Menunggumu Kembali - Bab 180 Apa Dia Mendengarnya?

Saat ini Yusdi yang sedang kesakitan itu dengan susah payah untuk duduk diatas kasur yang sederhana, ketika dia berusaha untuk duduk, Yusdi merasa salah satu kakinya sudah mati rasa.

“Kakiku…”

“Kamu masih memikirkan kakiku, masih syukur kamu sekarang bisa bertahan hidup, lagipula jika bukan karena nyawamu itu beharga, maka aku juga tidak akan bisa menyelamatkanmu, ingat ya, kali ini adalah 20 miliar. Tidak boleh kurang sepesenpun!”

Pria berbadan gemuk itu menekan Yusdi di kasurnya ketika dia berbicara.

“Kemari, aku beri kamu suntikkan, tenang, sekarang yang butuh kamu lakukan adalah istirahat yang baik, aku akan pasangi infusmu, jadi jangan bergerak, sekarang vertebra lumbar mu belum benar benar pulih, tadi ketika kamu bergerak menyebabkan sedikit luka, jadi aku sekarang akan memberimu diagnose.”

“Terima kasih!”

Yusdi merasa jarum suntik itu sudah masuk kedalam tubuhnya yang terasa sangat sakit, lalu Yusdi pun perlahan lahan menutup matanya.

“Aihh, teringat jaman dulu jika aku tidak memiliki hubungan baik dengan kakek di Keluarga Bai, maka aku sekarang tidak akan menolongmu, tapi orang yang menabrakmu itu juga kejam, tapi aku juga tahu kamu, kamu bukanlah barang yang bagis, jadi tidak peduli pertolonganku padamu kali ini sama saja aku membayar hutang budiku kepada Keluarga Bai.”

Berbicara dengan Yusdi yang sudah kehilangan kesadarannya itu, Dokter yang bertubuh besar itu merasa terima kasih.

Pria bertubuh besar ini memutar badannya dan jalan kearah kamar lain, lalu dia baru memasangkan infuse cair kepada Yusdi.

……

“Apa yang kamu bilang, berarti kemarin malam ayah kedua juga tidak pulang?”

Jovitasari yang baru saja mengenakan pakaiannya tiba tiba memasang raut muka yang tidak mengerti.

Di waktu yag bersamaan Jovitasari mulai merasa masalah ini tidak semudah yang dibayangkannya.

“Yah, berarti ayah kedua kemarin malam tidak pulang, lalu pagi ini Irwan selaku penanggung jawab Industri Cakra Surya sudah mengumumkan kalau Industri Cakra Surya akan diserahkan kepada orang yang bernama Deby?”

Mendengar jawaban yang pasti dari ayahnya, Jovitasari dengan muka terkejutnya melihat kearah Sanfiko Chen yang sedang bersandar di bantal, lalu pandagan matanya penuh dengan tanda Tanya.

“Baiklah, Yah aku tahu, kamu tolong bantu aku awasi perusahaan, aku akan menjelaskan secara langsung kepada nenek, aku akan segara berangkat ke kantor, kemarin malam ada sedikit urusan yang menghalangku.”

“Aku sekarang bersama dengan Sanfiko Chen!”

“Iya iya…”

Setelah memutuskan panggilan, Jovitasari langsung berkata kepada Sanfiko Chen : “Sanfiko, apakah kamu… kamu…”

“Aku… ada apa?”

Sanfiko Chen sengaja memasang muka yang tidak bersalah.

“Ini juga tidak mungkin, Sanfiko menurutmu mengapa ayah kedua bisa tiba tiba menghilang, rapat tadi pagi dia juga tidak datang, aku masih ingin bertanya dengannya baik baik, mengapa mau menyakitiku… bagaimanapun aku adalah keponakkannya, walaupun dia tidak menyukaiku, tapi juga tidak boleh seperti ini…”

“Mungkin ayah kedua malu bertemu denganmu, jadi dia bisa seperti ini…”

Sanfiko Chen teringat ketika kemarin malam dalam keadaan yang penuh amarah menabrak Yusdi, lalu dia pun tidak melihatnya lagi, dia pikir akan menghubungi Kak Aji, kemarin malam ketika mengurusi tempat kejadian, apakah dia melihat mayatnya Yusdi, ini karena Yusdi adalah orang yang berbahaya, lalu dia sudah mengetahui identitasnya, Sanfiko Chen tidak takut jika identitasnya ketahuan, tapi dia takut Yusdi akan bangun lalu akan melakukan sesuatu kepadaku dan Jovitasari atau bahkan kepada mertuanya.

Semakin dipikir Sanfiko Chen merasa Yusdi tidak boleh hidup.

Tapi setelah tabrakkan kemarin, sepertinya dia tidak akan hidup lagi.

“Benar juga… tapi mengapa Irwan mengumumkan akan memberika Industri Cakra Surya kepada wanita yang bernama Deby, lalu kita pun tidak mengenal wanita ini sama sekali.”

“Sanfiko… apa kemarin ketika kamu menyelamatkanku, polisi juga ikut masuk?”

Sanfiko Chen menganggukkan kepala.

“Coba kamu pikir, aku orang yang baik seperti ini mana bisa bertengkar, lalu Irwan itu orang yang seperti apa, mana mungkin aku adalah lawannya?”

Sanfiko Chen sambil bicara sambil mengelus hidungnya.

Jovitasari melihat Sanfiko Chen yang berada didepannya juga berpikir seperti itu.

“Tidak bisa, sekarang adalah masa kejayaan Industri Sorgum Sanjaya, kita tidak boleh ada melakukan kecerobohan, Sanfiko, kita sekarang segera pergi, lalu kamu temani aku bertemu dengan Deby, tidak perduli kita harus menyelesaikan masalah sumber bir ini, lagipula jika Industri Cakra Surya ingin bekerjasama dengan kita, maka mereka harus adil dan masuk akal.”

Jovitasari sambil berbicara, sambil mengenakan jaketnya.

“Jovitasari… masalah ini tidak perlu mengenakan baju… ini…”

Saat ini Jovitasari baru teringat, lalu dia pun melepaskan jaketnya, karena jaket ini sudah sobek.

“Lalu bagaimana… aku tidak mungkin mengenakan pakaian seperti ini untuk pergi membahas pekerjaan…”

“Eemmm, Jovitasari lebih baik kamu sekarang pergi mandi, dan masalah ini serahkan kepadaku…”

Jovitasari menganggukkan kepala.

Lalu Sanfiko Chen menghubungi toko mobil Porsche 4S, lalu menyuruh mereka untuk membawa mobil Porsche ke pintu hotel, dan sekalian membawa baju ganti dalam waktu cepat, setelah itu dia pergi ke balkon untuk menghubungi Kak Aji.

“Tuan sanfiko, ada yang bisa dibantu?”

Kak Aji kemungkinan baru tertidur, setelah semalaman sibuk, Kak Aji sekarang merasa sangat mengantuk, tapi dia tetap saja menghormati Sanfiko Chen, tidak berani kurang ajar kepadanya.

Apalagi ketika kejadian kemarin malam terjadi, Kak Aji dan Erwin dari Kota Maharayu sedang bertelfonan.

Erwin sudah menjelaskannya dengan jelas, sekarang apa yang dikatakan oleh Tuan sanfiko maka lakukan itu, dan menyuruh Kak Aji untuk menjaga Sanfiko Chen. Apalagi soal kedatangan Charles, Erwin hanya memarahinya sebentar, kedatangan Charles dalam dua hari ini baru diketahui oleh Kak Aji, dan hal ini membuatnya sangat tertekan.

Tapi hal ini membuatnya semakin mengetahui kekejaman Sanfiko Chen.

Dimatanya Sanfiko Chen bukan hanya bos Chen yang berasal dari Kota Yanjing saja, dia tahu sejak dia bergabung dengan Erwin, mereka sama sekali tidak takut dengan orang lagi, termasuk Susanto yang merupakan orang besar di Kota Maharayu, seharusnya dia pun juga akan menghindarinya.

Dan Kak Aji tahu pernah suatu hari seorang keluarga kaya dari Kota Yanjing bermasalah dengan Erwin di Kota Maharayu, lalu Erwin pun langsung mematahkan kaki orang itu, lalu tidak terjadi apa apa lagi.

Walaupun dia sangat menghormati Sanfiko Chen, tapi kematian Charles benar benar membuat Erwin sedikit terkejut, sekali mendengar hal ini dilakukan oleh Sanfiko Chen, langsung membuatnya tertawa, jadi seharusnya Susanto mengerti setelah menerima mayatnya Charles, jika dia masih tidak mengerti berarti perkumpulannya sia sia saja, dan kehidupan Susanto pasti sudah berada di ujung tanduk.

“Seharusnya aku tidak mengganggu istirahatmu kan!”

“Tidak, tidak… aku juga berpikir akan melaporkan keadaan kepada Tuan sanfiko…”

“Emm, baguslah kalau begitu, ada dua masalah, pertama apa kemarin malam kamu menemukan jasadnya Yusdi?”

Mendengar pertanyaan ini Kak Aji sedikit linglung, lalu berkata dengan pelan : “Seharusnya tidak, kami kemarin hanya membereskan tempat kejadian, tidak menemukan jasad, semuanya adalah barang rongsokan, tidak ada Yusdi!”

“Emm, sepertinya dia belum mati, kalau begitu utus orang untuk mencarinya.”

“Iya, akan aku lakukan, oh ya Tuan sanfiko, ada satu masalah, siapa Deby itu?”

“Eemmm, Tuan sanfiko, kamu tahu sendiri jika aku yang menjadi pemimpik Industri Cakra Surya maka pasti akan ada kekurangan untuk masalah ini, jadi aku sembarang memanggi orang, wanita yang kemarin mengantar surat kerjasama kepadaku adalah wanita yang dulu aku kenal, sekarang dia sudah bekerja denganku, aku pikir dia tidak ada urusan apa apa, jadi aku menyuruhnya untuk melakukan ini.”

Sanfiko Chen menganggukkan kepala.

Masalah ini lah yang kemarin malam diragukannya.

“Yasudah, kamu beritahu dia, jika Industri Sorgum Sanjaya sudah siap untuk membeli Industri Cakra Surya, langsung buka harga 600 miliar, uang ini….”

“hahaha, Tuan sanfiko masalah ini aku mengerti.”

Sanfiko Chen tidak berkata, lalu langsung memutuskan panggilan itu.

Ketika Sanfiko Chen sudah memutuskan panggilannay, terlihatnya Jovitasari yang sudah berdiri di pintu balkon yang mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, dan melihatku dengan banyak pikiran.

Apakah dia sudah mendengar semua pembicaraan ini?

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu