After Met You - Bab 622 Kamu Juga Punya Rekam Kejahatan

Lina tertawa dalam isakannya: “Sepertinya itu agak sulit. Ia masuk MSF menjadi dokter tanpa batasan negara.”

Andrea tercengang. Otaknya baru bisa mencerna ucapan Lina setelah menghabiskan waktu yang cukup lama.

Andrea sebenarnya masih ingin bertanya beberapa hal, tapi begitu ia menunduk dan melihat buliran air mata dalam mata Lina, apa yang ia pikirkan pun tidak terucap.

Andrea melepas jaket di tubuhnya dalam diam dan memakaikannya pada Lina. Barulah setelah itu ia duduk di samping adiknya.

Kedua orang itu duduk berdampingan dengan bahu sebelahan, tidak ada kata apapun yang terucap.

Dalam perjalanan pulang, Lina sudah menangis bekarli-kali. Sekarang ia juga sudah tidak ingin menangis lagi. Andrea adalah sandarannya sejak kecil, dan sekarang pun tetap begitu.

Daniel Mo memang sudah pergi, tapi Lina tahu ia masih memiliki kakaknya.

Dengan santai ia bersandar di bahu Andrea: “Kak, setelah penyelenggaraan pemilihan presiden kali ini berakhir, setelah semuanya beres, aku ingin keluar jalan-jalan.”

Karena Daniel Mo, Lina ingin berubah menjadi seseorang dengan daya kerja yang sangat kuat dan sangat fokus. Beberapa tahun belakangan ini, walaupun ia merasa sangat lelah, tapi karena ada pria yang menjadi panutannya, Lina pun sama sekali tidak merasa lelah.

Tapi sekarang, panutannya sudah tidak ada. Lina ingin berhenti sejenak dan meletakkan semuanya untuk sementara.

“Boleh. Nanti kalau semua sudah beres, kita akan pergi kemana pun kamu mau pergi. Kita akan pergi dengan siapapun yang kamu mau.” Andrea menyetujui perkataan Lina, namun sorot matanya dengan jelas menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan hal lain.

Kenapa Daniel Mo pergi secara begitu tiba-tiba?

...

Keesokan harinya saat Yuni Lim berangkat kerja, ia langsung menelepon Lina.

“Pagi.”

Begitu telepon itu diangkat, Yuni Lim lebih dulu menyapa Lina.

Suara Lina masih terdengar sedikit serak, namun sudah lebih tenang: “Pagi.”

“Apakah siang ini kamu ada waktu kosong? Bagaimana kalau kita pergi makan bersama?”

Walaupun Candra Gail menggunakan banyak cara untuk menghentikannya, tapi Yuni Lim ingin memberikan penjelasan pada Lina terkait masalah Daniel Mo.

Lina tertawa pelan: “Aku tidak ada di kantor hari ini, aku masih di luar untuk mengurus bisnis.”

Yuni Lim sedikit tercengang mendengarnya. Sebenarnya, ia ingin bertanya apakah semalam Lina langsung pergi lagi setelah ia baru saja kembali. Tapi belum sempat Yuni Lim bertanya, ia mendengar ada orang di ujung telepon sana yang memanggil Lina.

“Kalau begitu, kamu urus dulu kesibukanmu. Nanti kalau kamu sudah kembali, kita makan siang bersama.” Selesai berujar, Yuni Lim buru-buru memutuskan teleponnya dan tidak mengganggu Lina lagi.

Yuni Lim duduk termenung setelah menutup telepon, baru kemudian mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk rapat sebentar lagi.

“Kesini sebentar.”

Suara Candra Gail bergaung memenuhi ruangan kantor. Saat Yuni Lim mengangkat kepalanya, ia baru menyadari bahwa Candra Gail sedang menatapnya. Entah berapa lama pria itu telah menatapnya.

Hati Yuni Lim masih merasa kesal karena tindakan Candra Gail kemarin yang bersikeras menyuruhnya kembali, tapi sekarang adalah jam kerja. Ia tidak bertingkah sehingga pria itu juga membiarkannya, membuat Yuni Lim akhirnya tidak memedulikannya lagi.

Yuni Lim berjalan menghampiri lalu menurunkan pandangannya sambil bertanya: “Ada perintah apa?”

Candra Gail hanya menyunggingkan senyum sambil menatapnya, kemudian menggerakkan jari telunjuknya: “Kamu mendekat sedikit.”

Yuni Lim mengernyitkan alisnya, raut wajahnya sangat datar dan dingin: “Kalau tidak ada, aku akan mengerjakan tugasku. Masih ada banyak berkas-berkas yang belum aku siapkan dengan baik.”

Firasat Yuni Lim mengatakan bahwa Candra Gail akan kembali bertingkah, sehingga ia tidak ingin mendekat.

Tatapan mata Candra Gail mengelam beberapa tingkat, ekspresinya tidak lagi sehangat sebelumnya.

Yuni Lim tahu bahwa pria itu akan marah lagi.

Sebentar lagi rapat akan dimulai. Yuni Lim tidak ingin Candra Gail melampiaskan amarahnya pada orang lain. Akhirnya ia hanya bisa menurunkan pandangannya dan dengan patuh berjalan mendekati Candra Gail: “Sekarang...” Kamu sudah bisa bicara, bukan.

Yuni Lim mengatakan kata-kata selanjutnya dengan berkumur-kumur karena Candra Gail sudah mengulurkan tangan dan menariknya sehingga ia masuk ke dalam pelukan pria itu.

Walaupun Yuni Lim sudah memperkirakan dari awal tidak ada hal baik yang akan terjadi saat Candra Gail memanggilnya, tapi saat ini dan disini adalah kantor. Selalu ada kemungkinan orang lain masuk kapanpun untuk mencari Candra Gail. Kalau sampai orang lain melihat ini, dimana lagi Yuni Lim bisa memajang wajahnya.

Kalau Yuni Lim bukanlah karyawan perusahaan ini dan hanya sekali-sekali saja datang kesini, orang lain hanya akan berkata mereka sedang bermesraan. Tapi sekarang, ia adalah karyawan di perusahaan yang bertemu dan berhadapan dengan Candra Gail setiap harinya. Kalau sampai kelakukan mereka yang seperti ini sampai terlihat oleh orang lain, maka hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Setelah mengalami peristiwa semalam, Yuni Lim sudah belajar untuk menjadi sedikit lebih pintar.

Ia mendorong Candra Gail dengan lembut tanpa menggunakan tenaga dan bernegosiasi dengannya: “Ada masalah apa? Apa boleh kita bicarakan baik-baik sambil berdiri? Aku benar-benar masih memiliki begitu banyak hal yang harus dikerjakan.”

Kebanyakan orang memiliki karakter yang kuat dan keras. Mereka semua tidak takut untuk dikasari. Candra Gail pun tidak terkecuali.

Walaupun Yuni Lim sangat mengerti akan hal ini, namun ia memiliki karakter asli yang tidak bisa diubah. Tidak mungkin ia selalu mempertahankan kelembutan dan sikap patuhnya di hadapan Candra Gail.

Setelah Candra Gail mendengar kata-kata Yuni Lim, raut wajahnya tentu saja terlihat lebih baik.

Candra Gail menjulurkan tangannya dan menjewer daun telinga Yuni Lim. Ia berujar dengan santai: “Kamu masih marah karena kejadian semalam.”

“Ya.” Yuni Lim tidak berpikir kebohongannya masih terlihat, jadi lebih baik bicara jujur saja.

“Untuk apa kamu memedulikan masalah percintaan orang lain?” Candra Gail sedikit menaikkan alisnya, jarinya semakin kuat menjewer daun telinga Yuni Lim.

Yuni Lim menarik sebuah napas dingin karena kesakitan. Ia mengulurkan tangan untuk menutup daun telinganya: “Itu karena kamu juga memiliki rekam kejahatan. Lagipula, apakah kamu tidak tahu tentang perasaan Lina? Walaupun kamu juga membantu Daniel...”

Yuni Lim duduk menyamping diatas paha Candra Gail. Pria itu memiringkan kepala untuk menatapnya, ekspresinya terlihat sedikit berbahaya: “Rekam kejahatanku?”

“Saat di kota Malaysia, saat kamu mengidap racun ‘K1LU73’, bukankah kamu ingin mengusirku?” Begitu teringat akan hari-hari itu, Yuni Lim merasa hatinya tercekat.

Dan tidak dapat terhindarkan, ia kembali teringat akan Lukman.

Mata Candra Gail terlihat begitu sinis. Mendengar kata-katanya dan melihat raut Yuni Lim yang terlihat sedikit tidak wajar, ia pun dapat menebak wanita itu sedang teringat kembali akan Lukman.

“Lagi-lagi kamu memikirkan pria lain.” Suara Candra Gail terdengar dingin, tapi untungnya ia tidak menjewer daun telinga Yuni Lim lagi dengan kuat. Ia justru memberikan wanita itu sebuah ciuman yang penuh belas kasih.

Ciuman yang terasa sangat lembut ini sampai membuat Yuni Lim merasa kesemutan hingga kulit kepalanya.

“Tidak.” Yuni Lim mengulurkan tangannya untuk mendorong jauh dada Candra Gail, membuat jarak setengah badan kedua orang itu sedikit jauh.

Terlihat jelas Candra Gail tidak mempercayai ucapan Yuni Lim. Ia melingkarkan tangannya dii pinggang wanita itu dan saat ia baru akan merangkul wanita itu sedikit lebih dekat, terdengar suara pintu diketuk dari luar.

Begitu mendengar ada orang yang mengetuk pintu, sekujur tubuh Yuni Lim rasanya seperti tersiram kuah panas. Ia langsung dengan sigap menegakkan tubuhnya: “Aku pergi bekerja sekarang.”

Gerakan Yuni Lim terlalu cepat sehingga Candra Gail tidak sempat menahannya. Ia hanya bisa menatap lekat wanita yang berjalan menjauh itu.

Candra Gail melonggarkan dasinya kemudian menyahut ke arah pintu: “Masuk.”

Yuni Lim juga melihat sekilas ke arah pintu dan melihat ternyata orang yang masuk adalah Andrea.

Merasakan sorot pandang Yuni Lim, Andrea dengan hormat sedikit menganggukkan kepalanya. Ia lalu langsung berjalan lurus ke depan meja Candra Gail.

“Bos.”

“Ada apa?” Candra Gail bersandar di kursinya, posturnya terlihat bermalas-malasan.

Tapi Candra Gail yang seperti ini sama sekali tidak membuat Andrea merasa santai. Entah kenapa ia malah merasa gugup.

Firasat Andrea mengatakan bahwa Candra Gail sudah mengetahui tujuannya menghadapnya.

Andrea mengernyitkan alisnya sambil berdiri di depan meja kerja Candra Gail, rautnya terlihat ragu.

Candra Gail melihat ke arah Yuni Lim sekilas, lalu berujar menggunakan suara yang hanya bisa ia dan Andrea dengar: “Temani aku keluar untuk merokok.”

Andrea mengangguk.

Setelah kedua orang itu berada di luar, Andrea malah tidak memberikannya rokok. Ia tahu kondisi kesehatan Candra Gail tidak cocok untuk merokok.

Candra Gail menatapnya, tatapannya bertambah dalam: “Rokok.”

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu