Menunggumu Kembali - Bab 221 Kesempatan belum datang!

Semua orang saling berpandangan.

Pengawal-pengawal Johanes ini semakin bingung.

Pada saat ini Bang Naga sedang duduk disalah satu ujung sofa, melintingkan sebatang rokok kemudian menghisapnya.

Pada saat ini seluruh ruang tamu sangat sepi, tidak ada seorangpun yang berbicara.

Johanes yang berlutut tampak tidak nyaman, apalagi Ia adalah pemimpin geng, dan lagi sekarang dihadapan anak-anak buahnya, Kak Aji si preman yang tidak pernah dihargainya, dan yang paling tidak dihargainya, nyonya asal keluarga Bai, Ibu Puspita .

Sedangkan Johanes, pada saat ini sedang berlutut dihadapan mereka semua.

“Siapa yang suruh kamu bangun, terus berlutut, berlututlah yang benar!”

Ketika Johanes sedang mau berdiri, Bang naga yang sedari tadi tidak berbicara dan hanya merokok saja, air mukanya berubah muram, dingin.

“Bang Naga... aku... Bang Naga, aku sebenarnya......”

“ Johanes, kali ini karena Tuan sanfiko tidak hitung-hitungan terhadapmu, aku hanya menyuruhmu berlutut supaya kamu ingat, jangan lupa siapa dirimu, ada banyak orang yang tidak sepantasnya kamu cari masalah, mengerti?”

Bang Naga pelan-pelan mematikan sumbu rokoknya dengan tangannya.

“Mulai saat ini dan seterusnya, jangan pernah datang ke kota Sumedang, berdiamlah di Purwokerto.”

Sambil berbicara, Bang Naga perlahan melangkah, berjalan hingga dihadapan Johanes yang sedang berlutut, Ia mengertakkan giginya.

“Kejadian malam ini lebih baik tidak kamu beritahukan pada siapapun, dan juga, cepatlah bawa anakmu pulang, ketika sembuh segera kirim dia keluar negri.”

“Pulanglah dan instrospeksi dirimu baik-baik, tunggu aku menghubungimu!”

Seselesainya berbicara Bang Naga dengan raut wajah yang kaku berjalan keluar dari rumah mewah keluarga Bai, diikuti suara dengung mesin.

Setelah Bang Naga pergi Kak Aji pun lekas pergi , Erwin yang datang ke kota Penang, sudah sewajarnya Kak Aji ingin ikut dengannya, melihat apa Bosnya memberi perintah baginya....... pada saat yang sama Ia kaget pada pengaruh Sanfiko Chen.

Setelah mereka semua pergi, Johanes bangkit berdiri dengan gemetar, lalu mundur beberapa langkah, lalu pantatnya menduduki sofa kulit asli itu, badannya terasa seperti menua beberapa tahun.

“Tuan.....”

“Telepon bagian Rumah Sakit, beritahu mereka untuk mempersiapkan Martin, malam ini juga kita kembali ke Purwokerto.

“Tapi......”

“Baiklah......”

Pengawal itu seperti ingin mengatakan sesuatu, namun melihat tatapan Johanes yang tajam bagai ular, cepat-cepat ditahannya.

Johanes pada saat itu melihat Ibu Puspita yang duduk tercengang, rohnya seperti belum kembali pada tubuhnya, Ia perlahan angkat bicara : “Tidak kusangka kali ini mereka sangat teliti menjatuhkanku, Namun kalian keluarga Bai dapat dikatakan mendapat keuntungan, Tuan sanfiko ini berbahaya, Ia dapat mengetahui semuanya, Ia mempunyai pengaruh yang besar. Ibu Puspita, perhitunganmu dapat dibilang cukup akurat ya.... heheh, namun aku, Johanes dapat bertahan hingga hari ini, bukanlah seorang yang mudah untuk menundukkan kepala, Namun hari ini aku sudah menundukkan kepalaku, suatu hari nanti akan ada waktunya bagiku untuk kembali mengangkat kepalaku, kuharap pada saat itu datang Perusahaan Tianbai milik keluarga Bai masih berdiri !”

Seselesainya berbicara, Johanes menghela napas panjang, kemudian bangkit berdiri.

Lalu selangkah demi selangkah keluar dari rumah mewah keluarga Bai, Ibu Puspita yang sedang duduk dibawah sinar rembulan merasa seorang pria ambisius, berbakat dan introver itu tiba-tiba menua dalam sesaat.

Kedua sorot matanya yang tampak kaget, sudah terpenuhi kesedihan, lalu mulai menjernih.

“Jalan di masa depan, siapa yang tahu.....”

……

Sebuah mobil Maserati putih berhenti didepan pintu gerbang sebuah klub yang mewah, ketika Bang Naga keluar dari mobil itu, berjalan memasuki klub dan duduk di bar, Ia hanya melihat seorang wanita cantik pramutama (bartender) bar yang sedang meracik minuman beralkohol yang membara untuknya.

“Tuan Muda ada dimana?”

Erwin yang datang dihadapan Bang Naga, perlahan menyodorkan segelas koktail yang baru saja dibuat.

Bang Naga meneguk habis koktail digelas itu, lalu lanjut bertanya : “Tuan muda dimana?”

“Sudah pergi.”

“Sudah pergi?”

Wajah Bang Naga tampak sulit percaya, lalu pada saat yang sama kedua matanya terpancarkan rasa kehilangan.

“Aduh, aku sudah tahu kamu pasti begitu!”

Kamu juga termasuk orang besar di Jalan Nanjing, Bang Naga, kamu tidak mungkin menangis kan.

Pada saat ini Erwin melihat dihadapannya, Bang Naga yang terkenal akan nama dan reputasinya yang menakutkan, tak disangka kelopak matanya tampak merah, Erwin pun tak dapat menahan dirinya untuk meledeknya.

“Kamu jangan menertawakanku ya!”

Ketika Bang Naga hendak meminum koktail beralkohol kuat itu lalu bertanya : “Tuan Muda bagaimana bilangnya?”

Erwin menepuk-nepuk pundak Bang Naga sambil berkata : “Bang Naga, Tuan sanfiko bilang kamu cepat juga, pada awalnya Ia berencana duduk disana tunggu kamu sampai langit cerah, tak disangka dalam sekejap kamu datang, namun Tuan sanfiko bilang Ia sekarang tidak bersedia bertemu kita, Ah, Awalnya aku juga ingin mengatakan sesuatu pada Tuan sanfiko, ujung-ujungnya Ia menyuruhku segera pulang ke kota Maharayu, aku juga karena lesu jadinya datang kesini minum bir.”

“aku......”

Pada saat itu Bang Naga ingin mengumpat, namun suasana hatinya sudah jauh lebih baik.

“Aku juga tidak tahu awalnya tuan Sanfiko ada masalah apa.”

“Jangan dipikirkan, lagipula Tommy sudah menyuruhku untuk mengatur ini, banyak latihan nanti dia akan berguna dikemudian hari, apa Sanfiko chen orang biasa? Hanya keluarga Chen yang berpikir demikian, apa bisa dibandingkan hanya dengan ujung jari kaki Sanfiko chen ?

“3 tahun belakangan, apa Tuan Muda benar-benar tinggal di kota Penang?

“Seharusnya iya, setelah adikku Aji memberitahuku kabar ini, aku menyuruhnya untuk mengeceknya, dan benar adanya, Sanfiko selalu tinggal di kota Penang, mempunyai seorang istri bernama Jovitasari, kuberitahu ya, Ia cantik sekali.”

“Rupanya Tuan Muda sudah menikah, Aduh......”

“Tommy sudah bilang, kita tidak diperbolehkan mengganggu Tuan sanfiko, katanya kesempatan belum datang!”

“Kesempatan belum datang?”

“Bang Naga kamu juga jangan asal menduga-duga.......diam-diam saja di kota Nanjing. Setelah meminum habis gelas ini, aku akan segera kembali ke kota Maharayu......”

……

Mereka berdua sudah mengobrol lama sekali disana, pramutama cantik itu dibuat mereka tercengang, Ia berkata dalam hati, toleransi mereka berdua terhadap alkohol sangat jarang ditemuinya.

Namun pramutama itu juga tahu bahwa kedua orang ini pasti adalah pengusaha besar, Ia hanya fokus melakukan pekerjaannya dengan baik, tidak berani untuk bertanya banyak.

Hingga tepat pada waktu Erwin keluar dari klub, Kak Aji sudah sejak lama menunggu diluar.

“Tuan Erwin......Aku sudah mengatur tempat untuk Anda istirahat, apa Anda bersedia.....”

“tidak usah, aku harus segera kembali.”

“Ha? Kenapa terburu-buru sekali?”

“Ini adalah perintah dari Tuan sanfiko, aku tidak berani melanggarnya, baiklah, kerjamu kali ini bagus, jika Tuan sanfiko menemui masalah di kota Penang kamu tidak usah menemuiku lagi hidup-hidup.”

Kak Aji sontak mengangguk-anggukkan kepala.

Berdiri disana melihat beberapa MOBIL OFF-ROAD dan Maserati putih yang menghilang dijalan, barulah Kak Aji berjalan memasuki klub, lalu duduk di bar.

“Cantik, tuangkan aku segelas air es.”

Dalam sekali teguk, Ia pun merasa agak tenang.

“Bos, kedua orang tadi kuat sekali minumnya, ohya..... mereka sepertinya lupa membayar.......”

Mendengar perkataan tersebut Kak Aji sontak tertawa pahit.

Malam begitu sunyi tapi Sanfiko chen masih belum juga pulang.

Ia mencari taman, duduk disana merokok sambil memikirkan beberapa hal, tak terasa dipenghujung langit muncul warna putih sementara disekitar kaki Sanfiko chen penuh dengan puntung rokok......

Langit baru saja cerah, diluar toko Porsche 4s, Sanfiko chen memarkir mobil elektriknya di pinggir jalan, lalu berjalan kedalam.

Orang-orang di toko Porsche 4s sudah mengenal Sanfiko chen, melihat Sanfiko chen yang hari ini tidak seperti biasanya mengendarai mobil Porsche merahnya, melainkan mengendarai mobil elektrik kusam, merekapun kaget dibuatnya, namun tidak bertanya.

“Tuan sanfiko, Anda hari ini......”

Sanfiko chen tersenyum tipis : “Porsche merah yang dulu pernah aku beli masih ada stoknya tidak ya?

“ Ah.... Tuan sanfiko, apa mobil porsche yang dulu terjual ada masalah? , Anda tenang saja, toko 4s kami akan memberikan Anda pelayanan jaminan terbaik. ”

Sanfiko chen tidak bisa menahan tawa pahitnya, Porsche barunya yang Ia kendarai kemarin malam menabrak bar Hegel, mungkin sudah hancur, Sanfiko chen juga tidak melihatnya secara spesifik, lagipula ada Kak Aji yang mengurus hasil akhirnya, detilnya bagaimana Ia juga tidak menanyakannya.

Lagipula itu adalah hadiah yang diberinya kepada istrinya, walaupun hanya alat pengganti jalan kaki, namun tidak boleh tidak ada.

“Em, Apa sekarang ada mobilnya?”

Pramuniaga itu mengangguk-anggukkan kepalanya berkata : “Terakhir kali kami masih ada dua mobil”

Sanfiko chen sontak tertawa berkata : “Baiklah, mobil yang satunya lagi aku juga mau, cepatlah urus prosedurnya, aku masih harus mengantar istri pergi kerja......”

Ha??

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu