After Met You - Bab 580 Kehangatan Yang Tiba-Tiba

Perempuan itu adalah orang negara J, parasnya sama persis dengan Lina.

Tapi karena Lina telah melalui banyak hal, walaupun parasnya cantik, tapi ia terlihat lebih dewasa dan lebih berpengalaman.

Sedangkan penampilan perempuan ini terlihat jelas ia berasal dari sebuah keluarga yang lumayan berada, parasnya cantik dan aura kepercayaan diri menguar dari sekujur tubuhnya.

Dan juga... Sorot matanya yang menatap Candra Gail menyiratkan kekaguman.

Tidak peduli perangai Candra Gail berubah menjadi seperti apa, pria seperti dirinya ditambah dengan posisinya tetap dapat menarik dan menggaet semua wanita.

Yuni Lim hanya melihat sekilas ke arah mereka, lalu ia segera berlalu tanpa suara dari situ.

Hanya saja, ia masih tertangkap oleh sudut mata Lina.

Saat Yuni Lim kembali ke kantor Candra Gail, ia bertemu dengan sekretaris yang baru saja keluar dari dalam. Sepertinya sekretaris itu sedang mencari dirinya.

“Tadi aku merasa bosan, jadi aku keluar untuk berkeliling.” Yuni Lim berdiri di depan pintu dan berujar sambil sedikit tersenyum.

Sekretaris itu mengangguk, menandakan ia mengerti. Saat ia hendak keluar, Yuni Lim yang tiba-tiba seperti teringat sesuatu pun berkata: “Aku lupa membawa ponselku saat berangkat, apakah aku boleh meminjam ponselmu sebentar?”

Sebagai bawahan, tentu saja sekretaris itu tidak bisa menolak kata-kata dari istri direktur. Apalagi, itu bukan sebuah permintaan yang keterlaluan.

Sekretaris itu menyerahkan ponselnya pada Yuni Lim, lalu berjalan keluar.

Yuni Lim menekan sederet nomor yang familiar, namun terdengar suara operator dari panggilan itu: “Nomor yang anda hubungi tidak berada dalam layanan panggilan.”

Yang Yuni Lim telepon adalah nomor Lukman. Ia sudah mengenal pria itu selama bertahun-tahun, hubungan mereka sangat dekat, sehingga Yuni Lim masih dapat mengingat nomor Lukman.

Dengan perasaan tidak senang Yuni Lim kembali menelepon beberapa kali, tapi masih mendapatkan jawaban yang sama.

Perasaan Yuni Lim semakin lama semakin menggelap.

Tepat pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang datang mendekat dari luar kantor.

Hati Yuni Lim sontak tersentak. Ia memasukkan ponsel itu ke dalam sakunya secepat kilat dan barulah ia menyadari yang datang ternyata bukanlah Candra Gail melainkan Lina.

Jika dipikir-pikir, ini semua terasa lucu. Sekarang, menelepon saja harus ia lakukan diam-diam di belakang Candra Gail.

“Nyonya.” Begitu Lina melihat Yuni Lim, ia pun langsung berjalan menghampiri sambil tersenyum manis.

Karena barusan Yuni Lim mengira yang datang adalah Candra Gail, ras terkejut masih mewarnai wajahnya yang membuat raut wajahnya tidak terlihat natural.

“Ya.” Yuni Lim menjawab singkat dengan kikuk dan tidak mengucapkan apa-apa lagi.

Sedangkan Lina mengira Yuni Lim telah salah paham dengan kejadian barusan. Candra Gail memang tidak melihatnya, namun ia melihatnya.

“Yang barusan keluar bersama bos dari ruang tamu adalah putri Manni, Bate Charlene.” Seolah takut Yuni Lim tidak mengerti, Lina pun kembali menambahkan: “Mereka adalah grup retail pakaian terbesar di seluruh dunia, banyak sekali merk pakaian terkenal yang bernaung di bawah grupnya. Bahkan pakaian yang sedang aku kenakan ini juga merupakan merk dari grup mereka...”

Yuni Lim mengerti tentang Manni.

Lagipula, semua nyonya terkenal dari kelas atas di seluruh dunia mengenakan pakaian dari perusahaan mereka. Bahkan pakaian di lemari bajunya saja semuanya berasal dari perusahaan Manni.

Yuni Lim pernah melihatnya di berita. Manni adalah seorang pria paruh baya dengan perut besar, perawakannya juga tinggi besar khas orang-orang negara J.

“Tidak disangka, ternyata ia memiliki putri yang begitu cantik dan masih muda.” Kata-kata Yuni Lim ini terucap diiringi desahan.

Biasanya ia tidak terlalu peduli dengan masalah-masalah seperti ini, jadi ia sama sekali tidak tahu.

“Sebelumnya, Manni sendiri yang datang berbincang dengan bos untuk bekerja sama dengan kami, tapi kali ini entah kenapa putrinya yang datang. Awalnya kami semua tidak tahu dan bos tadi juga tidak memberi kesan yang baik untuk Beta Charlene di ruang tamu...”

Sambil bicara, Lina sambil memperhatikan ekspresi Yuni Lim.

Yuni Lim pun melepaskan tawa: “Aku tahu, kamu tidak perlu sampai seperti ini.”

Dengan ucapan Yuni Lim yang seperti itu, Lina pun akhirnya ikut tertawa: “Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu. Bos seharusnya sebentar lagi datang. Aku akan pergi memanggilnya, sepertinya bos tidak tahu nyonya datang. Kalau tidak, ia tidak akan mengadakan rapat singkat.”

Setelah Lina keluar, Yuni Lim pun mengembalikan ponsel sang sekretaris yang ia pinjam. Saat ia kembali lagi ke kantor, ternyata Candra Gail sudah ada di dalamnya.

Pria itu sedang duduk di sofa menunggunya.

Di meja pendek di depannya, terletak kotak bekal makan siang yang Yuni Lim bawa yang berisi masakannya.

Begitu mendengar suara pintu terbuka, dengan raut wajah yang tidak bercela Candra Gail berdiri dan berjalan menghampiri Yuni Lim: “Pergi kemana?”

Yuni Lim merasa sedikit bersalah, lalu tersenyum tipis: “Kamu tidak kembali-kembali, jadi aku keluar untuk pergi berkeliling.”

“Seharusnya begitu kamu datang, suruh saja orang untuk memberitahuku.” Candra Gail menjulurkan tangannya lalu menggandeng tangan Yuni Lim untuk duduk di sofa.

Yuni Lim mengikuti pria itu duduk di sofa dan dengan suara lembut berujar: “Menunggu sebentar bukanlah masalah, lagipula aku punya banyak waktu.”

Candra Gail pun tertegun menatapnya.

Apakah benar hari ini Yuni Lim menjadi sepatuh ini hanya karena semalam ia memberi wanita itu obat?

Tapi, Candra Gail juga sudah malas memikirkan apakah alasan sebenarnya memang karena seperti itu atau karena hal lain.

Melihat Yuni Lim yang bersikap lemah lembut seperti ini, suasana hati Candra Gail pun membaik dan ia menjadi senang.

Setelah sibuk dari pagi, ia memang sebenarnya sedikit lapar. Jemari Candra Gail yang panjang pun terulur untuk membuka kotak makan.

Melihat apa yang hendak dilakukan Candra Gail, Yuni Lim pun langsung bergegas untuk menjulurkan tangannya dan menahan tangan pria itu: “Biar aku saja.”

Ia mencodongkan tubuhnya ke depan untuk membuka kotak bekal.

Saat Yuni Lim hendak memberikan sumpit dan menoleh pada Candra Gail, tidak disangka Candra Gail tiba-tiba meraih dan menggenggam kedua tangannya.

“Kenapa?” tanya Yuni Lim tidak mengerti dan menoleh menatapnya.

Kedua mata Candra Gail balik menatapnya dengan lekat.

Yuni Lim tidak dapat menduga apa yang sedang dipikirkan oeh pria itu. Ditatap lekat seperti ini oleh kedua mata hitam Candra Gail membuatnya pun merasa sedikit gugup.

Apa mungkin... Candra Gail tahu tentang ia yang menelepon Lukman?

Tidak mungkin seajaib itu, bukan...

Tepat pada saat Yuni Lim mulai berpikir tidak karuan, lengan Candra Gail yang panjang menarik seluruh tubuhnya masuk ke dalam pelukan pria itu hanya dengan sedikit tenaga.

Yuni Lim pun terduduk di paha pria itu dan seutuhnya masuk ke dalam rengkuhan Candra Gail.

“Kamu...” Ia menengadah untuk menatap Candra Gail dan menyadari kedua mata pria itu sedang berkilat menatapnya.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Tapi kali ini, untungnya Candra Gail tidak membiarkan Yuni Lim berpikir sembarangan lagi. Ia meraih tangan Yuni Lim, meletakkannya di samping bibirnya dan menciumnya. Ia lalu dengan suara rendah berkata: “Apa besok kamu juga mengantarkan makan siang untukku?”

Suara Candra Gail terdengar sangat lembut dan menyiratkan sebuah pertanyaan harapan.

Yuni Lim balas menatapnya dengan terkejut: “Apa kamu tidak mau makan di luar?”

Candra Gail menyunggingkan sudut bibirnya, menunjukkan senyumnya yang sangat datar. Tidak terlihat amarah di alisnya, sedangkan nada suaranya menyiratkan sedikit rajukan: “Aku mau makan masakanmu.”

Yuni Lim sedikit membelalakkan matanya.

Ia tidak menyangka Candra Gail tiba-tiba... Bisa selembut dan sehangat ini...

Yuni Lim menengadah dan dengan sangat hati-hati memperhatikan Candra Gail sekilas. Ia menyadari mata pria itu samar-samar berkilat senang. Sepertinya pria itu sangat bahagia.

Hanya karena ia mengantarkan bekal makan siang untuknya, pria itu bisa menjadi sesenang ini?

Yuni Lim menjadi merasa sedikit bersalah. Hari ini ia datang mengantarkan bekal makan siang untuk Candra Gail juga demi tujuan lain.

Tidak peduli bagaimana ia memperlakukan pria itu sekarang, sebenarnya ia tidak bermaksud begitu.

Candra Gail masih saja merasa senang karena hal-hal kecil yang diperbuat Yuni Lim untuknya.

Hati kecil Yuni Lim pun melunak. Ia menjulurkan tangannya dan ragu sejenak, lalu mengelus-elus kepala Candra Gail. Suaranya sangat lembut: “Kalau begitu, sekarang kamu makan dulu. Besok aku akan mengantarkan bekal lagi untukmu.”

Candra Gail yang saat ini tidak menunjukkan amarah sama sekali. Yuni Lim pun tidak dapat menahan diri untuk tidak mengelus-elus kepalanya.

Raut wajah Candra Gail ikut menjadi patuh, membiarkan Yuni Lim mengelus-elus kepalanya. Saat ini, ia terlihat seperti binatang peliharaan raksasa yang imut.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu