After Met You - Bab 624 Bertemu Dengan Seseorang Yang Lebih Baik Darinya

Candra Gail merasa hatinya sangat puas dapat bersama dengan Yuni Lim untuk melakukan segala sesuatunya, ia tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Yuni Lim menunduk untuk melihat ponselnya sekilas. Ia tercenung sesaat setelah melihat nama di layar ponselnya, lalu menjawab: “Lina.”

Kalau Lina sudah bisa meneleponnya, itu artinya ia sudah kembali.

Candra Gail tidak bicara lagi. Ia menoleh dan kembali meneruskan membaca rencana.

Yuni Lim tahu pria itu memberi persetujuannya.

Di dalam ruang baca yang sangat besar, Yuni Lim mengambil ponselnya dan berjalan ke sisi lain. Saat ia merasa sudah berada dalam jarak aman dimana Candra Gail tidak dapat mendengar suaranya, barulah Yuni Lim duduk dan mengangkat teleponnya.

“Aku sudah kembali, apa nyonya ada waktu untuk makan bersama?” Suara Lina terdengar senang, namun Yuni Lim juga tidak tahu apakah wanita itu benar-benar senang atau hanya berpura-pura senang.

“Tentu saja.” Yuni Lim merasa bersalah pada Lina dalam hatinya, bagaimana mungkin ia bisa berkata tidak ada waktu.

“Nyonya mau makan dimana?”

Kali ini, Yuni Lim bisa mendengar suara koper yang diseret Lina di ujung sana.

“Kamu baru kembali?”

“Ya, baru saja sampai pintu rumah.”

“Kalau begitu, aku langsung ke rumahmu saja. Pergi keluar terlalu merepotkan, kita masak saja di rumah.” Lina baru saja kembali, wanita itu pasti sangat lelah. Tidak perlu pergi keluar lagi.

Beberapa hari ini Lina memang sedikit lelah sehingga ia juga tidak menolak ide Yuni Lim.

Kedua orang itu sepakat begitu saja.

Setelah memutus teleponnya, Yuni Lim menoleh dan menatap ke arah Candra Gail yang berada nun jauh disana.

Walaupun ia sudah sepakat dengan Lina, tapi Candra Gail belum tentu setuju.

Tapi, tidak peduli apakah Candra Gail setuju atau tidak, Yuni Lim juga tidak ingin mengalah. Hari itu Candra Gail tidak memperbolehkannya menahan Daniel Mo, membuatnya merasa sangat bersalah pada Lina.

Yuni Lim berjalan menghampiri, menjulurkan tangannya untuk menutup dokumen yang ada di hadapan Candra Gail, mencodongkan tubuhnya, lalu bertanya: “Pergi makan ke rumah Lina, boleh tidak?”

Candra Gail mengangkat kepalanya, tatapannya terlihat acuh tak acuh: “Terserah.”

Yuni Lim tidak menyangka Candra Gail akan semudah itu menyetujuinya.

Beberapa hari ini, temperamen Candra Gail semakin membaik. Sepertinya sudah hampir sama seperti saat sebelum ia sakit. Tapi hal ini malah membuat Yuni Lim merasa tidak nyata.

Dengan tidak tenang, ia kembali bertanya dengan lebih terus-terang: “Kalau begitu, artinya pergi?”

Candra Gail tidak bersuara lagi. Ia hanya menggenggam pergelangan tangan Yuni Lim untuk menyingkirkan tangan wanita itu dari dokumen, kemudian menutup dokumen itu. Candra Gail lalu bangkit berdiri dan pergi berjalan keluar.

Kedua orang itu berganti pakaian, lalu pergi ke rumah Lina.

Setelah Yuni Lim dan Candra Gail pindah kembali ke kastil Morgen Wen, Lina dan Andrea juga pindah ke apartemen yang terletak dekat dengan kantor. Bangunan vila yang ditinggalkan diserahkan pada pelayan untuk diurus.

Ketika kedua orang itu sampai, Lina yang sudah selesai mandi juga sudah kembali dari membeli sayuran.

Yuni Lim berinisiatif lebih dulu: “Hari ini aku saja yang masak. Aku akan masak masakan negara Z, bukankah kamu sangat menyukainya?”

Pertanyaannya itu ia tujukan pada Lina.

Hanya saja setelah Yuni Lim selesai berujar, suasana di dalam ruangan menjadi dingin seperti tiba-tiba turun beberapa derajat.

Lina melihat ke arah Candra Gail yang berada di belakang Yuni Lim. Matanya yang berwarna biru es itu bukan hanya terlihat hormat namun juga menyiratkan tatapan dingin.

“Sebuah kehormatan apabila nyonya mau memasak untukku.”

Kata-kata ini dengan jelas membawa niat provokasi.

Lina sedang merasa tidak puas.

Tidak puas dengan Candra Gail yang begitu kejam, membantu Daniel Mo, dan tidak mengijinkannya bertemu pria itu untuk yang terakhir kalinya.

Yuni Lim yang dapat merasakan keanehan suasana pun buru-buru menarik Lina untuk pergi ke dapur.

Tepat pada saat itu, Andrea kebetulan baru pulang dari luar sembari menenteng dua botol minuman beralkohol.

Sebelumnya saat Lina menerima telepon dari Yuni Lim, ia lalu memberitahu Andrea bahwa mungkin mereka akan datang untuk makan dan menyuruh kakaknya itu untuk pergi ke vila mengambil dua botol alkohol pulang.

“Bos.”

Yuni Lim dan Lina sudah masuk ke dapur, Andrea hanya melihat Candra Gail seorang diri berdiri di dalam ruang tamu.

Di dalam dapur, Yuni Lim dan Lina sedang mencuci sayur bersama.

Yuni Lim mengangkat kepalanya melihat ke arah Lina, tidak tahu bagaimana harus memulai percakapan.

Siapa yang menyangka, ternyata malah Lina yang lebih dulu membuka percakapan: “Nyonya, aku tidak menyalahkanmu.”

Karena Lina lebih dulu membuka percakapan, Yuni Lim pun dengan mudah menyambutnya.

“Aku benar-benar minta maaf. Awalnya aku sudah berjanji padamu.” Yuni Lim tidak perlu terlalu banyak menjelaskan detailnya. Ia tidak perlu menjelaskan dengan detail kenapa ia tidak menahan Daniel Mo untuk menunggu Lina kembali, karena Lina sangat mengerti akan hal ini.

Jika Yuni Lim diadukan dengan Candra Gail, terlihat jelas siapa yang jauh lebih baik hati dan lembut.

“Benar-benar tidak apa.” Lina menaruh sayur yang sudah dicuci ke samping dan berujar dengan suara yang tenang: “Bagaimanapun juga suatu hari nanti ia akan kembali, bukan? Atau bisa dibilang, suatu hari nanti aku bisa bertemu dengan orang yang lebih baik darinya?”

Setelah selesai mengucapkan kalimat yang terakhir, Lina tidak dapat menahan tawanya. Seolah-olah ia menantikan kejadian di masa depan namun hal ini membuatnya seperti mencela diri sendiri.

Sebelum datang, Yuni Lim sudah memikirkan baik-baik beberapa kalimat untuk menghibur Lina. Tidak disangka, persiapannya dari awal sampai akhir ternyata tidak dibutuhkan.

Pengalaman Lina dengan gadis-gadis pada umumnya tidaklah sama. Tapi karena ketidaksamaan inilah makanya hati kecil Lina kuat dan berbesar hati. Ia mampu dengan cepat beradaptasi dengan baik. Ini adalah kelebihannya yang sangat luar biasa, poin yang juga sangat menarik bagi orang lain.

Lina pasti bisa bertemu dengan orang lain yang lebih baik daripada Daniel Mo. Apalagi pada dasarnya, selain tampang dan kemampuannya yang hebat, Daniel Mo tidak cukup perhatian. Menjalani hari bersama pria itu tidak akan terlalu santai.

Akan tetapi, walaupun Lina bisa bertemu dengan orang lain yang lebih baik dari Daniel Mo, belum tentu juga ia bisa jatuh cinta pada orang itu.

Sebelum perkara Lukman terekspos, semua hal tentangnya telrihat sempurna di mata orang lain pada umumnya.

Perawakannya, pekerjaannya, latar belakang keluarganya, semuanya sangat baik. Peringainya juga lembut dan perhatian dengan sesama. Ia juga bijaksana.

Dilihat dari manapun juga, ia tidak jauh berbeda dengan Candra Gail.

Temperamen Candra Gail malah jauh lebih buruk.

Siapa yang tidak suka dengan orang berperangai lembut?

Tapi, cinta adalah cinta. Candra Gail tidaklah sama dengan orang lain, walaupun mungkin orang lain lebih baik darinya.

Yuni Lim menyembunyikan ekspresi yang ada di sudut matanya, mengangkat kepalanya, dan tertawa ke arah Lina: “Ya, masuk akal.”

“Aku juga beranggapan begitu.” Lina ikut tertawa.

Yuni Lim memperhatikan dan menilai Lina dengan seksama, namun sangat sulit menentukan apakah senyumnya itu benar berasal dari dalam hatinya atau tidak.

Tapi Yuni Lim tahu, walaupun hati Lina sangat kuat, ia juga pasti tidak akan langsung begitu saja bisa kembali seperti semula setelah mengalami hal seperti ini.

...

Dengan adanya Lia sebagai asistennya, masakan Yuni Lim dengan sangat cepat bisa disajikan. Beberapa orang itu dapat makan siang lebih awal.

Andrea sudah menyiapkan anggur merah, satu gelas untuk masing-masing orang.

Di sela-sela makan, Yuni Lim dan Lina dengan suara kecil mengobrol tentang hal yang tidak penting. Mereka juga membahas tentang beberapa hal saat ia pergi untuk perjalanan bisnis.

Candra Gail tidak mengucapkan sepatah kata pun. Andrea kadang-kadang akan menyela beberapa patah kata. Suasana masih bisa dikatakan cukup harmonis.

Selesai makan, Andrea menawarkan diri dengan sukarela untuk mencuci piring.

Karena apartemen itu tidak besar, kedua kakak-beradik itu tidak menggunakan pelayan. Apalagi biasanya mereka berdua sangat sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga tidak membutuhkan pelayan.

Andrea pergi mencuci piring, sedangkan Yuni Lim mencari alasan dengan berkata ingin menghirup angin dan pergi ke teras.

Di ruang makan, hanya tertinggal Candra Gail dan Lina.

Candra Gail mengangkat wajahnya dan menatap Lina.

Walaupun ia tidak jauh lebih tua dari Lina, namun dapat dikatakan Candra Gail dapat melihat pertumbuhan Lina.

Saat ia menerima kedua kakak-beradik itu, ia juga baru berusia belasan tahun dan tidak sedingin sekarang. Bertemu dengan Lina dalam kondisi seperti itu membuatnya merasa simpatik dan sedikit prihatin. Candra Gail masih dapat mengingat rupa Lina saat ia pertama kali bertemu dengannya.

Ia sangat kurus seperti hanya tersisa tulang terbungkus kulit. Mata berwarna biru esnya penuh dengan ketakutan. Lina sama lemahnya dan sama rapuhnya seperti bayi binatang yang baru lahir. Saat ia diantar masuk ke dalam ruang operasi oleh dokter, ia hanya menarik lengan Andrea dengan erat dan tidak melepaskannya. Tapi Lina tidak menangis.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu