After Met You - Bab 593 Otaknya Terlalu Bodoh

Walaupun Yuni Lim berpikir seperti itu dalam hatinya, tapi salah satu tujuannya datang hari ini memang supaya Candra Gail melakukan pemeriksaan. Tidak peduli bagaimana cara Daniel Mo menyampaikannya. Akhirnya, Yuni Lim pun hanya mengangguk dan berujar: “Benar. Belakangan ini pekerjaanmu terlalu sibuk, lebih baik kita periksa sebentar kesehatanmu. Lagipula kita juga sudah datang, tidak akan membuang banyak waktu.”

Candra Gail hanya berdiri tanpa ekspresi. Yuni Lim dan Daniel Mo saling bertukar pandang sekilas, keduanya sama-sama saling mendapatkan ketidakpastian dari mata satu sama lain.

Untungnya, pada akhirnya Candra Gail masih mau menyelamatkan keraguan mereka. Ia pun mengangguk dan bersedia diperiksa.

Yuni Lim menghembuskan napas lega dalam hati.

Karena Candra Gail tidak bersedia menunggu hasil pemeriksaan yang tidak bisa langsung keluar, ia pun langsung membawa Yuni Lim pergi.

Sepeninggalan mereka dari tempat Daniel Mo, Candra Gail lalu membawa Yuni Lim ke sebuah restoran.

“Bukankah kamu ada keperluan? Untuk apa kita pergi ke restoran?” Walaupun sebenarnya Yuni Lim memang merasa sedikit lapar, tapi ia juga tidak berani mengganggu acara Candra Gail. Masih pagi seperti ini, tidak mungkin juga Candra Gail janjian dengan orang, bukan?

Respon yang ia dapatkan adalah Candra Gail yang bahkan tidak menoleh padanya dan langsung berjalan masuk.

Yuni Lim pun hanya bisa mengikuti pria itu masuk.

Candra Gail bahkan tidak memberikan daftar menu pada Yuni Lim. Pria itu memutuskan untuk menggantikan Yuni Lim memesan makanan semeja penuh bagi mereka.

Menu sarapan di Negara J tidak bervariasi seperti di negara asal mereka. Disini, tidak banyak menu yang bisa dijadikan pilihan. Artinya, Candra Gail yang memesan makanan semeja penuh itu telah memesan semua menu yang tersedia.

Sudahlah. Lagipula, Candra Gail juga tidak terburu-buru jadi untuk apa Yuni Lim malah gantian terburu-buru. Makan ya makan, isi perut sampai kenyang.

Sebaliknya, Candra Gail malah tidak makan terlalu banyak. Sebagian besar makanan masuk ke dalam perut Yuni Lim.

Yuni Lim pun mendongak tanpa sadar dan menyadari bahwa Candra Gail sedang menatapnya dengan senang. Yuni Lim sontak merasa canggung dan menelan makanan yang sedang dikulumnya. Ia seperti ingin berkata sesuatu, namun tidak tahu sebaiknya berkata apa.

Tepat pada saat itu, Candra Gail menyodorkan piring yang ada di depan Yuni Lim mendekat: “Makan yang banyak.”

Yuni Lim tersedak, ia membenamkan kepalanya dan meneruskan makan.

...

Tempat undangan yang diterima Candra Gail hari ini adalah sebuah balai pertemuan untuk kelas atas.

Tempat pertemuan ini adalah yang paling mewah di seluruh kota, tempat berkumpulnya orang-orang yang berlibur dan memanjakan diri. Para anggota yang keluar masuk dari tempat ini semuanya adalah orang-orang yang terhormat dan kaya raya.

Dulu, Yuni Lim pernah datang kesini satu kali dengan Candra Gail. Tapi meskipun kali ini kembali datang, ia masih tetap merasa asing.

Walaupun Istana Yurich juga sama bagusnya dengan tempat ini, namun bagaimanapun gayanya berbeda.

Setelah masuk ke ruangan privat, Yuni Lim baru tahu bahwa yang ternyata mengundang Candra Gail adalah beberapa pegawai resmi.

Diantara mereka, Yuni Lim memiliki kesan terhadap salah satunya. Sepertinya ia pernah bertemu di perlombaan kuda kerajaan. Tapi Yuni Lim tidak bisa mengingat siapa orang itu dan apa posisinya.

Begitu Candra Gail masuk, pandangannya menyapu beberapa orang itu dan dengan tenang berkata: “Maaf atas keterlambatanku.”

Walaupun tersirat nada maaf dalam ucapan Candra Gail, namun gerak-gerik pria itu sama sekali tidak terlihat sedikitpun rasa bersalah.

Saat Candra Gail bicara, ia sudah menarik Yuni Lim untuk duduk.

Yuni Lim tersenyum sambil menyiratkan permintaan maaf pada mereka, lalu mengikuti Candra Gail dan duduk.

Beberapa pegawai itu terlebih dulu menyalami Candra Gail, lalu setelahnya memberikan pujian singkat pada Yuni Lim.

Semuanya adalah orang-orang paruh baya. Beberapa orang bahkan tidak mengenakan pakaian resmi, mereka hanya mengenakan pakaian biasa dan wajahnya dihiasi senyuman sehingga orang lain bisa merasakan kehangatan mereka.

Hanya saja, Yuni Lim tidak beranggapan demikian.

Setelah mendampingi Candra Gail begitu lama, ia menemukan begitu banyak hal dan belajar banyak.

Beberapa dari mereka minum kopi dan berbincang hal-hal yang tidak penting.

Orang-orang dengan jabatan tinggi akan membereskan masalah mereka dengan halus dan licik, kata-kata mereka juga penuh dengan humor.

Yuni Lim hanya mendengarkan dari samping dan sesekali ikut tertawa.

Ia mendampingi Candra Gail di balai pertemuan itu selama hampir seharian. Mereka baru pergi setelah selesai minum teh sore.

Begitu keluar, Yuni Lim yang tidak bisa menahan rasa penasaran dalam hatinya pun bertanya: “Apa mereka mengundangmu hanya untuk mengobrol dan minum teh bersamamu?”

Candra Gail meliriknya sekilas.

Sebodoh-bodohnya Yuni Lim, ia tetap dapat melihat sebersit rasa tersinggung dalam sorot mata Candra Gail.

Yuni Lim termangu: “Apa... maksudnya?”

Melihat rupa Yuni Lim yang melongo bodoh, Candra Gail pun akhirnya seperti berbaik hati menjelaskan: “Apa yang ingin mereka katakan sudah mereka katakan. Tapi apakah aku setuju atau tidak, mau bekerja sama dengan mereka atau tidak, itu semua tergantung padaku.”

“Mereka... Kapan mereka berkata mau bekerja sama denganmu...” Yuni Lim berpikir ulang, namun ia tetap tidak ingat apakah mereka pernah berkata mau bekerja sama dengan Candra Gail atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pemilihan presiden.

Candra Gail melihat situasinya, matanya pun menyiratkan senyum. Ia menjulurkan jari tangannya dan menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.

Walaupun Yuni Lim tidak dapat mengingat kapan sebenarnya orang-orang itu berkata sesuatu tentang bekerja sama dengan Candra Gail, namun ia langsung memahami maksud gerakan pria itu.

Candra Gail berkata, otaknya terlalu bodoh sehingga ia tidak mendengarnya.

“Kamu...” Yuni Lim mengatupkan mulutnya, kata-kata yang sudah berada di ujung bibirnya kembali tertelan.

Ia tidak berani memaki Candra Gail.

Seolah tahu apa yang ada di dalam benak Yuni Lim, Candra Gail pun tersenyum bangga. Ia menjejalkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan dengan langkah lebar berjalan ke arah parkiran mobil.

Yuni Lim berlari kecil mengikuti dari belakang Candra Gail. Ia masih memikirkan kata-kata yang diisyaratkan pria itu sambil melihat punggung Candra Gail yang tinggi besar.

Belum juga kedua orang itu sampai di parkiran, seseorang dengan perawakan seperti pengawal muncul di hadapan mereka dan menahan langkah mereka.

Yuni Lim terkejut, dan secepat kilat berjalan ke samping Candra Gail.

Candra Gail menatap dalam-dalam pengawal yang ada di hadapannya, tangannya yang besar sudah terjulur keluar dan menggenggam tangan Yuni Lim. Ia menarik Yuni Lim ke belakang tubuhnya tanpa suara.

Yuni Lim termangu sesaat, menundukkan kepalanya, dan menatap tangannya yang sedang digenggam pria itu. Hatinya pun terasa hangat dan ia balik menggenggam tangan Candra Gail.

Kemudian, ia dapat merasakan tubuh Candra Gail yang berubah menjadi sedikit kaku.

Yuni Lim mengatupkan bibirnya dan mengulum senyum.

Diantara Yuni Lim dan Candra Gail yang dulu, gerakan ini adalah gerakan yang wajar dan sangat harmonis.

Tapi jika ditempatkan diantara dirinya dan Candra Gail yang sekarang, gerakan itu malah terasa sebagai sesuatu yang ajaib.

Candra Gail menatap pengawal yang berdiri di hadapannya, suaranya sedingin es: “Siapa yang menyuruhmu kesini?”

Wajah pengawal itu menegang setelah ditatap oleh mata Candra Gail dan ia mengatakan beberapa patah kata dengan serius.

Seolah takut ucapannya terdengar oleh Yuni Lim, suara pengawal itu tidak kencang dan ia bicara dengan sangat cepat.

Kalau tujuannya memang benar supaya Yuni Lim tidak dapat mendengarnya, maka ia telah berhasil. Yuni Lim memang tidak bisa mendengar jelas apa yang pengawal itu katakan, kecepatan bicara pria itu sangat cepat.

Setelah Candra Gail mendengarnya, ia merenung sejenak lalu menoleh dan menatap Yuni Lim: “Masuk ke mobil.”

Yuni Lim mengerjapkan matanya, namun tetap bergeming.

“Pergi.” Baru saja kata itu terlontar, Candra Gail sudah melepaskan tangannya.

Yuni Lim akhirnya hanya bisa membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah parkiran.

Kebetulan, saat ini kedua orang itu sudah berjalan ke dekat tempat parkir. Dari tempatnya berpijak saat ini, Yuni Lim dapat melihat supir sudah berdiri di depan mobil menunggunya.

Yuni Lim berjalan menghampiri dan supir membukakan pintu untuknya.

Sebelum Yuni Lim membungkuk dan masuk ke dalam mobil, ia kembali menoleh dan melihat sekilas sosok Candra Gail dan pengawal yang tepat sedang membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi bersama.

Yuni Lim sedikit tercenung. Apakah Candra Gail terus mengawasinya sampai ia berjalan ke depan mobil dan akan naik baru pria itu membalikkan tubuhnya sendiri?

Candra Gail tidak menoleh lagi. Sosok tinggi besar dengan punggung yang lebar itu tampak angkuh dan tidak dapat didekati, auranya terlihat inklusif dan agung.

Yuni Lim menatapnya sampai ia sendiri menjadi sedikit bengong. Akhirnya, supir pun menegurnya: “Nyonya?”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu