Menunggumu Kembali - Bab 247 Jangan Pukul Lagi, Aku Mengaku Kalah

Hah?

Apa!

Ini...

Seluruh stadium yang awalnya bersemangat, langsung diam tak percaya.

Semua orang tercengang.

Karena di mata mereka Sanfiko Chen yang dari awal sudah tewas di jalur kematian, tiba-tiba muncul di garis finish.

Dan dengan santai menjentikkan puntung rokoknya, seakan sudah menunggu cukup lama?

Tapi kenapa tidak ada orang yang menyadarinya?

Apa mungkin itu ilusi?

Tapi saat postur tubuh yang tinggi yang mengenakan kacamata dengan tatapan dingin dan wajah cantik perlahan membuka pintu dan berjalan keluar, semua orang tercengang.

Bahkan saat ini ada orang yang memukul diri sendirinya sendiri karena tidak percaya.

"Brengsek coba pukul aku, aku penasaran apa aku sedng berhalusinasi atay tidak..."

"Aduh… sialan itu sangat sakit, ya ampun, ternyata itu nyata!"

"Anak ini benar-benar melewati daerah yang gelap dan curam, bahkan lebih cepat dari Vera!"

"..."

Semua orang yang ada disana memiliki pemikiran yang sama, dan sepertinya ini juga jawaban satu-satunya.

Karena mereka semua menyaksikan Porsche merah ini melesat hilang ke dalam daerah yang gelap dan curam.

"Kamu..."

"Bagaimana kamu bisa..."

Saat ini Vera yang turun dari Ferrari seperti sedang melihat hantu, wajahnya penuh dengan keheranan.

"Kamu terlalu lambat, aku bahkan sudah selesai merokok, hei... sangat membosankan!"

Sanfiko Chen lalu membuang sisa rokoknya ke tanah, lalu melirik Vera yang masih tidak percaya, dan kemudian tertawa mencibir.

"Kamu..."

"Tidak mungkin, apa kamu memutar arah, kamu... Kamu tidak mungkin bisa melewati daerah yang gelap dan curam lebih cepat daripada aku, kamu..."

Nusrini yang tidak jauh dari sana sekarang perlahan-lahan berdiri, dia berdiri di sana terlihat sangat tercengang.

Dia tidak bisa percaya kalau apa yang dilihatnya adalah nyata, jalan kematian, yang terkenal karena tidak ada yang bisa melaluinya, berhasil dilewati oleh Sanfiko Chen di percobaan pertamanya, dan bahkan dengan kecepatan yang lebih tinggi dari Vera.

Bahkan kali ini Vera sangat bersemangat untuk memecahkan rekornya sendiri.

"Kenapa tidak mungkin?"

Sanfiko Chen memandangi Vera di depannya yang masih terkejut, Sanfiko Chen tidak bisa menahan senyumannya.

Dengan ucapan seperti itu, dia merasa sangat dipermalukan.

Saat ini bagaimana Vera bisa menerimanya?

"Daerah yang gelap dan curam, di seluruh Cina, bahkan di seluruh dunia, hanya aku, Vera, yang bisa melewatinya, ini pertama kalinya untukmu, tidak mungkin kamu melewatinya, sebenarnya apa kamu… trik apa yang kamu gunakan! Kamu pasti…"

Tapi saat Vera mengatakan hal ini, dia sadar entah omong kosong apa saja yang sedang dia katakan, alasannya sangat sederhana, hanya ada satu lintasan di sirkuit ini, begitu memasuki lintasan, tidak mungkin untuk memutar kembali lagi.

Karena ada satu aturan untuk balapan di Sirkuit Gunung Sinabung, yaitu, lampu akan sepenuhnya dimatikan pada semua lintasan yang telah dilewati, bahkan jika Sanfiko Chen memutar balik arah, mereka berdua juga telah melewati jalur kematian.

Dan jarak lintasan sepanjang itu, tidak mungkin untuk kembali dalam waktu puluhan menit.

Itu berarti...

Di depan matanya adalah Sanfiko Chen yang sudah melewati jalur kematian, lalu berhasil kembali dari jalur kematian ke sini.

Lebih cepat dari dirinya sendiri, bahkan dengan sangat cepat, bagaimana mungkin?

Bagaimana mungkin?

"Hehe..."

Sambil berbicara Sanfiko Chen berjalan maju dengan santai, lalu melihat ke arah semua orang, kemudian tatapannya berhenti pada Vera.

"Kamu sudah kalah!"

"Tapi kamu juga bisa merayakannya, lagipula kamu berhasil memecahkan rekormu sendiri, rekor yang menurutku benar-benar sampah!"

Wow!

Semua orang di sana terkejut mendengar hinaan yang dikatakan oleh Sanfiko Chen.

Bahkan ada beberapa anak orang kaya yang mengendarai mobil mewah menatapnya dan terdiam, mereka terlihat kagum menandangi Sanfiko Chen yang sedang berdiri dengan tenang.

Sebelumnya, Vera berhasil menaklukkan para konglomerat, semua itu bisa terjadi karena daerah gelap dan curam yang meregang nyawa ini, hanya Vera satu-satunya orang yang bisa menaklukkan sirkuit ini, tapi sekarang semua ini hanya terlihat seperti batu loncatan untuk dewa di hadapannya.

"Kamu..."

Sanfiko Chen tidak menunggu Vera menyelesaikan ucapannya, dia melihat waktu dan berkata: "Sudah dini hari, kamu cepat berlutut dan akui kekalahanmu, aku ingin cepat pulang dan tidur!"

Singkatnya, semua orang terkejut lagi.

"Apa yang kamu katakan?"

Vera memandang Sanfiko Chen yang berdiri di depannya dan bertanya dengan dingin.

Saat ini dalam hati Vera, dia benar-benar kesal, meskipun dia tidak tahu bagaimana pemuda bernama Sanfiko Chen yang dibawa oleh Nusrini berhasil mengalahkannya di daerah yang gelap dan curam, dia sama sekali tidak akan membiarkan orang seperti itu hidup.

Apalagi orang itu adalah manusia rendahan yang tidak menarik di matanya, manusia rendahan tetaplah manusia rendahan, masih berani berpikir untuk menginjak dirinya yang berada di posisi lebih tinggi.

Melihat para konglomerat yang hampir semuanya mengalihkan perhatian mereka pada Sanfiko Chen, rasa kesal di hati Vera semakin bertambah.

Sirkuit balap Gunung Sinabung, dengan tidak mudah dia mendirikannya, bahkan dia sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit, baru berhasil mengumpulkan banyak pria dan wanita dari keluarga yang kaya untuk berkumpul di tempat ini, dan juga dia memiliki penghasilan besar setiap bulan dari tempat ini, selain itu tempat ini adalah merupakan peluangnya untuk menghubungi banyak orang-orang kaya dan wanita-wanita cantik.

Misalnya, seorang Jenny yang seperti dewi bahkan datang kesini karena tertarik dengan Sirkuit Gunung Sinabung ini.

Awalnya dia berpikir bahwa kali ini dia bisa mengendalikan penonton dari lintasan, lalu dia akan memeluk wanita-wanita cantik, tapi jangankan mengendalikan penonton, dia bahkan jatuh dan diinjak-injak, jika dipikirkan kembali, dia hanya seperti sedang memecahkan rekornya sendiri lalu menayangkan rekamannya, persis seperti seorang badut dalam pertunjukan.

Dan Jenny yang layaknya dewi, pasti juga tidak akan menatapnya dengan ekspresi yang bagus.

Itu semua karena pria ini yang tidak tahu dari mana datangnya!

"Oh, apa yang aku katakan?"

Sanfiko Chen tersenyum tipis, lalu menoleh ke Jenny dan berkata: "Nona cantik, tolong kamu artikan untuknya, Vera sepertinya orang yang bodoh!"

Singkatnya, hal ini membuat banyak orang disana merasa tak tahan.

Saat ini paru-paru Vera seperti akan meledak karena penuh dengan kekesalan.

Terlebih lagi, Jenny tersenyum dan mengangguk pada Sanfiko Chen, lalu melangkah maju dan menunduk ke bawah menatap Vera.

Itu benar, menunduk ke bawah, Jenny yang cantik memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari Vera.

"Vera, kamu setuju menerima konsekuensi jika kalah taruhan, dan kamu telah kalah, sesuai dengan perjanjian sebelumnya, kamu akan berlutut dan bersujud untuk mengakui kekalahan."

Meskipun banyak orang suka mendengar suara Jenny yang halus, suaranya yang seksi,tapi kata-kata yang keluar membuat Vera kesal dan tertawa dingin, mengeluarkan tawaan hahaha dengan keras.

"Menarik, ini pertama kalinya aku, Vera, bertemu seorang pria yang menarik sepertimu, kawan, apa yang kalian perhitungkan, apa yang kamu pikir aku akan berlutut? Apa kamu tahu tempat seperti apa ini?"

Saat ini Vera tidak bisa memancing emosi Jenny, bukan karena apa-apa, tapi karena identitas Jenny yang sangat misterius, dan Vera tidakakan memancingnya kecuali dia harus, tapi di hadapannya, Sanfiko Chen, yang tiba-tiba muncul dan sulit dihadapi, dia sangat tidak enak dilihat.

"Uh... apa maksudmu, kamu tidak mau berlutut, dan juga tidak mau bersujud mengakui kekalahan?"

Sanfiko Chen tidak marah mendengar kata-kata Vera, dia hanya bertanya sambil tersenyum, seperti sedang membenarkan sikap Vera sekali lagi.

Semua orang yang hadir benar-benar bingung.

Mereka tidak bisa memahami pemuda misterius ini yang tiba-tiba muncul.

Sementara Nusrini berdiri di sana, dia ingin berbicara tapi dia tidak berani mendekat, karena wanita yang berdiri di sebelah Sanfiko Chen, dia merasa takut hanya dengan memandanginya, seakan dia memiliki pisau yang menggantung di lehernya dan wanita itu akan memotong lehernya jika dia membuka mulutnya.

"Bersujud mengakui kekalahan?"

"Kawan, coba kamu pikir bagaimana kamu bisa pergi dari sini?"

Sambil berbicara, Vera membalikkan tubuhnya dan pergi, sebelum dia berjalan menjauh, sudah ada puluhan pria dengan tubuh besar yang datang mendekat.

Semua orang disana langsung terdiam, karena mereka semua tahu bahwa meskipun pemuda itu memiliki kemampuan balap mobil yang hebat, dia bukan terkenal karena hal ini...

Dan aksi Sanfiko Chen malam ini telah membuat geram Vera, seorang nona muda Keluarga Tang dari Kota Sumedang.

Dari sekian banyak anak orang kaya yang hadir, tidak satupun dari mereka berdiri untuk mengatakan satu katapun untuk membalas Sanfiko Chen.

"Oh... karena kamu tidak berlutut dan bersujud, maka tidak ada cara lain lagi, aku sendiri yang akan mambuatmu melakukannya..."

Sambil berbicara, Sanfiko Chen sendiri langsung turun tangan.

Sebelum Vera sempat memberikan respons, Sanfiko Chen sudah mencekik lehernya.

"Kamu ..."

"Berlutut!"

Plaakkk!

Ah!

Vera hanya mengatakan satu kata "kamu", dan Sanfiko Chen langsung menghentikannya dengan kata "bersujud".

Selanjutnya Vera langsung berlutut di atas tanah yang keras, seketika bau darah langsung memenuhi udara.

Dan langsung, Vera merasakan sakit yang menusuk di kakinya, dan kemudian kakinya mati rasa.

Ah!

Teriakkan Vera langsung menarik perhatian pria-pria bertubuh besar tadi untuk cepat datang dan menolongnya.

"Kamu mengenalku..."

"Bersujud!"

Satu tendangan langsung ke perut Vera, dia langsung menelan kembali kata-katanya, dan kepalanya langsung tersungkur di atas tanah.

Tidak ada teriakkan yang terdengar untuk sesaat...

"Akui kekalahanmu sekarang!"

Singkatnya, hal ini membuat Vera benar-benar gila, dia menahan rasa sakit dan menggelengkan kepalanya, tatapan matanya penuh dengan kebencian.

"Kamu sangat baik, aku Keluarga Tang dari Kota Sumedang pasti tidak akan melepaskanmu, kamu…"

Plaakkk!

"Ah... aku..."

Plaakkk!

"Aku..."

Plaakkk!

Saat ini semua orang yang hadir benar-benar tercengang, bahkan puluhan pria berbadan besar yang tadi akan datang untuk membereskan Sanfiko Chen berdiri dengan bodoh, ekspresi mereka seperti tidak percaya dengan apa yang barusan mereka lihat.

Sebelumnya mereka bahkan tidak akan percaya jika dipukul mati.

Ini adalah nona muda Keluarga Tang dari Kota Sumedang.

Siapa yang tidak sopan berani menamparnya!

"Ah... hmm... aku..."

Plaakkk!

Sanfiko Chen kemudian menampar lagi, sama sekali tidak memberikan kesempatan, dan masih berdiri di sana, dia menatap Vera yang kedua pipinya telah membengkak, dia masih menunggu jawaban Vera.

"Aku... aku mengaku kalah, jangan pukul lagi…, aku mengaku kalah..."

"Aku akan bersujud..."

Saat itu Vera menundukkan kepalanya dengan kuat ke tanah.

Dia tidak pernah dipermalukan sampai seperti ini sebelumnya, Vera benar-benar ketakutan saat ini, tapi benih-benih kebencian telah tumbuh di dalam hatinya...

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu