Menunggumu Kembali - Bab 231 Berkelahi Denganku, Sangat Tidak Berpengalaman

Bibi Ratih melihat porsche merah menghilang dari depan matanya, hatinya penuh dengan kemarahan.

"Baiklah, ayo jalan......"

Bibi Ratih disaat ini menghentakkan kakinya dengan keras.

"Omong-omong, apakah kamu tahu dimana kakakku tinggal?"

Seiko Wang dengan segera tidak berkata apa-apa.

"Bu, menurutmu apakah Sanfiko Chen akan benar-benar meminta kita ganti rugi, porsche itu adalah keluaran terbaru, mobil kosong saja bisa berharga ratusan juta kan?"

Mengingat hal ini wajah Joy penuh dengan kekhawatiran, meskipun dia sekarang juga bekerja diperkantoran, tapi sejak awal dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri, apalagi memiliki uang cadangan untuk dikeluarkan.

Bibi Ratih yang melihat kekhawatiran di wajah anaknya pun berkata: "Melihat dirimu yang tidak berguna itu, lagipula bukan kamu yang menggoreskan mobil itu, kamu sudah menyetir mobilnya kah? Memang benar-benar, untuk apa kamu memikirkan masalah yang tidak ada hubungannya denganmu?"

Hah?

Joy dan Seiko Wang agak tidak memahami maksud perkataan Bibi Ratih tersebut.

"Sesaimpainya dirumah kalian dengarkan apa yang akan aku katakan."

Dua orang itu menganggukkan kepalanya dan Bibi Ratih segera menelepon kakaknya Rita.

Di sisi lain, Sanfiko Chen telah sampai di lobby perusahaan.

Dari kejauhan Jovitasari bisa melihat goresan besar yang telah mengelupas cat mobilnya.

"Sanfiko, ini......"

Sanfiko Chen hanya bisa tersenyum masam dan berkata: "Aku baru saja pergi menjemput keluarga bibimu, bibi merebut kunci mobil dari tanganku dan memberikannya kepada anaknya Joy untuk menyuruhnya menyetir, alhasil mobil tergores di pintu masuk garasi itu."

"Joy brengsek itu yang menggoresnya?"

Sanfiko Chen menganggukkan kepalanya.

Jovitasari masuk dalam mobil sambil berkata: "Si brengsek Joy itu adalah anak yang tidak berkompeten, sewaktu kecil dia suka mengintip kamar mandi wanita, aku juga dengar-dengar bahwa saat SMA dia dipukuli oleh anak perempuan sampai masuk rumah sakit karena ketahuan mengintip, huh, tunggu sampai rumah nanti aku pasti akan memintanya ganti rugi!"

Sanfiko Chen tidak peduli lagi, hanya saja tidak membayangkan bahwa istrinya sendiri begitu berprasangka terhadap keluarga bibinya ini, tapi melihat dari cara dia bicara tadi sepertinya mereka memang sulit untuk diajak bergaul.

Terhadap kedatangan keluarga bibinya, Sanfiko Chen merasa biasa saja, hanya jika orang lain tidak berulah dengannya, dia juga tidak akan mencari-cari masalah, karena hari ini pikiran Sanfiko Chen terpusat pada nyawa kelima orang kemarin malam itu, dan Erwin juga sudah sampai di Kota Penang, tapi dia belum meneleponnya, sepertinya masalah ini belum menemui titik terangnya.

Di sisi lain, Bibi Ratih dan keluarganya telah masuk ke gedung tunggal elit, mereka sangat tercengang.

Bibi Ratih pikir dia pernah melihat keseluruhan dunia sosial, meskipun dia bukan tidak pernah melihat rumah seperti ini, tapi dia dari dulu belum pernah menempati rumah seperti ini.

"Kak, ini benar-benar rumahmu?"

Rita melihat ekspresi terkejut di wajah adiknya dan keluarganya, dia terlihat sangat puas.

"Tentu saja......"

Saat ini tidak jauh dari situ terlihat mobil porsche merah terparkir pelan-pelan di dua tempat parkir samping rumah itu.

Dan dari dalam mobil porsche merah itu keluarlah seorang wanita muda berbadan tinggi.

Tidak ada orang lain selain Nusrini.

Saat bibi Ratih melihat mobil itu, dan juga Nusrini, dia sangat terkejut dan tidak bisa berkata-kata lagi.

"Nusrini, kamu sudah pulang, kebetulan, sini-sini, keluarga bibimu sudah datang......"

"Bibi...... paman apa kabar!"

Setelah menyapa, Nusrini bersiap untuk naik ke lantai atas.

Di detik ini, bibi Ratih terpikir sesuatu dan dan segera berkata: "Kak, keluargamu memiliki dua buah mobil?"

Rita menagnggukkan kepala dan berkata: "Benar, ada apa? Mobil yang Sanfiko Chen pakai untuk menjemput kalian tadi adalah salah satunya."

"Umm, kak, kamu juga tidak terlalu berhati-hati, bagaimana bisa kamu membiarkan Sanfiko Chen menyetir mobil semahal itu?"

"Hm? Kenapa?"

Rita melihat wajah adiknya yang merasa sedih dan tidak terlihat sedang dibuat-buat.

"Hm, kamu tidak tahu bahwa menantumu itu tidak menghargai mobilnya, saat dia mengantar kami pulang pinggiran mobilnya tergores, catnya juga mengelupas...... aku perkirakan akan membutuhkan banyak uang untuk memperbaikinya."

"Apa?"

Rita begitu mendengar hal ini langsung meledak, seketika wajahnya muram.

"Iya kan? Bibi, kakak sepupu ipar terlalu ceroboh waktu menyetir."

"Benar kak, sekarang Jovitasari adalah kesayangan keluargamu, setiap hari Sanfiko Chen yang mengantar jemputnya, kalau-kalau terjadi sesuatu bagaimana......"

Mendengar hal ini Nusrini segera menghentikan langkahnya.

"Bibi bilang kalau Sanfiko Chen menggoreskan mobilnya?"

Bibi Ratih segera menganggukkan kepalanya.

"Bu, bukannya aku sudah bilang, mobil apa yang dikendarai SanfikoChen, hari ini pastikan ibu mengambil kuncinya, mobil itu adalah milikku!"

Di alam bawah sadarnya dia telah menganggap mobil yang dikendarai oleh Sanfiko Chen itu adalah miliknya, maka hatinya sangat menggebu-gebu.

"Huh, tunggu saja saat barang tak berguna itu pulang, aku pasti akan membereskannya, aku tidak akan membiarkan dia mengendarai mobil keluargaku lagi!"

Kali ini Bibi Ratih menatap Joy, lalu memberinya kedipan mata.

"Adik iparku ada disini, sini cepatlah datang dan duduk......"

Michael tadinya yang berada di kamar membereskan tempat tidur kemudian keluar, dia segera menyapa beberapa orang berdiri di ruang tamu.

"Kak, kami tidak membawa apapun untuk merayakan pindahan rumah baru kalian, umm, semuanya masih di bagasi mobil Sanfiko Chen."

Saat ini Bibi Ratih dan keluarganya baru teringat akan tentengan kotak-kotak hadiah yang hampir kadaluarsa dirumahnya ternyata masih berada di bagasi mobil porsche merah tadi, dan mereka menjadi sangat canggung.

"Haha, tidak masalah, kalian datang pun sudah cukup...... duduklah, Rita, cepat cuci buahnya dan bawa kemari."

Rita kali ini juga segera menuju ke dapur.

"Ini Joy ya? Kamu sudah besar ya, sudah lulus kah?"

"Hehe, kak, dia sudah lulus dua tahun lalu, sekarang dia bekerja sebagai sekretaris kantor di Kota Shangjiang, dengan kantor Jovitasari sedikit jauh......"

Seiko Wang segera menjelaskannya.

Beberapa orang duduk disana mengobrolkan hal-hal biasa, obrolannya tentang pekerjaan dan sebagainya, Bibi Ratih dan Joy, ibu anak itu tidak bisa diam, mereka mengikuti Rita berjalan-jalan di sekitar villa.

Pada saat ini, Rita sangat senang, dan memperkenalkan kepada mereka betapa mewahnya dekorasi villa ini, dan berbagai macam kesombongan, bagaimanapun, dia menggunakan banyak pengetahuan teoretis yang telah dilihatnya beberapa waktu lalu.

Dan itu membuat Bibi Ratih mengagumi dengan dengki hati.

Dengan memanfaatkan upaya ini, Joy berkata pelan: "Ibu, keluarga bibi benar-benar kaya, kali ini kita tidak boleh pulang dengan tangan kosong."

Bibi Ratih segera menganggukkan kepalanya, dia memahami ekspresi anaknya dan berkata: "Tentu saja, bagaimana kalau nanti kita meminjam gedung ini?"

Bibi Ratih memainkan satu dua gerakan tangan sambil berbicara, Joy menganggukkan kepalanya, wajahnya penuh dengan kegembiraan.

Dia menempati sebuah rumah di kota Shangjiang, pembayaran mukanya tinggal sedikit lagi.

Disaat Rita tengah menyombongkan diri, mobil Sanfiko Chen sudah kembali di depan pintu.

Melihat Sanfiko Chen dan Jovitasari pulang, wajah Rita seketika menjadi dingin, dia melangkah keluar, melihat pinggiran mobilnya tegores, disa sangat sedih.

"Ibu......"

Sanfiko Chen baru saja keluar dari mobil itu, kuncinya masih digenggam, tanpa basa-basi Rita segera mengambil kunci itu dari genggamannya dan berkata dingin: "Kamu tidak tau menghargai, setelah ini kamu tidak boleh lagi menyetir mobilku!"

"Ibu, apa yang ibu bilang mobilmu.... kamu......"

Jovitasari turun dari mobilnya dan langsung melihat kejadian ini.

"Jovitasari, lihatlah...... ini adalah mobil yang baru saja dibeli, plat nomornya juga belum terpasang, kamu lihat ini sudah tergores seperti ini......"

"Ibu, ini......"

Saat Sanfiko Chen mau mengatakan sesuatu, seketika juga keluarga Bibi Ratih berjalan keluar.

"Ya, Sanfiko, aku tadi menyuruhmu untuk menyetir perlahan, tapi kamu malah tidak mendengarkan, goresan ini sangat besar, tidak tahu harus mengeluarkan berapa banyak uang untuk memperbaikinya......"

"Benar, kakak sepupu ipar, kamu menyetir dengan sangat ganas, aku sangat terkejut!"

Seiko Wang juga membantu mereka berbicara.

Mendengar hal ini Sanfiko Chen hanya bisa melihat keluarga ini dengan kebingungan.

Di waktu seperti ini, suami Rita tersenyum dan berkata: "Sudahlah, saat menyetir sangat wajar jika menabrak, yang penting orang didalamnya tidak apa-apa. Lagipula keponakanku Sanfiko, setelah ini menyetirlah perlahan, tidak apa-apa jika mobilnya tergores, hanya jika orang yang tertabrak itu baru masalah."

Sanfiko Chen merasa ini semua lucu, keluarga bibi memang sangat aneh.

Sanfiko Chen langsung mengerti mengapa Jovitasari sangat tidak menyukai keluarga bibinya sendiri.

Upaya untuk membalikkan hitam dan putih benar-benar suatu keharusan.

"Kamu menertawakan apa, Sanfiko Chen, pergi kamu, hari ini aku tidak ingin melihat wajahmu, melihatmu hanya mengacaukan perasaanku saja."

Rita melihat Sanfiko Chen yang merasa tidak bersalah itu, dia marah besar.

"Ibu, sebenarnya ini......"

"Sebenarnya apa? Jovitasari, hari ini kamu tidak boleh berkata apapun, setiap hari Sanfiko Chen mengandalkanmu berbicara, lihatlah sekarang sejak kapan dia mendengarkan perkataanku."

"Ibu......"

"Sanfiko Chen, pergi tidak kamu!"

Nusrini berdiri disamping mobil itu, dengan seksama melihat goresan di mobil itu, dia sangat sedih juga sangat marah melihat wajah tidak bersalah Sanfiko Chen itu.

"Kak, jangan begini, Sanfiko juga tidak sengaja, untuk apa kamu marah besar seperti ini?"

"Ya...ya, kak, kamu tidak perlu mengatakan hal seperti itu pada anakmu, lagipula bukan masalah besar......"

Bibi Ratih yang disampingnya berpura-pura menjadi orang baik yang menasehati Rita, Seiko Wang segera mengikuti istrinya.

"Huh, Ratih, Seiko, aku beritahu kalian, Sanfiko Chen benar-benar sudah mempermalukan keluarga Bai, aku daritadi sudah menyuruhnya oergi, tapi orang ini tidak punya malu, dia terobsesi dengan Jovitasari, benar-benar membuatku marah......"

Rita berbicara sambil menatap dingin Sanfiko Chen, dia ingin membuat Sanfiko Chen kehilangan harga dirinya..... Dia ingin melihat apakah Sanfiko Chen masih berani menampakkan mukanya disini.

"Ibu, ibu sudah salah paham...... Sanfiko......"

Saat ini Jovitasari sudah tidak tahan lagi untuk mengatakan bahwa sebenarnya Joy yang menggoreskan mobilnya, tapi Sanfiko Chen justru dijebak...... tapi Sanfiko Chen malah menariknya, menggelengkan kepala dan menyuruhnya untuk melupakannya saja.

"Kamu...... Jika kamu berbicara lagi...... Aku suruh kalian bercerai saja, atau Sanfiko segeralah menyingkir dari sini, aku muak melihat wajahmu......"

"Ibu, kalau ibu menyuruh Sanfiko pergi, aku juga akan pergi......"

Ditengah-tengah berbicara, Jovitasari berjalan didepan Sanfiko Chen dan menggenggam tangannya berjalan keluar.

"Kamu...... Jovitasari, kenapa kamu tidak mendengarkan, kamu ingin ibu marah didepan bibimu...... kenapa kamu tidak mendengarkan ibu."

Melihat Jovitasari pergi dengan perasaan marah, air mata Rita seketika mengalir.

"Jovitasari, aku tidak apa-apa, aku kebetulan juga ada urusan yang ingin aku bereskan...... Kamu tinggallah disini, malam nanti kita baru telepon."

Sanfiko Chen merasa agak kesal, tapi dia masih memiliki masalah lain yang harus diurus, karena baru saja ponselnya berbunyi dan itu adalah dari Kak Aji, sudah pasti ada kabar.

"Sanfiko......"

Jovitasari menggenggam erat Sanfiko Chen, air matanya seketika mengalir.

"Kak, biarlah dia pergi, ataukah kamu ingin melihat ibu bersedih?"

Disaat ini Nusrini mendorong Sanfiko Chen, lalu menarik tangan Jovitasari.

Sanfiko Chen melihat keluarga bibinya dengan sombong berdiri disana, memperlihatkan senyum masamnya, keluarga ini memang benar-benar aneh, benarkah satu keluarga belum tentu sama......

"Tidak apa-apa, nanti malam selesai aku mengurus sesuatu aku akan meneleponmu ya."

Jovitasari menganggukkan kepalanya tidak berdaya.

Dengan segera Sanfiko Chen memutar badannya pergi......

Melihat Sanfiko Chen kalah, Bibi Ratih yang berdiri disana tersenyum dingin, dalam hati tertawa dan berkata: "Berkelahi denganku, hanya seorang menantu yang tidak kompeten, sangat tidak berpengalaman......"

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu