Menunggumu Kembali - Bab 258 Bunuhlah dia, bunuh dia

Juni memandang Sanfiko Chen yang berjalan dengan acuh tak acuh dan duduk di samping Jovitasari. Meskipun dia sangat terkejut dengan penampilan Sanfiko Chen tadi, Tetapi di dalam hatinya dia tahu bahwa hari ini yang dia takuti adalah sahabatnya yang merupakan cewek popular yang pernah terkenal itu akan memudar.

"Setelah beberapa saat waktu digunakan untuk memukul tuan Robby dan tuan Rudi, dua tuan muda besar dari kota Sumedang, Jovitasari, lelakimu sangatlah luar biasa, seseorang yang gila dari awal sampai akhir, aku yakin dalam beberapa saat kamu akan melihat mayat lelakimu akan dikirim langsung ke krematorium, Kemudian kamu dapat membawa abu jenazah lelakimu kembali ke Penang.

Wajah Jovitasari sangat tidak enak dilihat saat ini, tentu saja dia tahu sekarang masalahnya sangat serius.

"He he, kenapa, sekarang sudah tahu takut?, tadi apa saja yang dilakukan, jika aku jadi kamu, aku akan segera pergi dari sini, kamu berlanjut tinggal di sini, aku jamin akhirmu akan menyedihkan!"

Melihat wajah Jovitasari yang gugup dan khawatir seperti itu, disaat ini Juni merasa nyaman di hatinya.

"Iya benar, Jovitasari , cepat tinggalkan tempat ini ! "

"Ya, Jovitasari , cepatlah pergi, keluarga Tang tidaklah mudah untuk di provokasi!"

" Saat ini kamu masih memperdulikan suamimu yang sampah ini, dia hanya bisa memberimu masalah, membuatmu dalam bahaya, cepat pergi dari sini , aku yakin keluarga Tang dan keluarga Zhang tidak akan datang mencari masalah denganmu."

Saat itu juga, siswa laki-laki dari beberapa universitas berbicara dan membujuk Jovitasari untuk segera pergi dari sini.

DiSaat itu, Jovitasari mengertakkan giginya, meraih tangan Sanfiko Chen dan menariknya.

Dia tentu saja tidak akan pergi sendirian, dia menarik tangan Sanfiko Chen hanya untuk memberi tahunya, bahwa apa pun yang terjadi dia akan bersama-sama menanggungnya.

Saat ini Sanfiko Chen malah merasa acuh tak acuh , mungkin sebelumnya saat di kota Penang dia sangat rendah hati, Dia bahkan sedikit lupa seperti apa kesombongannya, kebetulan dia mau menyesuaikan disini hari ini,

"Sanfiko, cepat kita pergi dari sini. Jika keluarga Tang datang, kita akan ..."

Tapi Jovitasari belum selesai bicara, diluar lobi sudah terdengar suara prak prak prak, belasan pria berbadan kekar berjalan menuju lobi.

”Ah....."

Disaat ini wajah Jovitasari berubah, dan dia memegang erat tangan Sanfiko Chen,sangat jelas saat ini dia tahu bahwa tidak mudah untuk pergi.

"Itu adalah pengawal keluarga Zhang yang datang. Semua pengawal ini adalah dari klub Taekwondo Sumedang, Kali ini bocah yang sombong ini akan mengalami kesialan yang besar.

"Hehe ... semua ini dicari sendiri... tunggu dan lihat saja beberapa orang akan dibunuh di sini."

Ketika beberapa pria kekar ini masuk dan dengan cepat berjalan di depan Robby, memapah Robby.

"tuan Robby ..."

“Sih bodoh ini, pukuli mereka, jangan pukul mereka sampai mati, sisakan sedikit nafas saja.

Pengawalnya telah tiba ditempat, tiba-tiba Robby memiliki kepercayaan diri. Tetapi dia tidak berani menyuruh pengawalnya langsung membunuh Sanfiko Chen, harus menyisahkan hidupnya untuk Rudi.

Anak ini membuat salah dengan Rudi, tapi masih menyuruh Rudi berlutut, akhir dari cerita ini harus mati, dirinya hanya bisa mengeluarkan nada amarahnya ini, sampai membunuh Sanfiko Chen, ingin bagaimana dia mati, Itu adalah urusan Rudi.

"Kami tahu apa yang harus dilakukan, tuan Robby!"

Dengan Segera beberapa pria kekar berbalik dan berjalan menuju Sanfiko Chen.

Mengerikan!

Orang-orang ditempat merasakan kepribadian orang-orang ini, satu per satu melangkah mundur.

"Sanfiko, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Jovitasari melihat lima pengawal keluarga Zhang yang berbadan besar dan yang galak ini, tiba-tiba memegang lengan Sanfiko Chen dengan erat, lalu dengan ekspresi ketakutan dan bertanya.

"Kalau tidak, kita kabur saja…..."

Wajah Jovitasari penuh ketakutan.

Tetapi dia tau orang-orang hanya mendengarkan perkataan Robby, dan orang-orang ini berasal dari club taekwondo, jika sudah bertindak pasti tidak akan santai lagi, mungkin saja Sanfiko Chen akan dibunuh hidup-hidup oleh orang-orang ini.

"Hahaha, mau kabur sekarang? Benar-benar mustahil!"

“Jovitasari, sebelumnya aku sudah pernah memberitahumu, tuan Robby menyukaimu, itu adalah nasibmu yang bagus, dan juga keberuntunganmu, kamu tidak mau mendengarkannya, masih menyuruh lelaki bodohmu ini memukul tuan Robby, Ini akan baik-baik saja, kamu sendiri yang memilih jalan buntu ini”.

Hehe, tapi kamu tenang saja, aku akan bantu kalian telepon seseorang dari krematorium untuk menjemput kalian, lagian kita juga sahabatan, aku tidak bisa melihat mayatmu tidak ada yang menanganinya.

Saat ini Juni sambil berbicara, dengan wajah yang bangga.

Awalnya dia hanya ingin pamer di acara pesta ulang tahunnya, tapi tidak habis pikir bisa mendapatkan efek yang tidak terduga.

Meski rasanya agak kelewatan, tapi dengan menghadapi hasil yang seperti ini, Juni merasa sangat menantang.

Ingin tahu pada saat kuliah dulu, tidak tahu sudah berapa kali Juni diabaikan orang, semua ini dikarenakan disampingnya ada Jovitasari, jika tidak ada Jovitasari, Juni mungkin telah menjadi istri di keluarga orang kaya, dan dia tidak perlu pergi ke luar negeri untuk belajar.

"Prakkk!"

Tetapi disaat Juni sangat bangga, mengingatkan kesombongan dan kejutekan Jovitasari, berpikir tentang itu, segera bisa di ejek orang dengan, rasa enak yang belum pernah terjadi sebelumnya muncul dalam pikiran.

Tetapi ketika dia merasa sangat nyaman, tapi tamparan tiba-tiba membuat dia terguling ke tanah.

"Aku jarang memukul wanita, tapi mulutmu terlalu murahan."

Ah!

Juni segera berteriak, lalu berdiri dan menutupi wajahnya yang merah dan bengkak, melihat Sanfiko Chen dan berteriak dengan keras, "Sanfiko Chen, kamu itu sampah, kamu berani-beraninya memukulku, apa-apaan kamu …..."

Pada saat itu, beberapa pria kekar sudah datang, dan langsung mengepung Sanfiko Chen dan Jovitasari.

Sanfiko Chen segera mendorong Jovitasari dan berkata: "Jovitasari, kamu berdiri di pinggir."

"Tapi, Sanfiko..."

Sanfiko Chen memberinya tatapan yang meyakinkan, dan segera Jovitasari tidak ragu-ragu dan berjalan keluar dari pengepungan.

Pria-pria kekar itu tidak pedulikan Jovitasari, lagipula wanita cantik memiliki hak khusus kapan saja. Jovitasari yang disaat ini, para pengawal ini dari awal tidak keberatan.

"Jovitasari, Kamu tunggu saja aku akan membereskan mayat lelakimu yang bodoh ini, berani memukulku, sampah yang harus mati!"

Melihat Jovitasari berdiri di samping dengan wajah khawatir, segera Juni dengan wajah dingin berteriak, dan sekarang dia hanya ingin melihat adegan di mana Sanfiko Chen dibunuh oelh meraka di tempat.

"Sanfiko pasti akan baik-baik saja!"

"Bodoh!"

Juni segera mengutuk dan lalu berhenti bicara.

Di saat ini, Robby melihat Sanfiko Chen yang dikepung, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

"Sanfiko Chen, bukankah kamu tadi berlagak hebat ? Sekarang coba kamu berlagak hebat lagi, dan aku si Robby dihari ini menyukai wanitamu, kenapa? bahkan, nanti aku akan memainkan wanitamu di depanmu, aku ingin lihat apa yang akan akan kamu lakukan padaku?

"Bahkan jika kamu bersujud dan memohon padaku, aku tidak akan melepaskanmu, Tidak ada yang pernah membuatku rugi besar, Sanfiko Chen, kamu adalah yang pertama dan yang terakhir! aku ingin hidup kamu tidak lebih baik dari mati! "

Robby yang berdiri dengan menyender meja, disaat ini berteriak dengan gila, melampiaskan, dia hanya ingin Sanfiko Chen benar-benar hancur, dan kemudian mendapatkan Jovitasari.

"Karena kamu ingin mati, maka aku akan memenuhi nya!".

Sanfiko Chen langsung menepuk meja saat berbicara, dan tiba-tiba sumpit di atas meja tertepuk keluar.

Plukkk!

Terlalu cepat, semua ini hanya di antara kilatan cahaya, para pengawal keluarga Zhang yang mengelilingi Sanfiko Chen itu tidak merespon sama sekali, dan sumpit yang ditembakan itu langsung menembus lututnya Robby.

Ah!

Jeritan terdengar , seluruh tubuh Robby tiba-tiba gemetaran, dan jatuh berlutut di tanah.

Rasa nyeri itu membuat dia tidak mengucapkan sepatah kata pun selama hampir setengah hari.

Tidak jauh dari lokasi, Rudi yang tadinya ingin berdiri, melihat adegan ini, tiba-tiba kedua kakinya lemas, jatuh berlutut ditanah.

"Bunuhlah dia! Bunuh dia!

Robby yang disaat ini tidak bisa mengurus begitu banyak, rasa malu, kebencian, dan penghinaan tiba-tiba membuatnya kehilangan semua ketenangannya.

Di saat ini dia hanya ingin Sanfiko Chen mati!

Mendengar suara raungan Robby, segera beberapa pengawal kekar itu tiba-tiba mengeluarkan tangan ke arah Sanfiko Chen......

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu