Menunggumu Kembali - Bab 51 Tidak ada orang, Aku tidak berani untuk menyinggung

Ha ?

Karena saat ini sangat diam, jadi perkataan Sanfiko, semua orang yang berada di tempat kejadian dapat mendengarnya dengan jelas.

"Hahaha, anak muda, tadi kamu yang berbicara ? kamu bilang apa, aku tidak mendengarnya dengan jelas ?"

Palo seperti mendengar lelucon yang sangat besar, tapi dalam hatinya dia sudah berkeputusan untuk membunuh anak muda yang sangat mengancam dirinya ini.

Dan disatu sisi orang yang dijaga Hero di belakangnya, Nusrini yang seluruh tubuhnya masih tetap bergetar melihat Sanfiko yang memeluk kakaknya, dia menahan amarah yang besar dalam hatinya.

Dimatanya Sanfiko adalah sebuah sampah, pria yang tidak berguna, sudah seperti ini masih tidak melapor ke polisi, masih disini berlagak.

Tiba - tiba dia semakin benci dengan kakak iparnya.

"Kak, anak muda ini tadi bertanya ingin mati seperti apa ? Hahaha..."

Tiba - tiba pria di sebelah membuka suara, dam membuat pria - pria di sekeliling Palo ketawa mengejek.

Tapi disaat ini Hero malah ada pemikiran yang berbeda.

Meskipun dia tidak pernah dengan mata kepalanya sendiri melihat keterampilan tuan Sanfiko yang bahkan dihormati oleh kak Aji, tapi dia tahu meskipun penampilan luar tuan Sanfiko terlihat seperti orang biasa, tapi kalau sudah bertindak, bahkan kartu itu bukan saingan dari seorang ahli.

Meskipun Palo adalah berandalan dari kota Maharayu, takutnya juga tidak bisa melewati tuan Sanfiko, dan lebihnya yang diganggu Palo kali ini adalah istri dari tuan Sanfiko.

"Sangat menarik, hari ini benar - benar banyak makhluk aneh, anak muda, aku tidak tahu bagaimana aku akan mati, tapi aku bisa segera memberitahumu bagaimana kamu akan mati ?"

Sanfiko melihat wajah penuh senyum Palo tanpa ekspresi : "Benarkah ? karena kamu tidak pilih sendiri, maka hanya aku yang akan memutuskan bagaimana kamu mati !"

Saat berkata, Sanfiko sudah bersiap - siap untuk bertindak.

Tapi disaat Sanfiko baru saja bersiap - siap untuk memberi sebuah tendangan ke Palo hingga dia terbang keluar, disaat yang sama diluar bar juga ada suara ribut, suara mesin mobil yang bekerja juga tidak berhenti.

Sebuah sinar yang menyinari mata membuat banyak orang terkejut, selanjutnya pintu kaca yang ditabrak oleh mobil Sanfiko tadi, dalam sesaat masuk empat puluh sampai lima puluh orang berandalan dengan pisau batang baja.

Yang memimpin bukan orang lain, Danny dengan muka yang suram.

Awalnya Danny sedang di rumah makan malam romantis dengan pacar barunya di rumah, bermain berbagai macam permainan jorok, dengan tidak berlebihan dibilang akan segera bertindak, tapi malah disaat ini dipotong oleh sebuah telepon pertolongan.

Kamu bilang Danny bisa untuk tidak marah ?

Tapi karena punya keberanian membuat masalah di tempat ini, maka hari ini dia pasti akan memberi sedikit kejutan kepada orang yang membuat masalah.

"Siapa yang membuat masalah di tempatku, sedang cari masalah ?"

Danny berjalan masuk dengan rokok di mulutnya, sambil berjalan sambil mengeluarkan suara yang dingin.

Pria dan wanita muda di tempat kejadian yang sering bermain di bar terkejut melihat Danny yang jarang keluar di hadapan umum.

Lagipula mereka hanya datang untuk melihat keramaian.

"Orang - orang yang tidak berkepentingan dan yang lainnya pergilah, pengeluaran hari ini disini gratis."

Ini selalu menjadi cara Danny menyelesaikan masalah, asalkan ada orang yang membuat masalah di tempatnya, dia tidak berharap ada orang yang tidak berhubungan berada di tempat kejadian, lagipula saat menyelesaikan masalah kadang - kadang akan berbau darah, tidak baik dilihat oleh orang yang sering datang ke tempatnya.

Mendengar perkataan Danny, dalam sesaat orang - orang berharap bisa lanjut menonton keramaian semuanya lari satu per satu, lagipula orang - orang ini hanya datang untuk bermain dan bersantai, mereka tidak ingin tertimpa masalah.

Setelah Danny berjalan ke depan mobil Sanfiko, seluruh isi Bar hanya berisi orang - orang yang melakukan masalah dan orang yang dibawa Danny.

Danny melihat kearah Palo yang berdiri disana, kemudian raut wajah dengan pelan semakin berat.

disaat Danny melihat Palo, Palo juga sedang melihatnya dengan senyuman kecil.

Mata yang awalnya memang kecil, menyipit seperti tidak bisa melihat orang lagi, tapi Danny tahu, Palo ini hanya senyuman palsu.

Bahkan Hero mengenal Palo, bagaimana mungkin Danny tidak mengenalnya.

"Danny, kenapa, kamu membawa begitu banyak orang kemari, ingin menghabiskan aku ya !"

Meskipun Palo tahu ini adalah kota Penang, tapi dia tidak takut sama sekali, bahkan di matanya, Danny hanyalah orang kecil, kecuali kalau Aji dari kota Penang keluar, mungkin dia baru akan memberi sedikit muka, tapi masalah hari ini dia sudah berkeputusan dengan tiga wanita ini, memberi muka, tapi itu juga harus disaat dia senang.

Sangat jelas, hari ini Palo, dia sangat tidak senang.

"Kak Palo, tidak terpikir rupanya kamu, tapi tempat ini adalah tempatnya kak Aji, aku membantu mengaturnya, kalau tidak kamu memberi muka padaku, nanti saat datang ke kota Maharayu, aku akan sendiri mengunjungimu."

Karena saat ini Danny tidak melihat Sanfiko yang membelakanginya.

Saat ini Sanfiko berdiri di samping bar, sedang menahan Jovitasari yang tidak ada tenaga sama sekali, dengan pelan duduk di depan bar dan memutar kursi.

Tadi Jovitasari memang minum kebanyakan, sebelumnya karena kesadarannya terus tegang, makanya berusaha untuk menahannya, sekarang Sanfiko sudah menghiburnya, kekuatan alkoholnya mulai naik, dengan muka yang merah, kedua matanya juga tidak jelas.

Sanfiko dengan ringan menyentuh jejak yang sangat merah pada wajah Jovitasari, dalam hati bergemuruh amarah mematikan yang sangat dingin.

Kemudian dia melihat kearah dua wanita yang seluruh tubuhnya penuh dengan luka dan dijaga oleh Hero, dia tidak begitu kenal dengan Vina, tapi Nusrini adalah iparnya, meskipun selalu mencari masalah untuk diri sendiri, selalu meremehkannya di rumah, tapi bagaimanapun adalah adiknya Jovitasari, belum berumur dua puluh, sangat normal kalau tidak mengerti.

Diganggu orang seperti ini, Sanfiko tentunya tidak akan membiarkan Palo ini.

"Mengunjungiku ? Hahaha, Danny, hari ini bukan karena aku di daerahmu tidak memberi muka padamu, wanita ini tadi menamparku sekali, dua wanita itu memarahiku binatang, apa dibiarkan dengan begini saja, kalau begini sialan kedepannya aku masih berandal."

Gaya Palo yang sombong, Danny sama sekali tidak aneh melihatnya, tapi dia juga tahu Palo di kota Maharayu juga adalah orang yang memiliki kekuatan, dan juga bagaimanapun sama - sama berandalan, kalau masalah wanita, Danny tentu saja tidak ingin karena masalah ini menyinggung berandal besar kota Maharayu Palo Gunawan.

Tapi disaat dia melihat kearah jari yang ditunjuk Palo, malah melihat sebuah wajah yang bergetar yang membuat seluruh tubuhnya terkejut.

Wajah dengan kecantikan yang sempurna, sangat merah dan menggoda orang.

Tapi disaat ini Danny bukan terkejut oleh kecantikan wanita ini, tapi karena wajah itu, di berandalan kota Penang dengan sekali lihat dia sudah mengenal wanita ini.

Jovitasari !

Itu juga berarti orang yang membelakanginya, pria berpakain biasa yang membetulkan pakaian Jovitasari.

Pandangan mata Danny langsung melihat ke Hero dengan luka di wajah yang berada tidak jauh.

Hero yang sudah lama mengikuti Danny dengan cepat mengangguk, tentu saja dia tahu arti dari pandangan mata bosnya.

"Kak Palo, kamu beneran tidak memberiku muka ?"

Kalau orang lain, Danny mungkin tidak akan peduli, biarkan kak Palo suka hati membawa orang dan pergi saja, tapi ini adalah tuan Sanfiko, bahkan bosnya sendiri kak Aji juga harus menghormatinya, pria berpenambilan rendah yang semua keluarga kaya Shen harus hormati.

Pria yang bergantung hidup pada istri di mata banyak orang.

Tapi disini dia tidak berani untuk memancingnya.

"Muka ? Hehe, Danny jangan bilang aku Palo Gunawan tidak memberimu muka di daerahmu, karena kamu sudah membuka mulut, maka aku beri kamu muka, dan juga berarti memberi Aji muka. Para saudara, baya ketiga wanita pergi."

Palo juga dapat melihatnya, Danny seperti bertindak serius, lagipula kota Penang adalah daerah orang lain, ribut besar seperti ini memang tidak baik, jadi Palo yang saat ini berkeputusan untuk mengalah.

Kalau misalnya Danny tidak menerima dan mengancamnya, beberapa orang yang diabwanya memang sedikit tidak cukup untuk dilihat, hanya demi tiga wanita yang dimainkan lalu dibuang, dia merasa tidak pantas.

Saat berkata langsung melambaikan tangan, mengartikan anak bawahnya sendiri membawa tiga wanita dan pergi.

Mendengar perkataan ini, raut muka Danny malah menjadi lebih buruk.

Akan tetapi dia belum buka mulut terdengar sebuah suara yang tidak berperasaan sedikit pun.

"Aku tidak buka mulut, siapapun tidak boleh pergi hari ini."

Wahh ?

Palo yang barusan bersiap untuk meninggalkan mendengar perkataan ini langsung menghentikan langkah kaki, kemudian berbalik badan dan melihat Sanfiko yang membuka mulut berbicara."

"Hehe, Danny, aku itu sudah memberimu muka, tapi sepertinya anak ini tolol, karena begini, maka aku hanya ada menyinggung !"

"Sanfiko, kamu..."

Jovitasari mengulurkan tangan dan memegang erat baju Sanfiko, wajahnya yang merah saat ini gugup hingga air keringat juga sudah keluar, dia juga pernah melihat berandalan yang sombong dan kasar ini, kalau misalnya Sanfiko tetap ingin membelanya, pasti akan dipukul dengan sangat menyedihkan.

"Harus mati, Sanfiko, siapa yang ingin kamu lawan, kamu beneran menganggap dirimu pahlawan, kamu sampah, dari awal sudah menyuruhmu lapor ke polisi, kamu tetap ingin menjadi pahlawan, sialan, hari ini kalau aku bukan diperkosa, aku pasti akan membunuhmu, bunuh kamu !"

Saat ini Nusrini sudah marah hingga kepalanya pecah, ketakutan, kemarahan semuanya sudah meledak, semuanya ditumpahkan diatas Sanfiko, karena tidak berani dengan orang lain.

"Kak Palo, beberapa orang ini kamu tidak bisa bawa pergi, mereka.. haiya, pokoknya, hari ini kalau kamu bawa mereka pergi, maka aku hanya bisa tidak sungkan lagi denganmu, dan juga aku akan segera menelepon kak Aji."

Saat berkata dengan raut mata Danny, anak buah di belakangnya satu per satu langsung mengeluarkan pisau batang tembaga.

"Hehe, Sialan, benar - benar sangat aneh, aku Palo Gunawan ingin melakukan sesuatu, perlu kamu yang tidak apa - apanya untuk mencampuri ? kamu pikir aku Palo Gunawan ditakuti oleh siapa ?"

Melihat kelakuan Danny, Palo juga langsung marah, saat ini Sanfiko dengan ringan menepuk - nepuk bahu Jovitasari dan berkata : "Jovitasari, kamu sebelumnya bukankah ada bertanya padaku, malam itu bagaimana aku membawamu keluar dari Golden Sunshine ? sekarang aku beritahu kamu..."

Jovitasari mendengar perkataan ini, tertegun sedikit.

Kemudian dia melihat Sanfiko yang tersenyum tipis padanya di hadapannya, kemudian berbalik padan dan berjalan ke arah Palo....

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu