Kembali Dari Kematian - Bab 474 Kalau Sakit, Kenapa Kamu Tidak Bilang

Heiran baru saja sadar kalau kakinya sekarang sedang dipegang dan berada di tangan Leheon. Lalu, tiba-tiba tidak ada gerakan apapun darinya. Sedangkan kakinya yang dipegang oleh Leheon terasa nyeri dan sakit. Wajah Heiran memerah. Dia melirik menatap wajah Leheon, melihat Leheon yang sedang memperhatikan kakinya yang sakit dengan cermat. Heiran langsung melepaskan tangan Leheon “Kamu, cepat turunkan aku!”

“Kalau sakit, kenapa kamu tidak bilang?”

Leheon terlihat benar-benar tidak tega melihat kakinya. Namun jika dia tidak mengatakan ucapan ini itu lebih baik. Karena begitu ucapan ini keluar, Heiran langsung emosi meledak-ledak. Lalu melemparkan tamparan ke belakang kepala Leheon dengan keras “Aku tadi sudah memanggilmu berkali-kali. Memanggilmu dengan suara yang sangat keras, apa kamu ini tuli ya?”

“Aku kan juga tidak tahu kalau kakimu sakit. Aku kira kamu tidak ingin bersama denganku!” Leheon juga merasa tersudut. Ini mana boleh menyalahkannya saja. Bukannya ini adalah karena dia takut Heiran menolak dirinya. Jadi, dia tidak mau memberi Heiran sedikitpun kesempatan untuk menolaknya!

“Apa kamu ini bodoh ya? aku mengenakan sepatu hak tinggi. Kamu malah menarikku belari.” Heiran kesal. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan Leheon ini. paru-parunya rasanya mau meledak karena marah. Dia pun hanya bisa menggertakkan gigi dan memelototi Leheon “Kamu menarikku untuk berlari begitu jauh, lalu bagaimana dengan mobilnya?”

Leheon tersenyum bodoh, lalu menurunkan Heiran dan mencari bangku panjang dan kemudian duduk disana “Apa masih sakit?”

“Omong kosong!” Kata Heiran kesal “Kamu coba pakai sepatu hak tinggi lalu berlari sana?”

“Ran Ran, kedepannya jangan memakai sepatu hak tinggi lagi saja!” Leheon benar-benar tidak tega melihat belakang kaki Heiran yang sudah terkelupas kulitnya. Dia sungguh tidak tega. “Lagipula, bagaimanapun kamu tetap cantik mengenakan apa saja. Memakai sepatu hak tinggi itu terlalu capek dan mudah sekali terluka. Aku yang melihatnya saja sampai tidak tega!”

Heiran “.....”

Apa pria di depannya ini masih pria yang suka memaksa dan begitu bodoh yang dia kenal itukah?

“Ran Ran?”

Leheon menyadari kalau Heiran tidak bicara daritadi. Dia mengulurkan tangannya dan menggoyangkannya ke depan wajah Heiran. Heiran pun tersadar dari lamunannya, wajahnya sedikit memerah “Lihat sekarang, bagaimana kita pulangnya?”

“Tunggu sebentar!” Leheon menelepon seseorang. Lalu, dia berjongkok lagi mengisyaratkan Heiran untuk naik lagi ke punggungnya.

Heiran melihat ke sekelilingnya, merapatkan bibirnya “Apa yang kamu lakukan sih?”

“Kakimu terluka. Apa masih bisa jalan?” Leheon balik bertanya “Naiklah, aku akan menggendongmu. Lagipula kita berdua kan pasangan yang sudah bertunangan, apa yang kamu takuti?”

“Tunangan apanya!” Heiran tidak mengakuinya “Kamu jangan sembarangan memanggilku ya!”

“Kenapa bukan, hari itu di depan seluruh media, bukannya kamu tidak membantahnya” Leheon pokoknya sudah memutuskan kalau dia tidak akan memberi Heiran kesempatan untuk menarik kata-katanya dulu “Ran Ran, kamu jangan berpikir untuk kabur dariku. Jangan pernah memikirkan itu seumur hidupmu ini!”

“Gila!” Heiran pun memakinya. Tapi entah kenapa, hatinya merasa begitu manis.

Sebenarnya dia juga tidak tahu jelas bagaimana hubungannya dengan Leheon berubah jadi seperti ini. Padahal jelas-jelas dulu dia mengingatkan dirinya dengan keras kalau harus jaga jarak dan menjauh dari Siwon. Harus menjauh dari anggota keluarga Mu dan lebih lagi dari Leheon.

“Ran Ran, kamu ingin makan apa?”

Leheon menggendong Heiran di punggungnya dengan baik tanpa berniat sedikitpun mengambil kesempatan menyentuh Heiran. Dia memegang lutut Heiran dengan kedua tangannya, sambil memegangi sepatu hak tinggi Heiran.

Pada saat ini, Heiran menundukkan kepalanya untuk melihat Leheon. Leheon tidak terlihat jail seperti biasanya, dia malah terlihat sangat menyenangkan.

Dia mengedipkan matanya, lalu teringat dengan hal-hal yang dia pikirkan ketika duduk di luar toko tadi. Dan anehnya emosinya yang sedih dan kecewa tadi sekarang sudah menghilang entah kemana.

"Leheon, terima kasih!"

"Hah?" Leheon melihat ke samping dan menatap dagu Heiran. "Berterima kasih padaku atas apa?”

Heiran menggelengkan kepalanya, merapatkan bibirnya “Kenapa kamu bisa tahu kalau aku disini?”

"Selama ada ikatan batin dan perasaan, aku bisa tahu kamu ada dimana!” Leheon tersenyum “Bagaimana? Apa sudah tahu mau makan apa?”

“Makan apa? aku, ingin makan hotpot.” Heiran seperti teringat sesuatu, matanya melengkung seperti bulan sabit.

Leheon menatap mata Heiran, hatinya tersenyum dan melembut "Makan dimana? Apa kamu punya tempat yang enak untuk makan itu?"

"Ada kok!"

Heiran tersenyum “Ketika aku sekolah dulu, ada sebuah tempat makan hotpot yang enak di depan gerbang sekolah. Harusnya sekarang masih ada!” Kata Heiran “Ketika aku masih kecil, Hamsang tidak memberiku banyak uang. Aku sangat suka sekali makan, jadi aku selalu menghemat uangku untuk menikmati makanan pedas hotpot itu di luar gerbang sekolah."

“Baiklah kalau begitu, ayo makan sekarang!” Leheon melihat senyum di wajah Heiran dan tidak bisa menahan diri ikut tersenyum.

"Tuan muda Leheon!”

Sebuah mobil berhenti di depan Leheon dan sopir di mobil itu membuka pintu tapi malah dihentikan oleh Leheon "Beri aku kunci mobilnya, kamu pulanglah dulu!"

"Tapi..." Sopir itu ragu-ragu sejenak dan ketika dia melihat mata dingin Leheon, dia pun terdiam dan memberikan kunci mobil kepada Leheon "Tuan muda, aku baru saja mengisi bensin mobil ini sore ini."

"Oke, pulanglah dulu sana!”

Toko yang dikatakan Heiran benar-benar masih ada. Ketika dia masih kecil, ketika dia tidak punya uang tetapi sangat suka makan, dia sesekali datang ke sini untuk mencicipi hotpot ini. Itu adalah kenangan paling istimewa dari Heiran ketika dia masih kecil. Setelah sekian tahun, dia sesekali datang kesini, saat dia masih pacaran dengan Daewon, Daewon juga pernah datang kesini bersamanya. Saat itu Heiran benar-benar mengira dia bisa bersama Daewon seumur hidup.

Namun, harapan itu tidak tercapai. Songbun jatuh cinta padanya dan memintanya untuk menikah dengan Siwon. Dia menolak dan akhirnya digantung dan dipukuli oleh Hamsang. Dia menyelinap kabur keluar, berpikir bahwa Daewon akan membawanya pergi. Tapi Daewon malah membiarkannya untuk menikahi Siwon. Sejak saat itu, Heiran menjadi gila, terkadang dia juga tidak tahu kapan dia bisa jadi dirinya sendiri. Dia terjebak di rumah besar itu dan dia jarang sekali bisa keluar.

Begitu Heiran tiba, tempat itu sudah penuh sesak. Pada saat ini, banyak sekali murid yang datang kesini, bahkan tidak ada meja kecil kosong di pinggir jalan.

Heiran terlihat sangat bahagia, dia langsung keluar dari mobil Leheon sekarang. Dia turun dari mobil dengan riangnya tanpa memedulikan apa yang dikenakannya sekarang.

"Pelan-pelan jalannya!"

Leheon pun buru-buru membuka pintu dan keluar dari mobil mengikuti Heiran. Dia takut ada hal buruk terjadi pada Heiran. Dia pun buru-buru menarik tangan Heiran dan tak melepaskannya “Makanannya juga tidak akan lari, untuk apa kamu sampai lari secepat ini kesana?” Di ucapannya ini tidak ada nada menyalahkan, yang ada malah lebih ke kekhawatiran.

Heiran mengedipkan matanya, mengangkat pandangan matanya dan bola mata hitamnya menatap ke tangannya yang digenggam oleh Leheon. Tangan yang dipegang Leheon terasa panas, panas itu dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhnya “Aku sudah sebesar ini, tidak akan mungkin selemah itu!”

Mata Leheon bersinar, tatapan matanya yang begitu jernih jatuh di wajah Heiran, lalu dia tersenyum “Ini adalah tempat makan hotpot enak yang kamu bilang itu?” Dia melihat ke sekelilingnya, di sekitarnya banyak sekali murid. Tempat makannya tidak terlalu besar, tapi banyak sekali orang yang datang dan pergi. Kelihatannya bisnis ini lumayan ramai juga. Di sana terlihat sangat ramai dan penuh sesak, mereka berdua berdiri di depan pintu tempat makan itu, tampak tidak segera masuk.

“Oh iya kalau kamu tidak ingin makan, kamu lebih baik naik ke mobil saja sana!” Heiran berpikir kalau Leheon bagaimanapun adalah tuan muda keluarga Mu. Sejak kecil dia dibesarkan dengan penuh kekayaan dan kemegahan. Makan, pakaian dan semuanya harusnya selalu terbaik dan kelas atas. Tempat makan kecil seperti ini harusnya Leheon tidak pernah datang mengunjunginya!

Leheon mengerutkan keningnya “Kenapa? Bukannya kamu mau mentraktirku makan disini?” Dia sedikit tidak senang mendengar Heiran berkata seperti ini. Seperti sedang menjauhinya saja.

Heiran merapatkan bibirnya “Tidak, bukan begitu maksudku. Aku hanya khawatir kamu tidak terbiasa makan seperti ini!”

“Kamu bisa makan, kenapa aku tidak bisa makan!” Leheon merapatkan bibirnya menatap Heiran. Tiba-tiba dia menghela napas “Sudahlah, kamu ingin makan apa? Kamu cari bangku sana, aku akan pergi pesan dan beli makanan dulu!”

“Tidak usah!” Heiran buru-buru menarik tangan Leheon. Dengan sedikit tak berdaya dia berkata “Apa kamu tahu cara makan ini?”

Leheon “.....” Dia benar-benar tidak tahu. Apalagi, dia juga tidak pernah datang ke tempat kecil seperti ini. Walaupun hatinya merasa sedikit jijik dengan tempat ini, tapi karena Heiran suka, dia pun tidak akan mau membuat Heiran tidak senang. Dia pun menundukkan tubuhnya mendekat ke Heiran.

Lalu, wajah tampannya muncul dengan besarnya di depan Heiran. Kulit yang begitu lembut dan indah, mata yang dalam dan cantik, dengan bibir tipis, ini benar-benar tidak mungkin tidak menarik perhatian orang-orang disana.

Walaupun Heiran selalu bertemu dan menghadapi wajah tampan seperti ini, tapi jantungnya masih saja terus berdetak dengan cepat dan tak bisa mengendalikan diri.

Pria ini benar-benar punya aura yang unik. Ketika dia berdiri di tengah keramaian, dia seolah punya eksistensi yang paling mempesona. Dia begitu dekat dengannya saat ini dan bahkan membuat Heiran sulit bernapas “Kamu mendekat ke aku seperti ini untuk apa, sana minggir!”

Heiran mendorong tangannya ke dada Leheon, Leheon menyipitkan matanya, matanya menjadi panas dan dia memegang tangan ramping Heiran yang seperti tak bertulang, lalu menggenggamnya dengan hati-hati "Baiklah, aku akan menunggumu di sini. Kamu pergi membeli makanannya, aku akan menunggumu!"

Napas hangatnya dihembuskan di antara leher Heiran, Heiran sedikit terkejut dan merasa sedikit menegang. Dia memelototi Leheon, lalu mendorongnya “Sana kamu naik ke mobil dulu saja!”

Karena Heiran sekarang menjadi Seohyun, jadi pemilik tempat makan ini tidak mengenalnya. Tapi Heiran mengenal bos tempat makan ini, dia tidak menyangka kalau setelah sekian tahun, bos disini masih tidak berubah.

Bos sebenarnya telah memperhatikan Heiran dan Leheon sejak lama, terutama karena mereka berdua ini terlalu mencolok di mana pun mereka berdiri.

"Nona, kamu ingin makan apa?"

Heiran menyipitkan matanya dan mengatakan makanan yang familiar yang biasa dia makan sebelumnya. Dia berhenti sejenak “Lebih banyakkan sambalnya, lalu lebih banyakkan juga kemangi dan minyak wijennya!” Selesai Heiran bicara dan menggigit bibirnya, lalu dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melihat ke arah Leheon.

Leheon kebetulan sedang melihat ke arahnya dan kedua mata mereka bertemu. Leheon setengah menyipit dan tersenyum pada Heiran. Hati Heiran bergetar dan dia tidak bisa menahan diri memaki dalam hatinya ‘Iblis penggoda’.

"Bos, satu lagi ya jangan terlalu pedas!"

"Baiklah!"

Untuk kenyamanan, Heiran hanya berdiri dan menunggu sambil membuka-buka ponselnya saat dia bosan.

Namun, Heiran mungkin lupa identitas Soehyun yang asli, bahkan jika dia telah pensiun dan keluar dari dunia hiburan sekarang, pengaruhnya masih saja ada.

"Seohyun, Ya Tuhan, apakah itu Seohyun?"

Awalnya, semua orang tidak melihat dengan cermat. Namun, walaupun di sini kebanyakan adalah murid yang masih sangat muda, tapi, karena juga ada sebuah universitas di sekitar ini, kadang ada mahasiswa yang terkadang juga datang kesini. Tidak lama kemudian, ada orang yang mengenali Heiran.

"Apakah itu Seohyun?"

"Iya benar, dia ternyata mau datang kesini untuk makan hotpot. Apa benar-benar datang ke sini untuk makan hotpot. Apakah dia begitu bisa hidup seperti masyarakat biasa?”

"Bukankah dia meninggalkan lingkaran dunia hiburan?"

"Wow, apakah yang berdiri di sampingnya itu adalah tunangannya?"

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu