Menunggumu Kembali - Bab 50 Kamu ingin mati dengan cara seperti apa ?

"Berapa banyak uang yang kalian mau, aku bisa memberikannya, jangan pukul aku lagi..."

Disaat ini seluruh tubuh Billy sudah dipukul hingga menjadi kepala babi, menutupi perutnya dan berlutut di lantai, sudah tidak ada lagi penampilan pria yang berpakain jas yang gagah.

"Lepaskan bajunya, sialan..."

Saat itu dua berandal langsung melepaskan baju jas bermerek Billy.

Ahh !

"Kamu jangan kemari, jangan kemari..."

"Tolong, tolong..."

Disaat ini Nusrini beneran dikejutkan, dia melihat Billy yang sudah mulai gila ditelanjangi dan ditahan di lantai, seluruh tubuhnya bergetar.

Dan disaat ini Billy terus berjuang untuk meminta belas kasih, tapi malah sama sekali tidak berguna.

Disaat ini Hero dan beberapa pria yang berada di tempat kejadian ditahan di lantai, tidak bisa bergerak.

Disaat ini Jovitasari berguling menjadi sebuah bola, Vina yang wajahnya penuh dengan darah dalam hatinya penuh dengan ketakutan.

Disaat ini tangan Jovitasari ditangkap oleh dua orang, bersandar sepenuhnya di meja bar, meja bar yang dingin dan keras terbentur dengan punggungnya, sangat sakit.

Tapi saat ini yang membuatnya semakin khawatir adalah keadaan ketiga orang.

Sepasang mata Palo menyipit, melihat Vina dan Nusrini yang bajunya sudah dikoyak dan diperlihatkan, langsung menunjuk ke kedua orang yang bersandar meringkuk di lantai seperti bola dan berkata : "Tahan mereka berdua dulu, tidak ada orang yang berani menyentuh kemarahanku Palo Gunawan, hari ini aku mau lihat apa kalian sebenarnya sepolos seperti apa yang kalian pakai."

Lagi sebuah tawa yang serampangan setelah selesai berkata.

Setelah mendegar perkataan bos, berandal yang daritadi sudah bersedia untuk bergerak langsung bertindak.

"Ahh..."

"Tolong, tolong..."

"Kalian binatang, lepaskan aku... lepaskan aku..."

Nusrini dan Vina langsung dengan gila menolak, tapi mereka hanyalah wanita, tidak ada ruang untuk memberontak di depan berandalan - berandalan ini.

Dalam waktu yang sangat singkat sudah dikerumuni oleh beberapa orang, dan bahkan ada beberapa orang yang sudah mulai menangkap mereka, dan pakaian yang menutupi sedikit bagian dari tubuh sudah mau koyak.

"Kalian lepaskan Nusrini dan tante Vina !"

Dan disaat ini juga Jovitasari berteriak dengan kuat.

"Hehe, kenapa, wanita cantik, kamu ingin duluan ? Atau tidak, mau aku telanjangi kamu baru bicarakan lagi ?"

Setelah melihat tingkah laku Jovitasari, seluruh tubuh Palo sebenarnya sudah panas, sebenarnya kalau bukan karena telepon tadi, dia sudah memperkosanya."

"Kamu, kamu lepaskan mereka, aku tetap disini !"

Saat ini Jovitasari menggertakkan gigi, melihat adik yang sudah menangis, meskipun adiknya sering bertengkar dengannya di rumah, meremehkan Sanfiko, kadang tidak sengaja menyakti Sanfiko, tapi bagaimanapun Nusrini adalah adiknya sendiri.

Jovitasari tidak bisa tidak menyelamatkannya, dan lebihnya tante Vina tidak pantas mendapatkannya, kalau bukan tidak tenang maka juga tidak akan ikut kemari.

"Hehe, lepaskan mereka, kamu tetap disini... Haha, kenapa aku harus mendengarmu, kecuali kamu membiarkanku bermain sebentar, juga sudah punya suami, aku yakin kamu pasti tahu bagaimana cara membuat pria nyaman kan..."

Sambil berkata, tangan gemuk Palo sudah menunjuk kearah kancing baju kerja Jovitasari.

"Kamu, kamu..."

"Kamu bajingan.. kamu..."

Senyuman pada wajah Palo makin lama makin senang, karena disaat tangannya membuka satu kancing, tubuh indah Jovitasari semakin dalam, dan bahkan dia dapat mencium bau wangi anggur merah, seperti bau wanita yang membutakan orang.

"Bagus, bagus, rupanya seorang wanita dengan bau yang harum pada tubuhnya, beneran barang yang sangat langkah..."

"Kamu, kamu, kamu sekarang sudah bisa lepaskan mereka kan."

Jovitasari berusaha untuk sangat menahan ketidaknyamanan yang dibawa oleh si busuk yang jahat lalu menggertakkan gigi dan berkata.

Mendengar perkataan ini, air mata Nusrini dan Vina langsung keluar.

Nusirini nangis dengan histeris.

Disaat ini Billy sama sekali tidak berani membuka mulut, seluruh tubuhnya hanya trersisa celana dalam saja, berguling di sudut, saat ini Billy merasa ini adalah saat paling memamlukan dalam hidupnya, tapi dia malah tidak berani untuk berontak sedikit pun, dia kurang lebih tahu orang - orang ini sama sekali bukan berandal dari kota Penang; tapi dari kota Maharayu.

Malah disaat ini seluruh wajahnya dipukul hingga bengkak, bahkan sedikit kesusahan saat bicara !

"Hehe, lepaskan mereka, tidak mungkin !"

Jovitasari langsung mengkerutkan alis disaat itu, menggigit bibir dengan kuat, sangat jelas sedang emosi.

"Haiya, sangat membutaka orang, telanjangkan mereka berdua, bawa dia ke toilet..."

Melihat Jovitasari menggigit bibir, Palo semakin tidak tahan, langsung berbalik badan dan bersiap - siap ke kamar mandi, dia perlu untuk segera dibebaskan.

"Ahh..."

Disaat ketiga orang sudah hilang dalam harapan, semua orang dalam tempat kejadian bersedia untuk bertindak, disaat sangat senang dan heboh, dalam sesaat sebuah suara datang dari pintu bar.

Sebuah suara yang yang cepat dan kuat, dan suara pecahan kaca.

Sebuah mobil langsung menabrak pintu bar dan masuk ke dalam aula.

Saat semua orang terbengong, pintu mobil tersebut terbuka, keluar seorang anak muda yang memakai pakaian yang sangat biasa.

"Sialan, sangat sombong !"

"Siapa orang ini..."

Saat ini Palo juga sedang melihat anak muda yang barusan keluar dari mobil dan langsung berjalan kearahnya.

Dalam hati ada perasaan yang tidak pasti dengan anak muda ini

"Sanfiko..."

Saat ini tangan Jovitasari yang masih ditangkap oleh dua orang, wajahnya dalam sesaat muncul sedikit harapan, dia dengan ringan memanggil sekali.

Sanfiko yang barusan turun dari mobil tentu langsung melihat Jovitasari yang ditangkap oleh dua orang, wajah yang sangat merah.

Dia tidak mengatkan apapun, selangkah demi selangkah mengarah ke kedua orang yang menangkap Jovitasari, kedua matanya sangat dingin, raut mata ini dalam sesaat membuat kedua berandalan ini takut, tanpa sadar melepaskannya, dalam sesaat Jovitasari seperti kehilangan energi, seperti patung tanah liat, dan tubuhnya sudah hampir jatuh di lantai.

Disaat ini Sanfiko membuat langkah yang besar, mengulurkan tangan dan memeluk Jovitasari.

"Jovitasari, kamu tidak apa - apa kan ?"

Jovitasari tidak berkata apa - apa, dia yang saat ini memeluk Sanfiko dengan erat, kepalanya bersandar dalam pelukan Sanfiko, disaat ini air matanya tidak bisa ditahan dan mengalir terus - menerus.

Terlalu banyak keluhan dalam hatinya, dan dalam sesaat langsung mengeluarkan semuanya, dan juga awalnya dia minum terlalu banyak alkohol, setelah mengistirahatkan kesadarannya, dalam sesaat merasakan sama - samar.

"Sialan, anak muda, jadi kamu orang bodoh yang mengangkat telepon tadi ?"

Palo pada akhirnya bereaksi.

Langsung dengan dingin menjerit, langsung tiba - tiba meludahi lantai.

"Sanfiko, kamu datang untuk pamer apa, kamu begini hanya akan membahayakan kita, kamu... kamu iblis !"

Disaat melihat Sanfiko yang datang seperti pahlawan ke tempat kejadian, Nusrini tertegun sedikit, tapi kemudian dalam hatinya langsung membuatnya marah dan menjerit dengan kuat.

Seperti kemaluan dan keluhan yang dia rasakan ditumpahkan semua kepada Sanfiko yang barusan datang ke tempat kejadian.

Disaat yang sama, Billy yang berada di sudut, dengan tidak gampang memakai celananya kembali, matanya penuh dengan ejekan, dengan cepat dia dipukul oleh beberapa orang ini dengan menyedihkan, tapi dia tahu Sanfiko akan segera dipukul menjadi kepala babi, lebih menyedihkan daripadanya.

Berpikir pada hal ini, wajah Billy langsung keluar senyuman yang senang.

"Sial, aku pikir apa yang datang dengan tiba - tiba, rupanya seorang pria yang tampan."

Karena kehadiran Sanfiko sangat ganas, Hero juga bebas dari pergumulan, dan langsung berjalan ke sebelah Sanfiko.

"Mana Danny !"

Sanfiko tidak memberi Hero kesempatan untuk berbicara, Hero pernah bertemu dengan Sanfiko sekali di galangan kapal tua sebelumnya, jadi ada sedikit kesan.

"Kak Danny akan segera sampai, San.."

"Baik, kamu berdiri di samping, jaga mereka berdua."

Saat berbicara Sanfiko langsung memeluk Jovitasari yang bersandar di lantari dan terus menangis, hatinya sangat sakit.

"Jadi kamu yang pukul istriku tadi ?"

Sanfiko tidak banyak omong, juga tidak melihat orang lain.

Dan langsung melihat kearah Palo yang berdiri disana dengan wajah yang penuh senyuman.

Setelah Palo mendengar perkataan Sanfiko, dalam sesaat langsung tertawa dan berkata : "Kenapa, kamu jangan - jangan ingin memukul kembali ?"

Saat berkata, anak buah Palo langsung berjalan mengelilingi Sanfiko, gayanya hanya perlu satu kata dari Palo, orang - orang ini juga akan mengoyak Sanfiko.

"Sanfiko, aku takut !"

Saat ini Jovitasari juga tidak ada keberanian untuk memberi adik dan Vina pergi dulu.

Bersandar dalam pelukan Sanfiko sama seperti seekor kucing yang terluka.

Sanfiko mengulurkan tangan dan menepuk - nepuk punggung Jovitasari dengan ringan, berbalik dengan wajah tanpa ekspresi dan berdiri di hadapan Palo berusia paruh baya yang gemuk dengan seluruh lemak di tubuhnya dan berkata : "Bilanglah, kamu ingin mati dengan cara seperti apa ?"

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu