Kembali Dari Kematian - Bab 555 Aku Mau Lihat Kamu

Meski Demyuk berkata demikian, tapi dia tidak memaksa Naomi lagi.

Naomi benar. Dia memang sedikit tidak sabar. Mereka baru saja menyelesaikan kesalahpahaman dan mengetahui perasaan satu sama lain, mereka belum pacaran. "Aku tidak menimbangnya dengan matang, ini memang terlalu cepat!"

Naomi kaget. Dia tidak menyangka Demyuk akan meminta maaf, "Tidak, tidak apa-apa!"

Demyuk melengkungkan bibir, "Tapi cincin berlian ini dibeli untuk kamu. Walau kamu belum menyetujui lamaranku, tapi kamu harus menerima cincin ini, oke?"

Naomi ragu-ragu. Mereka tidak bertunangan, cincin ini seharusnya tidak boleh diterima. Tapi ketika melihat tatapan mata Demyuk yang penuh harap, Naomi tidak tega untuk menolak. Dia seketika sangat dilema.

"Kamu boleh tidak memakainya. Kamu boleh simpan atau menggantungnya di lehermu dengan kalung. Setelah kamu bersedia menerima aku dan memutuskan untuk menikah denganku, barulah kamu pakai di jari, oke?"

Naomi menggigit bibir. Di bawah tatapan Demyuk yang penuh harap, dia akhirnya mengangguk. Kemudian, Demyuk memeluk Naomi dengan erat, seolah-olah Naomi adalah harta langka yang diperolehnya, "Bagus sekali, Naomi. Mulai sekarang, kita berstatus pacaran."

"Demyuk, lepaskan dulu!"

“Tidak, aku tidak mau lepaskan!” Tidak mudah baginya untuk mendapatkan pemaafan dari Naomi. Sekarang dia baru saja merasakan nyatanya hal ini, bagaimana mungkin dia mau lepas.

Naomi agak tidak berdaya, "Aku tidak bisa bernapas karena kamu!"

Mendengar hal tersebut, Demyuk buru-buru melepaskan Naomi dan meraih lengan Naomi dengan gugup, "Kamu baik-baik saja, kan?"

“Tidak!” Naomi menatap Demyuk dengan tidak senang, lalu berkata perlahan di bawah tatapan Demyuk yang gelisah, “Aku lapar.”

“Benar, ayo makan!” Dia kegirangan hingga melupakan bahwa waktu sudah hampir jam delapan. Pada jam segini, Naomi pasti sudah lapar.

Diiringi suara jentik jari, manajer buru-buru meminta bagian dapur untuk menyajikan hidangan.

Demyuk menarik kursi, membawa Naomi untuk duduk, tampak sangat gentleman. Kemudian dia melewati Naomi dan duduk di seberang.

Pelayan masuk satu demi satu. Hidangan hari ini disiapkan oleh Zalka atas instruksi Demyuk, pada dasarnya disiapkan sesuai selera Naomi.

Melihat hidangan yang disajikan, Naomi menoleh ke Demyuk dengan takjub, "Kapan kamu menyiapkan semua ini?"

Tidak ada wanita yang tidak menyukai romansa dan kejutan, begitu pula Naomi. Apalagi pencipta romansa dan kejutan ini adalah orang yang disukai.

"Hari ini!"

Dia sengaja menunggu Naomi dan Hara pergi sebelum mempersiapkan semua ini.

Setelah mendapatkan penjelasan dan bantuan Hara, Demyuk langsung menyiapkan semua ini. Semua mawar biru disiapkan oleh Zalka atas instruksi Demyuk juga. Mengenai hidangan, semua itu juga diketahui Demyuk dari Hara.

Sebagai sahabat Naomi, Hara tentu tahu segalanya tentang Naomi.

Hari ini agak terburu-buru, sehingga persiapannya tidak terlalu memadai. Namun Demyuk tetap merasa sangat puas ketika melihat senyum di wajah Naomi.

“Kamu mempersiapkan semua ini dalam waktu satu hari?” Naomi agak kaget. Bagaimanapun sudah hampir sore ketika dia dan Hara pergi. Tidak sangka, Demyuk dapat menyiapkan semuanya hanya dalam beberapa jam. "Kamu tidak punya kejutan lain lagi, kan!"

Demyuk tersenyum, "Makan dulu!"

Kata-kata Demyuk terdengar misterius, menanam benih penasaran di hati Naomi. Naomi agak tidak sabar, ttapi Demyuk menolak untuk memberitahunya. Dia bilang itu adalah kejutan. Jika disebut, maka bukan kejutan lagi.

Naomi tidak punya pilihan selain cepat-cepat menghabiskan makanan.

Naomi harus mengakui bahwa makanan di restoran ini benar-benar enak. Di antara semua makanan yang pernah dimakannya, tidak ada satu pun yang selezat makanan hari ini.

Mungkin karena hari ini sedang dalam suasana hati yang bagus, sehingga selera makan Naomi juga sangat baik. Demyuk menatap Naomi sepanjang waktu, seolah-olah dia bisa kenyang dengan hanya melihat Naomi.

Naomi tidak nyaman karena terus ditatap oleh Demyuk, dia mendongak dan melihat Demyuk yang menopang dagu dengan satu tangan, berkata dengan malu-malu, "Apakah ada sesuatu di wajahku?"

"Tidak ada!" Sahut Demyuk dengan lembut, "Apakah makanannya enak?"

“Enak sekali!” Naomi mendesah dengan puas. Dia tiba-tiba menemukan bahwa hidangan di depan Demyuk belum disentuh. “Kamu tidak suka?”

Demyuk menggelengkan kepala, "Aku mau lihat kamu!"

Wajah Naomi memerah, menggigit bibir, menatap Demyuk dengan angkuh, "Bisakah kamu kenyang hanya dengan melihat aku?"

"Kecantikan bisa membuat orang lupa akan kelaparan!"

Naomi, "..." Dia menarik napas dalam-dalam, "Apakah dulunya kamu juga menggunakan cara seperti ini untuk menyenangi wanita lain?"

Mata Demyuk sedikit menyusut, "Tidak, kamu yang pertama!"

“Aku tidak percaya!” Orang macam apa Demyuk itu. Begitu Demyuk menggerakkan jari, para wanita sudah langsung menyerbu pada dirinya. Jadi Naomi secara naluriah merasa bahwa Demyuk berbohong ketika Demyuk menjawab tidak.

Demyuk tidak bohong. Meski dia selalu disukai para wanita dan pernah mempunyai banyak pasangan wanita, tapi pada dasarnya para wanita itu bukan apa-apanya bagi dia. Lagipula dia tidak perlu mengucapkan kata-kata manis untuk menarik perhatian para wanita itu. Selain itu, dia juga tidak terlihat seperti orang yang akan mengucapkan kata-kata seperti ini kepada wanita.

"Naomi, kamu adalah yang pertama dan satu-satunya!"

Wajah Naomi merona merah, tangan yang memegang sumpit menegang, detak jantung semakin kencang dan mulai tidak teratur. “Pandai omong saja, aku tidak percaya!” Meski Naomi berkata demikian, namun ekspresi wajahnya membuktikan bahwa dia sangat senang.

"Makanlah, aku akan membawamu ke tempat lain seusai makan!"

Mata Naomi berbinar. Dia mengangguk, kemudian menunduk dan lanjut makan.

Setelah makan beberapa sendok, dia mengangkat kepalanya lagi. Dia menyumpit sepotong udang dan menyodorkannya kepada Demyuk. Demyuk menyipitkan mata, membuka mulut, tampak sengaja, dia bahkan menggigit sumpit Naomi.

Naomi gemetar, memelototi Demyuk dengan marah. Demyuk tersenyum bahagia.

Selanjutnya, Demyuk seolah tidak punya tangan. Dia pindah ke samping Naomi, bersandar di bahu Naomi, kelihatan malas.

Dia melepas mantel, sekarang tubuh hanya dilapisi sweter berwarna terang, rambut agak berserakan di dahi, membuat penampilannya semakin terlihat kasual.

"Naomi, suap aku!"

Naomi menoleh ke samping. Penampilan Demyuk yang anggun, kasual, dan disertai manja masuk ke dalam pupil Naomi.

Naomi belum pernah melihat pria yang bisa menggabungkan anggun, kasual, dan manja pada saat bersamaan. Demyuk bisa membaurkan semua itu dengan segitu baik, bahkan membuat orang merasa enak dipandang.

Detak jantung sepertinya mulai tidak teratur lagi, "Kamu ... kamu tidak punya tangan? Selain itu, kamu cepat bangun, bahuku pegal!"

"Benarkah? Kalau begitu, kamu harus suap aku, oke?"

Naomi sedikit kesal, tapi dia tidak bisa menyaingi Demyuk. Dia pun menyumpit sepotong udang dan memasukkannya ke mulut Demyuk.

Mereka menghabiskan hampir dua jam untuk menikmati makanan. Setelah Naomi protes, barulah Demyuk bangkit dari tubuh Naomi dengan anggun, mengenakan mantel, menggandeng tangan Naomi dan pergi dari restoran.

"Selamat jalan, Tuan Demyuk!"

Mendengarkan salam yang begitu mengesankan, Naomi merasa aneh. Dia bergumam, "Aneh, kenapa tidak ada seorang pun di sini?"

“Bukankah kita orang?” Demyuk membawa Naomi ke lift. Dia memandang kepala wanita yang mungil dari posisi tinggi. Saat ini, Naomi terbungkus jaket tebal dan postur tubuhnya tidak bisa terlihat jelas. Namun, wanita seperti inilah yang membuat Demyuk terpesona.

“Naomi?”

“Hah?” Naomi mengangkat kepala dengan bingung. Hadapannya tiba-tiba menggelap, nafas direnggut. Dia meremas mantel Demyuk dengan gugup, tangan sedikit gemetar.

Demyuk sepertinya merasakan kegugupan Naomi, dia merangkul bagian belakang kepala Naomi dengan satu telapak tangannya yang besar, tangan lainnya memeluk pinggang Naomi, sehingga Naomi berjarak semakin dekat dengan dirinya.

Ini adalah kontak dekat pertama di antara mereka sejak perselisihan terakhir.

Ciuman Demyuk tidak mendominasi dan brutal seperti sebelumnya, juga tidak hanya sekadar merenggut nafas.

Kali ini, dia bersikap lebih lembut dan mencoba-coba. Hati Naomi bergidik. Perasaan unik membanjiri hatinya.

Demyuk memang sangat ahli dalam berciuman, hanya ciuman yang dangkal sudah membuat Naomi agak tidak terkendali. Naomi hanya bisa merespon perlahan dengan mengikuti gerakan Demyuk.

Di ruang kecil ini, lift transparan memantulkan pemandangan malam yang penuh warna. Dia dan dia berciuman dengan intim, seolah-olah dunia ini hanya ada mereka berdua.

Ciuman berakhir, Naomi merasa seperti kehabisan nafas, terengah-engah, tangannya masih meremas mantel Demyuk dengan erat. Seluruh tubuhnya dibungkus oleh mantel Demyuk, menempel erat di posisi jantung Demyuk.

Di tempat itu, detak jantung terdengar kencang, agak ... tidak teratur!

Sudut bibit Naomi terangkat. Dia berjinjit dan menempelkan tubuh pada Demyuk, seolah-olah dia benar-benar bisa merasakan keberadaannya dengan cara ini.

Setelah pintu elevator buka dan tutup beberapa kali, barulah Naomi menjadi lebih tenang. Angin di luar bertiup, tapi Naomi merasa hangat.

Demyuk membungkus tubuh mungil Naomi dan masuk ke dalam mobil. Samapi terdengar suara sabuk pengaman, barulah Naomi kembali sadar. Di antara mulut dan giginya penuh dengan aroma Demyuk. Aroma yang mengandung sedikit bau tembakau, tidak terlalu menyengat, tapi membuatnya sedikit terpesona.

Bibir sedikit kesemutan. Dia menunduk, tersirat sedikit senyuman di matanya yang cerah.

Di dalam mobil yang redup, jantung Demyuk juga berdegup kencang.

Naomi bukan wanita pertama yang diciumnya, tapi Naomi adalah satu-satunya wanita yang membuatnya merasa bahwa sentuhan ciuman seperti tersetrum, wanita yang membuatnya kehilangan kendali.

Dia mengangkat tangan, menyentuh bibir Naomi yang lembut. Sementara Naomi menatapnya dengan tatapan kosong, mata tampak bersinar. "Kita ... Kita mau ke mana?"

"Pergi lihat bintang." Demyuk tersenyum sambil membelai rambut Naomi. "Bintang sungguhan!"

“Benarkah?” Mata Naomi berbinar, “Tapi ke mana kita melihat bintang pada jam segini?”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu