Menunggumu Kembali - Bab 67 Harus Bersombong Sedikit

Hah?

"Kamu langsung menutup teleponnya?"

Melihat Sanfiko Chen menutup telepon dan melemparkannya ke sisi sofa, Jovitasari agak sedikit tidak merespon seketika.

"Ya, kenapa?"

Sanfiko Chen bertanya dengan acuh tak acuh.

"Itu, pasti ada sesuatu yang terjadi pada perusahaan. Oh iya, itu pasti masalah kontrak."

"Kalau tidak, aku akan pergi ke perusahaan untuk melihatnya ..."

Meskipun Jovitasari mengatakan bahwa dia tidak peduli, dia tidak mempedulikan hal-hal itu.

Tetapi dia sangat peduli dengan keselamatan perusahaan.

"Pikirkan tentang bagaimana mereka memperlakukanmu sebelumnya, Jovitasari, tidak perlu dikatakan lagi, Yusdi menelponmu dengan sangat terburu-buru, itu pasti karena kontrak."

"Aku tahu, hanya saja ... jika kontrak itu bermasalah, maka ..."

Sanfiko Chen tersenyum tipis dan berkata: "Kamu tidak perlu khawatir tentang ini lagi. Jovitasari, aku sudah menelepon teman sekelas ku yang mengurus Industri Bir Sumedang tadi malam. Teman sekelas ku mengatakan dia akan menangani masalah ini, ia mengatakan kontrak itu akan diserahkan padamu, kapanpun kamu pergi, itu akan masuk hitungan."

"Benarkah?"

Sanfiko Chen mengangguk.

"Sanfiko, setelah masalah ini selesai, kita harus pergi ke kota Maharayu. Bagaimanapun, kita harus mengundang teman sekelasmu itu untuk makan bersama, dia sudah banyak membantu kita."

Sanfiko Chen menyeringai dan berkata : "Lihat lah nanti."

Setelah mendengar ini dari Sanfiko Chen, Jovitasari juga menjadi agak tenang.

Disisi lain di dalam kantor Industri Sorgum Sanjaya.

"Ayah, apakah kamu benar-benar akan langsung pergi mengunjungi nya? Pergi menemui Jovitasari memintanya untuk kembali dan bertanggung jawab atas Industri Sorgum Sanjaya, dan pergi membahas kontrak dengan Presdir Luiz?"

Wajah Rista kelihatannya tidak baik, ketika dia berbicara ia terlihat sangat tidak senang.

"Iya, Ayah, Jovitasari sangat licik, dia dan Luiz pasti sudah ada hubungan, dan kemudian Jovitasari mengancamnya dengan hal ini, kalau tidak Luiz yang sudah menandatanganI kontrak kenapa tidak mau membicarakannya dengan kita. "

Sekarang ekspresi Rista penuh dengan kemarahan.

Ketika ia terpikir ia yang awalnya dapat menyerang Jovitasari dengan kejadian ini, tidak disangka akhirnya ia yang merugi, dan nenek juga memarahinya, para kerabat juga mendorong semua tanggung jawab ke keluarga mereka.

Rista tentu saja menghitung semua hutang ini ke Jovitasari.

Bagaimanapun, menurut pendapatnya, semua hal ini disebabkan oleh Jovitasari, dan kegagalan ayahnya untuk menandatangani kontrak sepenuhnya juga dihitung ke Jovitasari.

"Sudahlah, jangan bicara lagi."

"Ayah ..."

"Sudahlah, jangan bilang apa-apa lagi, ayo pergi!"

Rista langsung berjalan pergi keluar dari ruangan, dia tidak akan pergi. Mengapa dia harus menundukkan kepalanya ke Jovitasari, dia tidak akan pernah melakukannya.

Melihat Rista yang keluar dari kantor dengan penuh amarah, Yusdi hanya menggelengkan kepalanya, dan kemudian melirik ke Yogi dan berkata: "Ayo pergi, kita pergi berdua, masalah ini tidak bisa diundur lagi, kalau benar-benar gagal, kita benar-benar akan kehilangan segalanya! "

Tepat ketika Sanfiko Chen sedang menyiapkan makanan di dapur, pintu diketuk.

"Siapa ..."

Nusrini yang sedang bermain game di sofa, mendengus.

"Ini aku, ayah kedua, Yusdi!"

Mereka sudah menundukkan kepala, Yusdi juga tidak bersombong lagi, ia berkata menghadap ke gerbang besi yang lusuh itu.

Begitu Nusrini mendengarnya, wajahnya sedikit berubah, ia memandang Jovitasari yang sedang melihat file di sebelahnya yang juga terkejut.

"Kakak ..."

"Pergi dan buka pintunya!"

Setelah mengatakan itu Jovitasari langsung berjalan masuk ke kamar.

Sanfiko Chen keluar dari dapur, karena dia sedang memasak dan mengenakan celemek, jadi ia terlihat biasa saja.

"Jovitasari, serahkan saja padaku, kamu bisa beristirahat di kamar!"

Jovitasari mengangguk.

Ini juga sudah dibahas sebelumnya, dia tidak ingin menghadapi ayah keduanya.

Begitu pintu dibuka, Yusdi dan putranya mengerutkan kening mereka ketika mereka melihat perabotan di ruangan itu.

"Ayah kedua, kamu di sini ..."

"Nusrini bukan? Kamu terlihat cantik"

Nusrini mengangguk, ia tidak berbicara, berbalik lalu berjalan menuju ke sofa ruang tamu, dan terus memainkan gamenya. Sangat jelas, Nusrini benar-benar tidak suka pada Yusdi dan putranya.

"Di mana Jovitasari ... panggil dia keluar!"

Melihat sikap mereka seperti itu, Yogi merasa kesal, dan ia berteriak ke arah dalam ruangan.

Ketika dia melihat perabotan di rumah yang lusuh itu, Yogi merasa jijik, dan dia enggan masuk.

Tentu saja, Yusdi yang berdiri di ambang pintu juga merasakan seperti yang dirasakan oleh putranya.

"Jovitasari sakit. Untuk apa kalian mencarinya?"

Pada saat Sanfiko Chen perlahan mengikat celemeknya, berjalan ke pintu dan berbicara dengan pelan.

"Siapa kamu? Pergi sana, panggil Jovitasari untuk keluar, masih berpura-pura sakit di rumah. Apakah ia tidak tahu ada masalah dengan kontraknya?"

Peng!

Ah!

Saat Yogi berteriak, Sanfiko Chen langsung menendang perut Yogi.

Tendangan itu terlalu cepat, bahkan Yogi sendiri pun tidak sempat merespon nya.

Dan sekarang Nusrini yang telah kembali duduk di sofa, ketika ia melihat tendangan itu, lehernya pun menyusut.

Ia teringat akan adegan dalam "suasana gelap" yang menendang wajah kak Palo di kota Maharayu waktu itu.

"Kamu, Sanfiko Chen, berani-beraninya kamu menendang nya?"

Ekspresi Yusdi langsung terlihat tidak enak dilihat.

Sanfiko Chen memandang Yusdi dengan dingin: "Dia terlalu berisik. Kenapa, kamu juga ingin ditendang?"

Dia tidak memberikan sedikitpun rasa hormat pada Yusdi, Sanfiko Chen tidak peduli dengan hubungan kekerabatan mereka. Di matanya, hanya ada Jovitasari, jika ada yang berani mengatakan sesuatu hal yang buruk tentang Jovitasari, jika dia tidak mendengarnya, itu tidak masalah, tetapi jika dia mendengarnya, ia tidak akan pernah memberi nya ampunan.

Pada saat ini, Yogi sedang berjongkok di koridor dengan memegang perutnya, air matanya mengalir, ia bahkan kesulitan untuk berbicara.

"Kamu ..."

Bagaimanapun, Yusdi tidak se-impulsif putranya. Dia menahan kemarahannya dan berkata: "Kami datang ke sini untuk mencari Jovitasari. Kontrak perusahaan saat ini membutuhkannya untuk melanjutkan diskusi nya."

Sanfiko Chen sedikit tersenyum dan berkata: "Jovitasari sakit. Jika kalian perlu berbicara tentang kerja sama, tunggu sampai Jovitasari merasa baikan dan bicarakan lagi itu nanti!"

"Pergi, beri tahu Jovitasari dan katakan bahwa ini adalah maksud nenek, ia menyuruhnya bergegas menyelesaikan kontrak ini. Ini akan bermanfaat bagi kita semua!"

Karena Sanfiko Chen berdiri di pintu saat ini, jadi tidak mungkin bagi Yusdi untuk masuk ke dalam rumah.

Awalnya, dia sama sekali tidak memandang Sanfiko Chen, tetapi baru saja Sanfiko Chen menendang putranya, pandangan matanya sangat dingin, dia melihatnya tampak seperti musuh, itu membuat Yusdi tidak berani menggunakan lidah beracunnya, ia hanya bisa menahannya.

"Um, aku akan memberi tahu Jovitasari, selain itu, jika itu maksud dari nenek, maka biarkan nenek yang datang sendiri kesini..."

Setelah mengatakan itu Sanfiko Chen langsung membanting pintu dan menutupnya.

Apa?

Yusdi berdiri di pintu, mengepalkan tinjunya, ia sangat marah.

"Ayah, aku sangat kesakitan. Bawa aku ke rumah sakit ..."

Pada saat ini, seluruh wajah Yogi sudah sangat pucat, dapat di lihat bahwa tendangan Sanfiko Chen tidak lah ringan.

"Hum, memalukan!"

Yusdi langsung mengangkat putra kesayangannya itu, dan mereka turun dengan sangat menyedihkan.

Namun, Sanfiko Chen tidak memiliki minat untuk memperhatikan adegan itu.

"Kakak ipar, sangat keren ... Aku sudah lama ingin memberi mereka pelajaran. Tendangan mu tadi itu sangat memuaskanku ..."

Nusrini duduk di sofa dan melihat semuanya.

Ia sepertinya lupa bagaimana dia biasanya memarahi Sanfiko Chen, ia berbicara sambil menatapnya.

Sanfiko Chen hanya tersenyum sedikit, tidak berbicara, dan kemudian pergi ke dapur tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Kebetulan, Jovitasari keluar dari kamar.

"Ayah kedua, mereka sudah pergi ..."

"Kakak, izinkan aku memberitahumu, tadi ..."

Pada saat ini, Nusrini mulai menambahkan garam dan gula pada penjelasannya.

Saat makan siang, Rita dan suaminya tidak kembali untuk makan, karena Michael masih melakukan beberapa pelatihan rehabilitasi di rumah sakit, jadi Rita menemani nya di rumah sakit selama sehari.

Adapun apa yang terjadi di rumah, mereka berdua sama sekali tidak tahu.

Segera setelah pelatihan rehabilitasi selesai, ketika keduanya berjalan keluar dari pintu rumah sakit, mereka menerima sebuah telepon.

"Kamu angkat ..."

Setelah melihat ID penelepon, Rita segera menyerahkan ponselnya ke Michael yang berjalan dengan tongkat.

"Halo, siapa kamu..."

Michael tampaknya tidak melihat layar ponsel, ia langsung menekan tombol jawab.

"Kakak ini aku, Grecia."

Grecia, istri Yusdi, yang juga merupakan ibu Yogi, orang yang ditendang oleh Sanfiko Chen .

"Oh Grecia, ada apa? Ada apa kamu mencariku?"

Mengenai panggilan ini Michael agak merasa aneh.

"Hehe, ada sesuatu, tentu saja ada sesuatu. Orang yang tidak berguna di keluargamu itu telah melukai putraku. Aku beritahu kamu, awalnya hari ini Yusdi dan Yogi dengan maksud baik ingin memanggil Jovitasari pergi ke perusahaan untuk rapat, ini juga maksud hati nenek. Siapa yang mengira orang di rumahmu itu, tidak tahu salah minum obat apa, ia tidak hanya tidak membiarkan Yusdi dan Yogi memasuki rumah dan duduk, tetapi ia juga menendang Yogi sampai terpelanting ke tangga, aku beri tahu kalian jika terjadi sesuatu pada putraku, aku tidak akan melepaskan keluarga kalian! "

"Ah? Ada hal seperti ini?"

Ketika Michael mendengarnya, wajahnya sedikit tidak sedap dipandang.

"Kenapa, apakah kamu pikir aku akan bercanda dengan nyawa anakku sendiri. Anakku sedang berbaring di rumah sakit sekarang. Aku beritahu kamu, jika keluargamu tidak memberikan penjelasan padaku, aku tidak akan pernah melepaskan kalian. Huh, kalian menyuruh orang luar untuk menganiaya mereka berdua, dan memukul nya ... Aku pasti akan memberi tahu ibu, biar ibu memberikan keadilan pada kami! Kalian berdua tunggu saja nanti!"

Setelah mengatakan itu ia langsung menutup teleponnya.

Michael memegang ponselnya dan masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"..."

"Apakah si pembawa bencana membuat masalah lagi?"

Rita langsung tampak muram.

"Apa?"

"Suara Grecia begitu keras di telepon, aku sudah mendengar semuanya. Si pembawa bencana tidak hanya makan dengan enak di rumah sepanjang hari, ia juga membawakan banyak masalah untuk keluarga kita setiap harinya. Sekarang, orang seperti apakah Grecia itu, kamu bukannya tidak tahu, jika terjerat dengannya, keluarga kita akan tidak bisa tenang! "

Michael juga sedikit mengerutkan keningnya.

"Tetapi kita masih harus pulang dulu lalu tanyakan hal ini dengan jelas, kurasa Sanfiko Chen juga bukan tipe orang yang impulsif. Mungkin ada sesuatu yang tersembunyi dalam masalah ini!"

"Untuk apa ditanyakan lagi, jika bukan karena dia melakukan kesalahan, bagaimana mungkin mereka menelpon ke ponselmu?"

Sambil berkata Rita segera menghentikan sebuah taksi.

"Ketika pulang nanti, aku pasti akan memberinya pelajaran, tidak, aku harus menyuruh Jovitasari menceraikannya!"

Michael yang mengikutinya dibelakang, mendengar itu dan menggelengkan kepalanya dengan senyuman pahit ...

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu