Kembali Dari Kematian - Bab 526 Keluarga Songdi kota Seoul

Semenjak meninggalkan Taman Blue Sea, Minho terus menerus dalam pemikiran yang dalam, bahkan kapan sampai dirumah Keluarga Song pun ia tidak tahu, pak supirpun tidak berani untuk mengganggu Minho, hingga akhirnya Minho kembali dari alam pikirnya, mobilnya sudah terparkirkan dikediaman Keluarga Song . Ia sedikit menyipitkan matanya, “Kenapa tidak memanggilku?”

“Tuan muda, apakah anda sedang memiliki beban pikiran?”

Minho melambai-lambaikan tangannya, “Letakkan barang-barang kelantai atas dahulu.”

“Baik tuan muda!”

Minho mengerutkan keningnya, terlihat sangat lelah.

Turun dari mobil, dari kejauhan mendengar suara yang terdengar dari taman, suara tawa itu sangat menyenangkan telinganya, membuat suasana hati Minho yang penat seketika menjadi jauh lebih rileks.

“Kakak keempat.”

Didalam Keluarga Song , Minho berada didalam urutan yang keempat, tetapi adalah anak tertua dari Yoko Song, anak paling besar kakek, dihitung-hitung adalah cucu tertua dari Keluarga Song .

Dan yang memanggilnya tadi itu adalah putri dari Keluarga Song , Luis Song.

Jangan melihat umur Luis yang masih belum dewasa, ia saat ini telah menunjukkan keanggunan nya, sudah menunjukkan rupa ibunya dijaman itu dulu.

Minho menyipitkan matanya, sorotan matanya menunjukkan senyuman yang lembut, saat Luis berlari kearah kemari Minho menggeleng-gelengkan kepalanya, “Pelan-pelan!”

“Kakak keempat, kenapa sekarang baru datang? Kata Hanna pesawat mu datang dipagi hari, aku sudah menunggumu beberapa saat!” Luis berlari kemari dan menarik tangan Minho, dengan manja mencubit-cubit lengan Minho.

Minho tidak dapat menahannya, “Sudah umur berapa masih saja bermanja-manja! Tadi pagi Kakak keempat ada sedikit urusan, karena itu sedikit terlambat!” Ia tersenyum ringan, “Kenapa? Hari ini tidak perlu masuk kelas kah?”

“Tentu saja kelas, tetapi kelas disore hari, lagipula, aku ini bukankah menunggumu pulang untuk membawakan ku hadiah kan!” Luis dengan wajah tersenyum girang melihat Minho, melihat kekanan dan kekiri, “Hadiahnya?”

“Dasar gadis ini, juga tidak menyuruh Kakak keempatmu untuk masuk kedalam beristirahat terlebih dahulu.”

“Nenek!”

Minho melihat nenek Song berjalan kemari, dengan segera memberikan salam, nenek Song yang melihat Minho pun terlihat senang, langsung mengangguk-anggukkan kepalanya, “Baik, baik, baguslah jika sudah kembali, apakah berjalan dengan baik?”

“Sangat lancar!” Minho berjalan sambil memapah nenek Song kembali masuk. Luis mengikuti dibelakang kedua orang itu, sambil mengatakan beberapa kalimat lelucon untuk kepada nenek, membuat nenek tertawa hahaha bahagia.

Naik kelantai atas, Luis mengikuti dibelakang Minho, “Kakak keempat, kamu kali ini membawakanku hadiah apa?”

“Dasar bocah gadis, seharian hanya mengingat hadiah, kalau begitu kamu ingat aku sebelumnya berkata apa kepadamu?”

Minho dengan tidak sabar mengetuk kepala Luis , membuat Luis menunjukkan gigi kesakitan, “Kakak keempat, jika aku menjadi bodoh, apakah kamu akan bertanggung jawab!”

Melihat rupa Luis yang mengepalkan tangannya, Minho tertawa, “Baiklah, tidak bercanda denganmu lagi, hadiah untukmu!”

Minho dari dalam koper mengeluarkan sebuah hadiah memberikan kepada Luis , mata Luis yang melihatnya langsung bercahaya, “Apa ini apa ini!” Berkata sambil membukanya, Minho benar-benar tidak memiliki cara menghadapi Luis , melihat sifat Luis yang seperti anak-anak ini, ia malah teringat kepada gadia yang lain, berhenti sejenak, “Hadiah ini untuk temanmu!”

“Teman?” Luis tercengang, mengedip-ngedipkan matanya, “Yoyoyo, Kakak keempat, kamu ada menutupi sesuatu dariku kan! Kenapa mau memberikan kepada temanku?” Luis dengan rupa licik mendekat ingin mendengar gossip, “Akan tetapi temanku yang mana? Yesica? Jeje? Atau…… Nana?”

Luis memiringkan kepalanya, kedua mata hitamnya yang besar itu dari awal hingga akhir menatap Minho, disaat ini juga tidak tahu Luis sedang terpikirkan hal apa, kedua matanya itu membawa sedikit rasa perhitungan, “Hmm, aku ada 3 teman, Kakak keempat kamu hanya membawakanku 1 hadiah, kamu memintaku bagaimana mengirimkannya?”

Minho menyipitkan matanya, “Kalau begitu apa yang mau kamu katakana?” Minho tersenyum ringan, “Kamu tenang saja, aku tidak memiliki maksud apapun kepada temanmu!”

“Kalau begitu kenapa kamu memberikannya hadiah?” Luis masih tidak dapat terlepas dari pembicaraan itu, “Kamu masih belum mengatakan teman yang mana!”

“Yang sebelumnya saat aku mengantarkanmu ke sekolah dan berpapasan dengannya itu!”

“Maksudmu Jeje?” Luis melototkan matanya yang besar, telapak tangannya memukul kepalanya, “Oh, Kakak keempat, aku tahu, kamu pasti tertarik kepada Nona Jeje kan! Kemudian kamu…… hehe!”

“Dasar gadis bocah, kamu mengerti apa!” Minho mengetuk kepala Luis , “Jangan membicarakan hal yang tidak ada!”

“Aduh Kakak keempat, kamu jangan membohongiku lah, kamu pasti memiliki maksud kepada Nona Jeje kan, lagipula, Nona Jeje juga cukup bagus, Kakak keempat kamu jangan malu-malu deh!” Bola mata Luis bergerak bermain-main, sepasang mata yang seperti pencuri itu melihat-lihat Minho dari atas kebawah.

Ia dari awal kenapa tidak menyadarinya, ia sekarang semakin melihat semakin merasa Minho dan Jeje berdiri bersama-sama pasti sangat cocok.

Ia mengerti Jeje, mereka berdua adalah teman sekelas, dapat dibilang adalah teman yang baik. Selain Yesica, Jeje dan Luis bisa dibilang memiliki hubungan yang paling baik.

“Hei hei, Kakak keempat, kamu tenang saja, serahkan hadiahmu kepadaku!” Luis menepuk-nepuk dadanya dengan wajah berkata tenang saja, “Benar juga Kakak keempat, Nona Jeje sepertinya akan segera berulang tahum, kalau begitu, hadiah ini, aku berikan saat ulang tahunnya saja.”

Terdapat senyuman dibalik sorotan mata Minho, ia mengulurkan tangannya mengelus kepala Luis , dengan tatapan yang lembut dan tidak berdaya, “Terserah kamu!” Ia sebenarnya memang tidak tertarik kepada gadis itu, membelikannya sebuah hadiah hanya karena masalah yang sebelumnya itu.

Akan tetapi ini semua jelas bukanlah hal yang penting, ia pun juga tidak menaruhnya didalam hati, “Anggap saja kamu yang memberikannya hadiah saja!”

“Hah?” Luis sedikit kebingungan, “Benarkah?” Apakah ia alah menebak? Kakak keempat sama sekali tidak memiliki maksud kepada Jeje? Tetapi tidak deh, orang yang dapat membuat Kakak keempat menaruhnya didalam hati tidak banyak, selain dirinya sepertinya hanya ada bibi.

Selain ini, Luis tidak pernah melihat Minho perhatian kepada wanita manapun. Sia-sia ia berpikir Nona Jeje ada kemungkinan menjadi kakak ipar keempatnya.

Aissh!

Tidak benar, sepertinya beberapa tahun yang lalu, juga ada seorang wanita yang pernah diperhatikan oleh Minho, akan tetapi wanita itu sudah pergi begitu lamanya, apakah jangan-jangan Kakak keempat masih menyukai wanita itu?

“Benar, baiklah, aku sedikit lelah!”

Luis mengerti Minho telah duduk didalam pesawat begitu lamanya pasti sangat lelah, karena itu memeluk kado dan dengan melompat-lompat bahagia meninggalkannya.

Minho menutup pintu dan membereskan kopernya, kemudian mandi, saat keluar ia melihat HP diatas mejanya menyala, kedua matanya yang hangat itu mengeluarkan sorot mata tajam, kemudian melihat nama diatas layar itu perlahan semakin memudar, kemudian sorotan matanya juga perlahan menjadi jauh lebih dingin.

Minho merasa tidurnya ini sangat tidak nyenyak, mungkin karena masalah Siwon Mu dan Demyuk Yan mencarinya dipagi hari itu, ia ternyata bermimpi, dan didalam mimpinya ia memimpikan kejadian bertahun-tahun yang lalu, mengenai Mona dan juga kebakaran itu.

Minho secara mendadak berdiri, langit diluar sudah menjadi gelap, ia duduk dalam keadaan setengah sadar diatas ranjang, kemudian mendengar suara pintu diketuk dari luar, “Minho, sudah bangunkah?”

“Ibu, aku sudah bangun!” Minho berkata kemudian bangun dan mengganti bajunya kemudian membuka pintu, melihat Jiso berdiri didepan pintu, terlihat sedikit ragu-ragu, “Ibu, mencariku?”

Jiso menangguk-anggukkan kepalanya, “Bagaimana istirahatmu?”

“Cukup baik!” Minho mengerutkan keningnya, “Ada urusan apakah?”

“Mari masuk dan berbicara!”

Minho mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian membuka pintu menyampingkan tubuhnya mempersilahkan Jiso masuk kedalam.

Kamar Minho kurang lebih sama dengan dirinya, diatur dengan sangat simpel, juga terlihat sangat nyaman.

Setelah Jiso masuk pun tanpa berbasa-basi ia langsung berkata, “Tadi Yuri meneleponku!”

Matanya yang hangat seketika menjadi dingin, ia tidak berkata-kata, tetapi Jiso masih dapat merasakan perubahan yang ada di tubuh Minho.

Ia pun tidak dapat menahan diri dan menghela nafas, “Minho, masalah itu sudah terlewatkan bertahun-tahun, apakah kamu masih belum bisa melepaskannya?”

“Yang belum bisa melepaskannya ibu kan!”

Raut wajah Jiso yang melihat itu, seketika berubah, mengepalkan tangannya, “Minho, kamu masih menyalahkan ibu?”

“Tidak.” Minho menjawab dengan datar, ia semakin tenang seperti, hati Jiso semakin tidak ada perhitungannya.

Putra ini memang dia yang melahirkan, tetapi kepribadiannya ini ia benar-benar tidak mengerti. Ia tidak mengerti, kejadian dimasa lalu itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, ia mengapa masih saja tidak bisa melepaskannya, “Kalau begitu masalah Yuri!”

“Ibu, aku harap kamu bisa mengerti, kamu adalah ibu siapa!”

Jiso mengeratkan kepalan tangannya, wajahnya berubah menjadi putih pucat, “Tetapi Yuri juga adalah anak yang kasihan!”

“Kalau begitu ibu pergilah bertanya kepada ayah, atau bertanya kepada nenek, apakah ia kasihan?” Minho jelas-jelas berkata dengan begitu tenangnya, tetapi tidak tahu kenapa, Jiso yang mendengarnya merasa dingin.

Putranya ini dulu tidak seperti ini, sekarang sepertinya pun tetap sama seperti yang dulu, tetapi Jiso tahu, dalam masalah Yuri, sikap Minho sudah menunjukkan segalanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Anggap saja ibu sia-sia menjadi orang baik, hanya saja Minho, ibu tidak ingin kamu menyesal nantinya!”

Teringat akan apa yang dialami oleh Yuri anak itu diluar negeri, Jiso benar-benar merasa tidak tega.

Wajah Minho masih tidak menunjukkan ekspresi apapun, akan tetapi kedua matanya itu sudah tidak sama lagi, “Jika ibu merasa kasihan kepadanya, mungkin bisa memberikan posisimu kepadanya, lagipula yang ia inginkan adalah sebutan Nona Song ini saja!”

“Kurang ajar!” Jiso emosi hingga bergetar, “Apakah ada anak yang berbicara kepada ibu seperti kamu ini?”

“Ibu juga jangan lupa, selain aku, masih ada Kakak ketiga, kamu mungkin bisa meminta Kakak ketiga untuk melanjutkannya!”

Apakah ini adalah urusan yang tidak bisa ditawar lagi?

Jiso tiba-tiba merasa tidak berdaya, putranya ini ternyata sudah benar-benar jauh darinya.

Jiso mengeratkan bibirnya, “Sudahlah, aku juga sudah tua, hal ini juga aku sudah tidak memiliki tenaga untuk ikut campur, jika kamu tidak ingin, maka aku mulai sekarang tidak akan ikut campur!” Jiso berbicara kemudian terhenti, “Kamu hari ini kembali masih belum bertemu dengan ayahmu kan!”

“Aku akan pergi sendiri!”

“Baiklah!” Jiso berjalan hingga ke pintu, Minho memanggil menghentikan Jiso, “Tunggu!”

Langkah Jiso terhenti, matanya menyorotkan sinar pengharapan, tetapi setelah mendengarkan perkataan Minho, sorot matanya malah perlahan berubah.

“Ibu, mengenai kejadian 20 tahun yang lalu, kebakaran Keluarga Song itu, berapa banyak yang kamu ketahui?”

Jiso terkejut, sekilas matanya terselibat rasa tercengang. Sorot matanya pun perlahan berubah, akan tetapi dengan segera kembali tenang. “Kebakaran 20 tahun yang lalu? Kejadian yang sudah begitu lamanya, kamu kenapa tiba-tiba membahas hal ini?

“Oh, tidak apa-apa, hanya teringat akan beberapa hal saja, kemarin malam didalam mimpi memimpikan tante kecil!”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu