Kembali Dari Kematian - Bab 543 Apakah Rasanya Manis?

Yesica menggigit permen kapas, rasanya sangat manis, dan dia mengangguk.

Sebuah bayangan menutupi di depannya, kemudian ciuman lebat jatuh di bibirnya, dan Yesica sama sekali tidak punya waktu untuk bereaksi.

Erha menggenggam bagian belakang kepala Yesica dengan satu tangan, dan meraih pinggang Yesica dengan tangan lainnya, kemudian ciuman lembut jatuh di bibir Yesica.

Itu adalah perasaan yang berbeda dari tadi malam, tadi malam Yesica sangat gugup. Tapi hari ini Erha telah berkencan dengannya, dan mereka berdua sudah berpacaran sepanjang hari, Yesica merasa kemampuannya untuk menahan stres masih lumayan baik.

Tapi dia tidak menduga Erha akan menciumnya seperti ini, Yesica merasa dirinya sedikit melayang lagi, perasaan tidak terkendali seperti ini membuat detak jantungnya semakin cepat, dan dia membiarkan Erha memperdalam ciuman tersebut.

Permen kapas yang dibeli Erha adalah rasa stroberi, jadi sekarang mulut mereka penuh dengan rasa stroberi, sangat manis.

Jantung Yesica berdetak sangat cepat, dan ritme seperti ini membuat orang agak sulit untuk mempertahankan.

Begitu ciuman berakhir, Yesica merasa dadanya seperti mau meledak, jika Erha tidak melepaskan dirinya, dia mungkin akan kehabisan napas. Perasaan seperti ini terlalu mengasyikkan, bahkan lebih mengasyikkan daripada main kapal bajak laut sebelumnya.

Erha tidak pernah merasa bahwa berciuman adalah perasaan seperti ini, perasaan yang membuat orang tidak ingin berhenti.

Sejak dia berciuman dengan Yesica tadi malam, dia ingin terus melanjutkannya, perasaan adiktif seperti itu membuat Erha merasa seolah-olah dia telah hidup kembali.

Bibir Yesica sangat lembut dan manis, dan dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.

Ketika melihat penampilan Yesica yang tercengang, hati Erha melembut. Tangannya yang direndam dalam obat sepanjang tahun berbeda dengan tangan Siwon dan Demyuk yang memegang pena.

Tangan Erha memegang pisau bedah dan direndam dalam obat sepanjang tahun. Tangannya sangat ramping, seperti tangan orang yang bermain piano, tetapi tangan Erha tidak begitu sempurna, terdapat beberapa luka kecil di tangannya, dan tangannya juga agak putih, warna putihnya tersebut kelihatan sedikit berbeda dengan orang biasa.

Yesica menatap tangan Erha, kemudian melihat tangan Erha menggosok bibirnya sendiri, setelah itu suara Erha yang serak terdengar di telinganya, "Yesica, ayo kita pergi, kalau tidak kita akan tidak sempat untuk naik kincir ria lagi. "

Yesica sadar kemabli, dia sedikit malu, dan juga merasa sedikit manis. Dia menggigit bibirnya, "Oh!"

Erha menyipitkan mata, matanya yang panjang dan sipit membawa senyum, dan wajah Yesica yang malu refleksi di matanya.

Tangan besarnya menggandeng tangan Yesica, sepuluh jari saling bersilang.

Yesica tercengang, dan tanpa sadar melihat ke tempat di mana Erha menggandengnya. Hatinya melembut, dia berjinjit dan mencium pipi Erha, "Kak Erha, aku suka kamu!"

"Baik!"

Erha membelai rambut Yesica dengan lembut.

Mereka berdua pada akhirnya memainkan banyak permainan di taman hiburan, tetapi Yesica tidak berani memainkan permainan ketinggian yang berbahaya lagi.

Ketika Erha melihat penampilan Yesica seperti itu, hatinya merasa sedikit manis. Meskipun dia dilahirkan di keluarga kaya, sepertinya tidak ada yang tidak bisa dia dapatkan, tapi nyatanya terkadang dia benar-benar tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Yesica memberinya perasaan yang berbeda.

"Apakah kamu lelah?"

Mereka telah bermain selama beberapa jam, jangan melihat bahwa Yesica sudah berumur 21 tahun, tetapi Yesica masih seperti anak-anak, sehingga membuat Erha merasa bahwa ketika bersama Yesica, dia sepertinya menjadi jauh lebih muda.

"Tidak, Kak Erha, apakah kamu lelah?"

Yesica sangat bahagia hari ini, tetapi sepertinya selama dia bersama Erha, tidak peduli apa yang dilakukan, dia selalu merasa sangat bahagia.

“Aku juga tidak lelah!” Erha melihat hidung Yesica berkeringat, kemudian dia mengambil tisu dan menyeka wajah Yesica.

Yesica tercengang sejenak, dia mengedipkan mata, menatap pria yang berdiri di depannya dan menyeka wajahnya, detak jantungnya berdetak dengan cepat lagi. Dia menatap Erha sejenak dan tidak bergerak.

Erha melihat Yesica seperti ini, dia sedikit tidak berdaya, kemudian dia mencubit hidung Yesica, "Ada apa? Mengapa kamu terus menatapku?"

"Kak Erha, kamu sangat tampan!"

“Kamu juga sangat cantik!” Erha meraih tangan Yesica, “Apakah kamu sudah lapar?”

Yesica mengangguk, begitu Erha bertanya seperti ini, Yesica segera merasa sangat lapar.

Yesica bangun terlambat hari ini, jadi dia hanya makan sekali di pagi dan siang hari. Setelah bermain sekian lama, dia pasti telah menghabiskan banyak energi.

"Kamu ingin makan apa?"

“Bolehkah aku makan apapun yang aku inginkan?" Yesica mengedipkan mata, "Kalau begitu aku ingin makan hotpot!"

“Makan hotpot lagi?” Meskipun Erha berkata seperti itu, tetapi dia tetap mengeluarkan ponselnya dan melakukan reservasi di Hanji yang biasa mereka makan, “Bagaimana dengan makan di Hanji?”

"Baik!" Yesica mengangguk, "Selama bersama Kak Erha, makan apapun juga tidak ada masalah!"

“Mulutmu manis sekali!” Erha menyipitkan mata, perkataannya tersebut tidak tahu bermaksud Yesica pintar berbicara atau mulut Yesica manis!

Yesica pemalu, dia menggandeng lengan Erha dan menundukkan kepalanya dengan malu-malu.

Hanji tidak jauh dari taman hiburan. Tempat ini adalah mall di bawah Perusahaan Mu, lokasi Hanji di lantai lima. Ersa telah melakukan reservasi lebih awal, setelah Erha melaporkan namanya, mereka berdua langsung pergi ke kamar pribadi.

Begitu Yesica memasuki pintu, dia segera merasakan panasnya.

Wajahnya yang merah penuh dengan senyum, dia membuka syalnya dan memiringkan kepalanya untuk melihat Erha. Pada awalnya, Erha sedikit tidak nyaman ditatap oleh Yesica seperti ini, tetapi setelah sekian lama dia sudah terbiasa.

"Mengapa kamu terus menatapku seperti ini?"

"Kamu sangat tampan!"

Erha tidak bisa menahan senyum, dia menarik kursi untuk Yesica, dan menyerahkan pakaian mereka berdua kepada pelayan untuk menggantungnya.

Ketika melihat Yesica meletakkan tangannya di dagu dan menatapnya dengan serius, Erha merasa tidak berdaya. Namun, dia masih tersenyum, dan dia memberikan menu ke Yesica, "Sudahlah, kamu lihat menu dulu, apa yang ingin kamu makan!"

Yesica sudah sering berkunjung ke sini, dan dia tentu saja tahu apa yang enak di sini. Dia memesan banyak makanan, dan setelah selesai memesannya, dia menjulurkan lidah dengan malu, "Kak Erha, apakah aku pesan terlalu banyak?"

“Tidak!” Erha tersenyum, “Apakah kamu masih ingin pesan makanan lain lagi?”

Yesica menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak, aku sebenarnya sudah pesan sangat banyak makanan, aku khawatir aku tidak bisa menghabiskannya!” Yesica berkata sambil menundukkan kepalanya dengan malu-malu, “Aku biasanya tidak seperti ini!” Sepertinya dia ingin membuktikan dirinya.

Erha tersenyum, "Ya, aku tahu!"

Apakah gadis kecil ini sekarang baru mulai memperhatikan citranya sendiri?

Tapi mereka berdua sudah saling kenal begitu lama, bagaimana mungkin Erha tidak mengerti sifat Yesica itu seperti apa!

"Aduh, Kak Erha, kamu jangan tertawa!" Yesica menggigit bibirnya, "Aku benar-benar tidak seperti ini!"

"Oke, aku tahu!"

Yesica tahu bahwa tidak peduli bagaimana dia menjelaskannya, itu sebenarnya tidak berguna. Karena sebelum dia berpacaran dengan Erha, dia juga tidak memperhatikan citranya.

Ketika hotpot dihidangkan, Yesica segera melupakan kegugupan sebelumnya, dia makanan dengan sangat bahagia, “Kak Erha, kamu makan juga!” Yesica ingin memberikan makanan kepada Erha, Erha mencondongkan tubuh dan membuka mulutnya.

Wajah Yesica memerah, lalu dia memasukkannya ke mulut Erha, "Ini ... ini adalah sumpitku!"

"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan!"

Wajah Yesica memerah lagi.

Waktu selanjutnya, Yesica pada dasarnya sedang makan, dan Erha melayani Yesica, dia sepertinya selalu tahu apa yang ingin dimakan Yesica pada detik berikutnya, dan dia telah menyiapkannya dan memasukannya ke mulut Yesica.

Satu bertanggung jawab untuk memasak makanan di dalam hotpot, satu bertanggung jawab untuk makan. Pada akhirnya, Yesica benar-benar tidak bisa memakannya lagi, lalu dia menggelengkan kepala, "Kak Erha, aku sudah kenyang!"

"Baik!"

Erha meletakkan sumpit dan melihat bibir Yesica yang merah, matanya menjadi gelap, api di dalam hatinya sepertinya mulai bergerak lagi.

Sialan!

Mata Erha sangat redup, dia mencoba yang terbaik untuk menahannya, dan tidak membiarkan dirinya sendiri sembarang bertindak.

Dia baru mulai berpacaran dengan Yesica, dia tidak boleh membuat Yesica takut.

Setelah Erha memadamkan api jahatnya, saat dia mendongak, dia melihat wajah Yesica mendekat, dan Yesica mencium di pipinya.

Erha tercengang dan menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tidak bisa menahannya lagi, dia berbalik ke samping, dan menarik Yesica ke dalam pelukannya, kemudian ciuman yang panjang jatuh lagi.

Ciuman mereka ini agak lama, ketika Yesica sadar kembali, dia sudah duduk di pangkuan Erha dengan tangan melingkari leher Erha, sementara Erha memegang pinggangnya, dan satu tangannya lagi memegang belakang kepalanya.

Rambutnya berantakan, dan bahkan pakaiannya juga berantakan.

Yesica tidak pernah mengalami hal yang mengasyikkan seperti ini sebelumnya, dan pada saat ini pikirannya sangat kacau, dan wajah Erha terus muncul di depan matanya.

Dia menelan ludah, dan menatap Erha dengan tidak percaya.

Dalam kesannya, Erha selalu merupakan pria muda yang sangat rendah hati dan sopan, meskipun terkadang dia sedikit nakal, tetapi dia tidak segila hari ini. Erha mencium dirinya sendiri sekali dan sekali lagi, dan Yesica tidak membencinya sama sekali, dia bahkan sedikit bahagia.

Yesica menyentuh bibirnya sendiri dengan bingung, sepertinya agak panas, tapi juga terasa sangat manis.

Kemudian Yesica tersenyum, dia melingkarkan tangannya di leher Erha lagi, kemudian meletakkan kepalanya di leher Erha, dan berkata, "Kak Erha, aku sangat suka kamu!"

"Bagus!"

Erha membelai kepala Yesica dan pergi dengan menggendong Yesica di dalam pelukannya.

Kabar Erha dan Yesica berpacaran sudah bukan lagi rahasia bagi Hara dan yang lainnya, tapi setelah mereka yakin bahwa Erha dan Yesica benar-benar sedang berpacaran, Hara dan yang lainnya sangat bahagia untuk Yesica.

Bagaimanapun juga, Hara melihat Yesica selangkah demi selangkah diam-diam menyukai Erha, dan Hara bisa mengerti perasaan seperti ini.

Ketika melihat foto yang diposting oleh Erha dan Yesica di sosmed, Hara menyipitkan mata, ketika melihat Siwon berjalan masuk, dia tersenyum bahagia, dan menyerahkan ponsel ke Siwon, "Coba kamu lihat, Paman tua berpacaran dengan gadis muda, ini lumayan bagus. "

“Paman tua? Gadis muda?” Mata Siwon menyapu foto kedua orang yang bergandengan tangan di ponsel, kemudian menatap wajah Hara.

Hara tercengang, dan tanpa sadar menyentuh wajahnya sendiri, "Kenapa kamu menatapku seperti ini?"

Siwon melihat wajah Hara, karena hamil, wajah Hara menjadi lebih gemuk, bersemangat dan berkilau. Tatapan Siwon menjadi gelap, dia membungkuk, "Mereka adalah paman tua dan gadis muda, kalau begitu kita ini apa?"

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu