berani menghubungi Tasya. Dia tidak ingin melibatkan sahabat satu-satunya ke dalam masalah.

"Apa gunanya polisi jika semua permasalahan bisa selesai dengan kata maaf!" Tasya menatap Yuni:"Kembali pun kamu tidak menghubungiku. Yun, kamu benar-benar hebat."

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu