Menunggumu Kembali - Bab 232 Akibat suka Pamer

"Baiklah, ayo pergi...... Kita masuk kembali kedalam rumah!"

Rita yang melihat Sanfiko Chen berjalan menuju pintu keluar merasa sangat lega. Rita meraba-raba kunci mobil porsche merah ditangannya dan segera masuk ke villa lagi.

Bibi Ratih dan keluarganya saling menatap, di mulutnya terlihat sebuah senyuman puas.

Melihat Sanfiko Chen sudah pergi jauh, Bibi Ratih tersenyum dingin.

"Dia hanyalah pemuda yang belum pernah hidup dalam kekayaan, dia masih berani mendebatku, huh, lihat dirimu!"

"Kak, ayo pergi......."

Nusrini menarik lengan Jovitasari dan masuk keadalam rumah, dan Jovitasari melihat bayangan lesu itu dari kejauhan, hatinya sangat sedih.

Sanfiko Chen telah sampai di pintu keluar dan dia menhela napas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Kak Aji.

"Tuan Sanfiko, kami telah menemukan tempat persembunyian Yusdi di daerah pedesaan, ponselnya semua ditinggalkannya disini."

Sanfiko Chen begitu mendengar hal ini langsung mengernyitkan alisnya lalu dia menanyakan alamatnya dan pergi dengan taksi.

Setelah tiga puluh menit, Sanfiko Chen sudah sampai di sebuah rumah sederhana satu lantai yang kecil di daerah pedesaan Kota Penang, tapi didalamnya sangat besar.

"Tuan Sanfiko, disinilah......"

Saat Kak Aji membawa Sanfiko Chen memasuki ruangan ini, rumahnya sangat berantakan, ada beberapa sekat, lalu diantaranya adalah peralatan yang sangat sederhana dan jelek, masuk lagi kedalam tercium bau darah yang bercampur dengan cairan formalin, baunya benar-benar tidak enak.

Saat masuk lagi lebih dalam, Sanfiko Chen melihat seorang laki-laki gemuk paruh baya yang berjongkok di sudut dinding, lalu dua orang memanggilnya untuk melihat sesuatu.

"Tuan Sanfiko, ini adalah ponsel milik Yusdi?"

Sanfiko Chen membuka ponsel itu, melihat nomor kontak, juga membolak-balik pesan bergambarnya, lalu dia menyingkirkan ponsel itu, ponsel ini memang milik Yusdi, tapi sudah tidak ada gunanya lagi.

"Orang ini?"

Dia menunjuk orang yang berjongkok di sudut dinding itu, orang gemuk yang babak belur itu, Sanfiko Chen bertanya.

"Tuan Sanfiko, orang ini adalah yang mengoperasi Yusdi, namanya Dodo, dulunya dia adalah dokter hewan, kemudian dia berada disini membuka klinik privatnya, lagipula dulu dia bukan dari Kota Penang, sepertinya dia orang Purwokerto."

Sanfiko Chen menganggukkan kepalanya, melihat sekilas fasilitas rumah ini, benar-benar sangat sederhana dan jelek, kemudian dia memutar badan berjalan keluar.

"Suruhlah dia keluar, aku ingin menanyakan sesuatu padanya."

"Mengerti, Tuan Sanfiko."

Saat Sanfiko Chen keluar dari rumah ini, Dodo yang dipukul samapi babak belur itu sudah ditangkap.

"Sebentar lagi Tuan Sanfiko akan menanyaimu, jawab dengan benar, jika kamu berani bicara sembarangan, hati-hatilah dengan nyawamu ini!"

Ditengah-tengah berbicara, Danny juga menendang kaki Dodo, seketika Dodo berteriak kesakitan dan berlutut di tanah.

"Tidak, tidak akan...... Aku akan katakan semua...... semuanya......"

Sanfiko Chen melihat keadaan sekeliling, tidak heran dulu Kak Aji dan kawan-kawan tidak bisa menemukan Yusdi, sangat sulit ditemukan jika bersembunyi disini.

"Kamu yang menolong Yusdi?"

Sanfiko Chen memutar badan dan bertanya pada Dodo si gemuk yang berlutut di hadapannya itu.

"Ya, benar...... Karena aku dulu mempunyai hubungan dengan keluarga Bai, makanya aku kenal dengan Yusdi, keadaannya sudah sangat parah ketika dia bertemu denganku, dia baru siuman setelah semalaman pingsan disini, kemudian aku membantunya memasang kaki baru, karena seluruh tulang kakinya sudah benar-benar hancur, jika tidak diamputasi dia pasti sudah kehilangan nyawanya. Tapi dua hari lalu saat aku pergi mengurus sesuatu, saat aku kembali ke rumah dia sudah tidak ada, aku juga tidak tahu kemana dia pergi?"

Saat Dodo selesai berbicara, seketika Danny menendang perutnya.

Aahhhh!

"Dasar sialan, kamu telah menolong kelinci itu dan kamu tidak tahu kemana dia pergi."

Aku tahu bahwa kematian kelima saudara Danny itu membuatnya menyalahkan semua perkara kepada Yusdi, saat dia memegang kotak abu kelima saudaranya di tempat kremasi, Danny sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menangkap Yusdi, lalu membalaskan dendam kelima saudaranya ini.

Maka saat mereka telah menemukan kemungkinan jejak gerak-gerik Yusdi yang lalu, dia adalah orang pertama yang datang kesini.

"Kamu membohongi siapa sialan, kaki Yusdi telah kamu amputasi, telah kamu kurung didalam rumah kemana dia bisa pergi? Cih, cepatlah bicara, Yusdi sekarang berada dimana?"

Ditengah-tengah berbicara dia juga menendangkan kakinya ke perut Dodo lagi.

Dodo yang baru saja tersadar itu langsung rebah ke tanah.

"Aku mohon jangan pukul aku lagi, aku, aku benar-benar tidak tahu, benar-benar tidak tahu...... Kak, aku benar-benar tidak tahu...... Saat aku pulang, Yusdi sudah tidak ada disana, aku benar-benar tidak tahu kemana dia pergi."

"Kamu brengsek, kamu masih saja bersikeras......"

Danny ingin menendang badan Dodo kembali, tapi kali ini Sanfiko Chen menahannya.

"Tuan, Tuan Sanfiko, aku benar-benar tidak tahu, saat aku pulang kemarin, Yusdi sudah tidak ada, aku benar-benar tidak tahu kemana dia pergi, aku juga sudah mencarinya kemana-mana, tapi aku juga tidak menemukannya, tapi dia baru saja dioperasi, seharusnya dia tidak mungkin bisa pergi jauh, maka dia tidak mungkin meninggalkan Kota Penang. Pasti, pasti dia bisa ditemukan."

Dodo yang melihat Sanfiko Chen menahan Danny, segera berlutut di hadapan Sanfiko Chen dan memohon-mohon,

"Aku benar-benar tidak tahu...... Benar-benar tidak tahu, kalian lepaskanlah aku...... Lepaskanlah aku....."

Sekarang langit sudah mulai gelap, Sanfiko Chen berdiri disana, melihat Dodo yang tak henti-hentinya memohon di hadapannya, dia hanya bisa tersenyum masam, sepertinya orang bernama Dodo ini adalah orang yang terlalu naif untuk menolong Yusdi, dia tidak bisa menanyakan hal lain kepadanya.

"Pergilah......"

"Tuan Sanfiko...... Bagaimana kami membereskan Dodo?"

Danny segera menarik leher Dodo untuk membuatnya berdiri.

Sanfiko Chen menggelengkan kepalanya.

"Dia seharusnya tidak mengetahui apapun."

Dia berputar dan masuk kedalam mobil Hummer.

Huh!

Danny mendesah dan melemparkan Dodo ke tanah.

"Kak Aji, Erwin sudah datang ke Kota Penang kah?"

Kak Aji menganggukkan kepalanya dan menjawab: "Ya, dia pergi ke rumah Kevin Wijaya, dia bilang ada suatu hal yang ingin dia bicarakan dengan Kevin Wijaya."

Mendengar hal ini Sanfiko Chen menganggukkan kepalanya dan berkata: "Baiklah, katakan padanya untuk menungguku di kawasan hutan besok."

"Mengerti, Tuan Sanfiko."

......

Di sisi lain, karena adiknya sudah datang, Rita memang ingin pamer di hadapan Ratih, saat malam dia telah mempersiapkan acara di hotel besar berbintang lima Kota Penang, Hotel Central.

Terletak di pusat Kota Penang, dan saat berdiri di hotel Kota Penang ini kita bisa melihat seluruh pemandangan Kota Penang.

Dan di hotel Kota Penang ini ada sebuah restoran yang sangat mewah, restoran ini juga merupakan simbol identitas dari hotel bintang lima Hotel Central, maka biaya makan disini sangat tinggi, paling tidak habis sekitar puluhan juta.

Tentu saja Rita tidak akan mentraktir makan di restoran ini, tapi di ruangan privat dibawah hotel ini, ruangan ini tidak sederhana, tapi dibandingkan tempat di Hotel Grandhatika masih terhitung lebih tinggi.

Tidak ada cara lain untuk pamer di hadapan adiknya, lagipula tidak mudah untuk bisa pamer di hadapan adiknya ini, kali ini tidak boleh dibiarkan.

Tentunya, meskipun bukan makan di restoran semewah tadi, Ratih dan keluarganya sangat puas terhadap pelayanan mereka, harus diketahui bahwa dua orang pria di keluarga Rita adalah orang dalam sebuah organisasi, secara naluriah mereka juga banyak kenal orang-orang bangsawan, juga mengetahui kedudukan Hotel Central Kota Penang ini, ini benar-benar rantai hotel bintang lima, biaya makan disini setidaknya habis sekitar belasan juta , itupun belum dengan minum bir.

Maka saat ketiga orang ini memasukki ruang privat itu mereka saling melemparkan pandangan.

Joy juga sangat gembira, dia mengulurkan tangannya ke ibunya dan menunjukkan kelima jari tangannya.

Ratih menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum kepada Rita yang duduk disampingnya dan berkata: "Kak, hari-harimu pasti sangatlah menyenangkan, keponakanku Jovitasari juga sangat berbakat, Nusrini juga berperilaku baik, mempunyai dua gadis yang baik, sangatlah membahagiakan."

"Haha, Ratih, kamu juga, Joy sekarang sudah bekerja di kantor, ini adalah pekerjaan yang menjanjikan. Banyak orang mengaguminya......"

Masakan datang satu per satu sembari mereka mengobrol.

Tiga orang pria duduk bersama dan mulai minum bir, Jovitasari saat ini hanya memikirkan Sanfiko Chen, dia tidak memiliki selera makan, hanya meneguk segelas jus, wajahnya sangat muram.

Bir telah sampai pada tiga putaran, sudah saatnya Ratih membahas hal yang penting, dia melemparkan pandangan kearah Seiko Wang yang sudah setengah mabuk itu, dengan segera Seiko Wang tersenyum dan berkata: "Kakak-kakak, aku disini ingin sedikit merepotkan kalian, itu......"

Seiko Wang menghentikan pembicaraannya, wajahnya sangat sungkan.

Michael tidak berkata apapun, Rita yang ada disampingnya terkikik dan berkata: "Seiko, kita ini adalah satu keluarga, katakan saja apa masalahmu, jika kakak bisa membantu pasti tidak akan mengecewakanmu, haha......"

"Itu...... Kak, aku sedikit sungkan, ini, Joy baru saja masuk ke perkantoran, orang-orang yang memiliki keahlian khusus juga banyak, kami dulu telah memberi beberapa uang untuk masuk. Joy juga bukan satu-satunya, dia sedang mempersiapkan pernikahan, tapi menantu perempuan mengharuskan kami membeli sebuah rumah di Kota Shangjiang, dan juga meminta pembayaran penuh. Ini...... Masih kurang sedikit uang untuk membayarnya, lihatlah penghasilan Jovitasari, sekarang adalah ketua perusahaan, aku ingin meminjam sedikit uang."

Seiko Wang berbicara sambil menyenggolkan gelasnya pada Michael, lalu dia langsung meneguknya tanoa menunggu Michael.

"Benar, kak, kami tidak mempunyai cara lain lagi, kamu juga tahu pernikahan sekarang, pihak laki-laki sangat bekerja keras, harus membeli rumah dan mobil, dan juga harus mempunyai pekerjaan resmi, kami benar-benar menemui kesulitan, kak, keluargamu saat ini sudah kaya, bisakah kamu membantu kami?"

Ratih yang duduk disebelah Rita membuka mulutnya dan berkata.

"Meminjam uang?"

Mendengar kata meminjam uang, seketika roh dalam diri Rita bergejolak.

Dia juga tahu bagaimana adiknya ini, dia seperti hewan yang ganas, dia tidak bisa masuk dan keluar, meminjam begitu banyak uang juga akah hilang begitu saja.

Dia sangat ingat saat dulu dirinya meminjam uang, meminjam 20 juta adiknya banyak menghindar, ataukah takut karena uangnya tidak bisa kembali? Sekarang aku sudah punya banyak uang, aku akan meminjamkannya padanya.

Melihat adikku berkata dengan rendah diri, entah kenapa membuat hatiku sangat puas.

"Ratih, kamu ingin meminjam berapa?"

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu