Menunggumu Kembali - Bab 225 Apakah kamu sengaja?

Mendengar kata-kata itu, Rita merasa kepalanya seperti mau pecah.

Mereka yang ada di sekitar sana mendengar ucapan satpam, wajahnya juga langsung memucat.

“Aku katakan yah nak, kamu coba tanya jelas......menantu Aku yang memesankannya.”

Ketika Rita berbicara, wajahnya sudah sedikit suram, dalam hati berpikir jika hari ini benar-benar tidak mendapat tempat, benar-benar kehilangan harga diri.

Hal ini tidak akan dibiarkannya terjadi.

“Bibi, nah siapa namamu?”

Mendengar apa yang dikatakan Rita satpam merasa agak lucu.

“Rita, coba kamu tanya jelas-jelas lagi.....”

“maaf, bibi, pemesanan tidak ada nama kamu, sebaiknya kamu cepat pergi, kalau tidak nanti akan mempengaruhi bisnis kami, aku tidak akan segan-segan lagi.”

Sambil berbicara sambil mulai melambaikan tangan kepada beberapa satpam yang tidak jauh dari sana.

Melihat hal ini, tiba-tiba Monika menyindir: “kuberitahu ya Rita, jangan-jangan kamu beneran belum memesan tempat?”

“benar itu...Rita, Apakah kamu mempermainkan kami?”

“benar...... Villa saja terbeli, masak traktir kami makan tidak mampu, bukannya tidak sopan..... seperti kami mau makan gratisan saja.”

“kalau tidak, kita ganti tempat saja Rita......”

……

Pada sata Rita mendengar saran-saran itu, hatinya tidaklah nyaman, didalam hati dia mulai memarahi Sanfiko Chen beribu-ribu kali.

“ma, kenapa?”

Ketika Rita bersiap mengeluarkan telepon untuk menelepon Sanfiko Chen , Nusrini sudah selesai memarkirkan mobilnya, lalu berjalan ke arah Rita, saat Rita melihat Nusrini berjalan kearahnya, dengan cepat dia menarik Nusrini sambil berbisik: “Nus, dulu kamu pernah mengatakan bahwa Sanfiko Chen memiliki kartu keanggotaan disini, benarkah?”

“benar kok? kenapa, jangan-jangan Sanfiko Chen tidak memesankan tempat kah?”

Nusrini sudah menduga kejadian ini akan terjadi, tetapi saat itu dia berpura-pura terkejut, karena itulah yang diinginkannya, meskipun tidak sengaja menjebak ibunya, namun hanya dengan begini baru bisa membuat Sanfiko Chen benar-benar keluar dari keluarga Bai, sampai tidak terlihat lagi.

Mengingat beberapa waktu lalu Sanfiko Chen berpura-pura di depan dirinya, hati Nusrini merasa kesal lagi.

“ini…..satpam itu mengatakan tidak ada namaku!”

“ma, pasti Sanfiko Chen itu mau menjebakmu, tapi sekarang semua paman dan bibi itu sudah disini…. Sekarang harus bagaimana?”

Begitu Rita mendengar itu semua, dia merasa takutnya Sanfiko Chen benar-benar tidak memesankan tempat untuknya.

Saat itu bahkan wajahnya menegang: “ pasti si Sanfiko Chen, Sanfiko Chen, hari ini harus Aku bereskan dia, berani-beraninya mempermalukanku, aku juga akan membuat hidupnya tidak tenang.”

“Rita, kalau tidak kita ganti tempat saja, hanya berdiri disini membuatku merasa konyol….”

“iya Rita, yuk jalan…..”

Pada saat itu, Monika dan bibi Lie keduanya berturut-turut mulai berbicara , mendengar orang-orang di lokasi satu persatu mulai membicarakannya, mengatakan Rita tidak pantas mengurus masalah ini, sebenarnya memang kurang tepat, mereka yang sebelumnya sangat iri pada Rita tidak bisa menahan tawa di dalam hati mereka.

“Rita, bisa tidak, kalo tidak ganti tempat saja…..”

“saat menelpon serius sekali, Aku kira Rita telah memesan tempat.”

“ai…..bisa dimengertilah, bagaimanapun Hotel Grandhatika ini adalah hotel kelas atas di Penang, walaupun Rita sekarang tinggal di villa pribadinya, itukan yang membeli si Jovita, dan tidak ada hubungan dengannya….”

……

Beberapa paman dan bibi itu seperti tiga orang yang menjadi harimau, yang opininya masih simpang siur, mereka membicarakannya sekarang, bahkan ada orang disekitar yang mendekat untuk mendengar lelucon mereka.

Rita hanya merasakan semakin memanas.

“semuanya jangan khawatir, malam ini bilangnya makan disini, yah makannya disini lah, tunggu Aku telepon menantuku dulu untuk menanyakan ini?”

“aiya, Rita, jangan bahas lagi menantu kamu itu, kami disini siapa sih yang tidak tahu menantu kamu si Sanfiko Chen itu kan hanyalah menantu yang payah, bisa apa coba?”

“kamu membiarkan orang yang lemah, memesankan tempat di Hotel Grandhatika, itu namanya sengaja tidak mau meneraktir kami makankan?”

“kamu….”

Saat melihat wajah sombong Monika , seketika rasanya emosinya ingin meledak, tapi dia menahan diri.

Langsung menelepon Sanfiko Chen.

Pada saat ini, Sanfiko Chen sedang di tempat khusus tembakau serta alkohol dan membahas jumlah tembakau dan alkohol dengan bosnya, baru saja membayar, langsung mendapat telepon dari ibu mertuanya, dia merasa inikan sudah waktunya jam makan, hanya saja masalah ibu mertua terlalu mendesak, dia belum sempat mengaturnya dengan baik.

“ma, apa kalian sudah sampai?”

“Sanfiko Chen, apakah kamu sengaja mempermainkanku?”

“ah?”

Begitu panggilan tersambung, Sanfiko Chen hanya mendengar raungan ibu mertuanya.

“tidak kok, ma, kamu….”

“kamu sekarang dimana, segera kesini, di depan pintu Hotel Grandhatika, aku sekarang ditahan di luar, kami puluhan orang berdiri diluar, seperti orang idiot, Sanfiko Chen kuberitahu padamu, jika hari ini kamu tidak memberikan penjelasan yang masuk akal, aku habisin kamu.”

Setelah selesai bicara langsung mematikan telepon.

Sanfiko Chen seketika tersenyum pahit, dan berkata pada bos paruh baya di depannya: “Bos, kamu sekarang segera bergegas menuju ke Hotel Grandhatika, kamu langsung mencari manager di dalam sana, sebutkan saja namaku Sanfiko Chen.”

Bos itu langsung mengangguk.

“tuan sanfiko, kamu juga mau ke hotel kan, aku bawa mobil pergi bersamaku.”

Si Sanfiko Chen yang kelihatannya tidak hebat ini, tapi sudah menelepon langsung manager Hua, bos bukanlah orang yang tidak mengerti apa-apa.

Sanfiko Chen menunjuk ke arah mobil aki yang di parkir di sisi jalan, kemudian tersenyum pahit: “aku naik itu saja, kamu usahakan cepat ya, siapkan anggur sanjaya banyak sedikit juga boleh.”

Bos itu langsung mengangguk, tapi takut untuk mengatakan sesuatu.

Zaman sekarang semakin kaya dan berkedudukan seseorang malah semakin merendah.

……

Di Hotel Grandhatika, saat itu Manager Hua yang lengannya bertato itu langsung turun tangan sendiri mengarahkan, menata seluruh Hotel Grandhatika, hari ini semua pemesanan dibatalkan sementara, semua orang sibuk bekerja di dalam hotel.

Lalu Manager Hua mendapatkan telepon.

“baik, kamu cepat antar ke sini, waktunya sudah hampir tiba, apakah tuan sanfiko tidak ikut bersamamu?”

“unn, baiklah, cepat ke sini, masuk lewat pintu belakang.”

“Direktur Hua yang telah menutup teleponnya lalu berkata: “apakah ibu mertua tuan sanfiko sudah tiba?”

“Direktur Hua, aku coba keluar untuk melihat...”

“cepatlah, sudah mau jam setengah 7, jam 7 tepat mulai, kamu hubungi bagian dapur, lebih dicepat lagi!”

Direktur yang wajahnya penuh dengan keringat itu menangguk dengan cepat, segera mengambil walkie talkie untuk menanyakan keadaan.

Dan paman-paman dan bibi-bibi yang berada di luar hotel mencari tempat untuk duduk, kemudian berdiskusi dengan sedikit berbisik.

Nusrini berdiri di samping Rita, wajahnya sangat tidak enak dipandang.

Dan satpam masih tidak membiarkan mereka masuk.

“Jovitasari, kamu sudah pulang kerja?”

“kamu cepat kesini, ke Hotel Grandhatika, si Sanfiko Chen itu sungguh membuatku kesal......”

“kuberitahu padamu, nanti kalau kamu masih melindunginya, aku akan memutuskan hubungan ibu-anak kita, benar-benar membuatku kesal!”

Setelah selesai berbicara Rita langsung menutup teleponnya, dan dia yakin bahwa Sanfiko Chen benar-benar tidak memesankan tempat, dan sengaja membuat dia canggung, malu, emosi ini secara alami keluar dari mulutnya Rita.

di kantor Jovitasari yang baru saja menyelesaikan urusan kerja hari ini, menerima telepon itu, tiba-tiba merasa takut akan terjadi sesuatu.

Dengan cepat menelepon ayahnya untuk menuju ke garasi bawah tanah, lalu sambil menelepon sambil berjalan menuju garasi bawah tanah.

“Sanfiko.....”

“kamu sekarang ada dimana?”

Ketika panggilan terhubung, Sanfiko Chen sedang menghentikan mobil akinya, lalu berjalan menuju pintu masuk Hotel Grandhatika.

Tidak menunggu Sanfiko Chen berbicara, tampak tidak jauh Rita langsung berteriak pada Sanfiko Chen.

“Sanfiko Chen, dasar kamu tidak berguna, sebenarnya kamu itu ada memesan tempat tidak?”

“Sanfiko, kumatikan dulu ya, aku akan segera kesana.”

Jovitasari mendengar suara itu, segera mematikan telepon, mobil sudah langsung melaju keluar garasi bawah tanah.

Dia tidak ingin terjadi konflik besar antara ibunya dan Sanfiko Chen.

Saat itu, Michael yang sedang menyupir mendengar suara dari panggilan telepon langsung itu, wajahnya tampak marah: “Ibumu sekarang semakin kacau, melakukan sesuatu tidak dipikir dulu, benar-benar semakin membingungkan.....”

“Sanfiko Chen, coba katakan, kamu sebenarnya ada memesan tempat tidak?”

Rita dengan penuh emosi berjalan ke arah Sanfiko Chen, berteriak dengan penuh amarah.

Sanfiko Chen selesai menyimpan telepon, kemudian mengangguk.

“Sudah pesan tempat kok! Ma, kalian kenapa diluar, tidak masuk....”

Melihat Sanfiko chen nampak serius seperti itu, Rita yang awalnya sangat emosi itu tidak bisa berkata-kata.

“oh, bukannya ini menantunya Rita? Kenapa kamu masih mengendarai mobil aki buruk itu, kamu sebenarnya memesan tempat tidak, lihat tuh ibumu sangat marah......matanya sampai melotot.....”

Monika tidak akan melewatkan kesempatan untuk menyinggung Rita.

Dia yang melihat tubuh Rita gemetar seperti itu, hatinya sangat puas.

Karena sebelumnya Monika membawa iring-iring rombongannya, orang-orang itu mulai menunjuk-nunjuk dan membicarakan Sanfiko Chen, si pemuda biasa yang baru saja turun dari mobil aki usang itu.

Sanfiko Chen mengangguk, dengan serius berkata: “sudah pesan kok.”

Nusrini langsung berdiri tepat di depan Sanfiko Chen, dengan ekspresi kemarahan yang sama: “Sanfiko Chen, kalau kamu tidak mampu jangan pura-pura, kamu tahu tidak hari apa ini, hari ini ibu akan merayakan pindahan rumah, begitu banyak orang, kamu tahu tidak berapa harga makanan di Hotel Grandhatika? Kamu masih dengan percaya dirinya mengatakan sudah pesan, kenapa tidak sekalian bilang se Hotel Grandhatika ini sudah kamu sewa?”

Melihat wajah tenang Sanfiko Chen, Nusrini tiba-tiba merasa sesak nafas.

Seperti diketahui, kejadian ini semuanya adalah karena dia.

Sanfiko Chen yang melihat ekspresi kemarahan mereka, bibi kecil dengan muka merah itu langsung mengangguk-angguk: “iya kok, malam ini aku sudah menyewa Hotel Grandhatika ini, hanya memang waktunya sedikit mepet, kemungkinan dari bagian hotelnya yang belum siap, Aku coba masuk dan tanyakan dulu.....”

Sebelum berbicara, Sanfiko Chen langsung berjalan menuju pintu masuk Hotel Grandhatika.

“pura-pura, terus saja kamu berpura-pura...... aku ingin lihat kau akan berpura-pura sampai kapan!”

Nusrini menatap Sanfiko Chen dengan seriusnya berjalan menuju pintu hotel, merasa semakin lucu.......

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu