Menunggumu Kembali - Bab 284 Sebuah Tamparan

Malam itu pekat.

Distrik Property Xiangjiang, sebuah villa di puncak bukit.

Isabella Long perlahan-lahan mempelajari kerajinan tradisional mengenai mencuci teh dan membuat teh.

Dia ingin mengetahui sejak tiga tahun lalu tentang bagaimana Sanfiko Chen yang baru berusia dua puluh tahun lebih berusaha untuk mengendalikan perusahaan kelompok besar yang berada di Kota Yanjing saat itu. Harus diketahui bila Sanfiko Chen baru berusia sekitar dua puluh empat atau dua puluh lima tahun waktu itu, mengejutkannya dia mampu untuk mengontrol perusahaan industri yang sangat amat banyak di Kota Yanjing, menjadi bos di belakang layar yang tidak pernah muncul. Harus diketahui pula kalau bos besar misterius dalam populasi ini hanyalah seorang anak muda. Dia juga pernah mendominasi preman-preman di daerah tersebut.

Jika bukan karena menghilangnya Cindy Nangong secara misterius, mungkin pria yang menyembunyikan identitasnya di balik layar ikatan para pedagang di Kota Yanjing ini tak akan mengungkapkan jejaknya sama sekali, dan tak akan diketahui bila dia adalah anak muda dari Kota Yanjing yang kekayaannya tak terhitung jumlahnya, dan bahkan banyak orang dari kalangan kelas satu, para pemimpin spiritual yang mengagumi orang ini, ternyata dia adalah putra terlantar keluarga Chen dari Kota Yanjing, seorang pemuda yang sepenuhnya tak diabaikan oleh orang lain.

Bahkan Isabella Long sulit mempercayainya setelah mengetahui identitas sejati Sanfiko Chen saat itu, fakta itu membuatnya harus percaya bila kengerian Sanfiko Chen benar-benar melebihi imajinasinya, dia bahkan agak sulit membayangkan kalau Sanfiko Chen yang masih begitu muda sebenarnya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang mengerikan.

Sejak saat itu, keluarga Long memutuskan untuk langsung membunuh Sanfiko Chen sebelum berita itu sepenuhnya menyebar, sehingga dia kemudian mengejar Sanfiko Chen selama dua tahun.

Mata air alami dari Gunung Salju Yulong dalam teko yang sangat indah telah mendidih, Isabella Long mulai membuat teh yang elegan, dan Banzhang tua yang telah dimasak selama lebih dari sepuluh tahun.

Ketika aroma teh keluar, tak dapat dielakkan bila perasaan Isabella Long jadi tenang.

Semangkuk teh luar biasa berusia ribuan tahun, mungkin Isabella Long tidak pernah berpikir bahwa suatu hari dirinya seorang akan menjadi terbiasa dengan keterampilan ini.

Kesenian teh, menurutnya harus menjadi talenta seni yang dimiliki oleh kelas atas.

"Nona, ada berita dari keluarga. Mungkin Nona Feiya tiba di Kota Penang besok, membiarkan kamu untuk menjaganya!"

Jimmy Long berbicara dengan lembut.

"Feiya, seingatku dia sedang syuting drama kuno di Danau Xihu? Kenapa bisa berpikir untuk datang ke kota Penang yang kecil ini?"

Feiya Long, satu-satunya wanita bodoh yang menjauhkan dirinya dari bisnis keluarga Long, dan ingin mencapai keinginannya dengan usahanya sendiri.

Dalam keluarga Long, meskipun identitas Feiya Long merupakan sebagai Nona isabella, tapi pada kenyataannya, statusnya dalam keluarga Long tidak begitu tinggi, tak dapat dibandingkan dengan kakak perempuannya Isabella Long. Bagaimanapun, Feiya Long lahir dari keluarga Long secara prematur, itu tidak bisa dibandingkan dengan Isabella Long yang penurut.

Mungkin perbedaan seperti itu tidak begitu penting sama sekali dalam keluarga biasa, tetapi sangat penting bagi keluarga besar yang telah diwarisi selama bertahun-tahun seperti keluarga Long dari Kota Yanjing.

"Aku mendengar kabar bila Nona Feiya menerima menjadi bintang iklan untuk 'Anggur Sanjaya'."

Isabella Long perlahan meletakkan cangkir yang ada di tangannya, lalu tersenyum sekilas.

"Anggur Sanjaya?"

Berbicara dengan dirinya sendiri, tidak bisa dielakkan perasaannya merasa curiga. Tampaknya Jovitasari benar-benar memiliki beberapa kemampuan, bahkan mampu untuk membiarkan Feiya menjadi bintang iklan produknya, tetapi takutnya semua ini merupakan Sanfiko Chen yang pernah mengendalikan raksasa komersial berdiri di baliknya.

"Hehe, bila Feiya tiba di Kota Penang besok, kamu pergi menjemputnya."

Dia merasa acuh tak acuh terhadap hal-hal seperti ini. Dibandingkan dengan apa yang dilakukan Feiya Long, di mata Isabella Long hal itu tampaknya hanyalah mainan anak-anak saja. Dunia hanya dapat dilihat dengan jelas hingga setiap jalan bila kamu berdiri tinggi tegak. Bila tidak, semua yang kamu lihat hanyalah produk keberhasilan yang ditunjukkan oleh atasanmu.

Jimmy Long mengangguk-angguk.

Saat Isabella Long perlahan-lahan mengangkat secangkir teh hingga mendekati bibirnya, pintu vila ditendang hingga terbuka oleh seseorang.

Dia menghela nafas sebentar, hati seluruh penghuni villa langsung cemas dan pergi melihat ke arah pintu villa.

Di bawah sinar bulan yang dingin, lelaki yang berdiri di pintu vila, dibalut sinar bulan yang dingin dan mengantarnya masuk vila dengan udara yang dingin.

"Hehe, ternyata Sanfiko yang datang. Cepat kemari dan coba teh yang baru saja kubuat. Aku harap kamu menyukainya."

Saat berbicara, meskipun Isabella Long juga sedikit terkejut saat ini, namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah-olah kehadiran Sanfiko Chen pada saat ini adalah sesuatu yang sudah dapat ditebaknya.

Sanfiko Chen langsung berjalan menuju Isabella Long yang duduk di sana. Dia tidak mengatakan apa-apa, matanya penuh dengan hawa membunuh yang keji.

"Berhenti! Jika kamu melangkah lebih jauh maka jangan salahkan aku bila tak sungkan!"

Ketika jarak Sanfiko Chen hanya tiga meter dari Isabella Long, dia dihentikan oleh pengawal wanita sebelumnya yang berpostur tinggi. Jimmy Long berdiri di sana dan menatap Sanfiko Chen yang beraut wajah sangat dingin saat ini dengan waspada.

Bagi Sanfiko Chen, dia sudah meninggalkan kesan yang mendalam tiga tahun lalu.

Perkelahian yang belum lama ini terjadi membuatnya menyadari bila Sanfiko Chen telah menyembunyikan kemampuannya selama tiga tahun ini, jelas lebih mengerikan dari yang mereka bayangkan. Dan juga Sanfiko Chen pasti melampaui kemampuan para petarung dari perusahaan grup yang pernah dia tangani sebelumnya.

Hal ini membuatnya mau tak mau untuk lebih berhati-hati pada Sanfiko Chen, dan telah membuat tatapan mata yang tersirat dari Sam yang berada di tengah-tengah aula villa, dan selalu siap melindungi Nona Isabella Long.

"Sanfiko, sepertinya kamu sangat marah hari ini, mengapa tidak minum secangkir teh untuk meredahkan amarah?"

Saat berbicara, Isabella Long perlahan maju beberapa langkah ke depan dengan membawa secangkir teh, Jimmy Long dengan cermat mengikuti Isabella Long.

Pengawal wanita itu menghadang tepat di depan Sanfiko Chen, dan matanya yang dingin penuh dengan rasa provokasi. Sebelumnya dia pernah mendengar Jimmy Long membahas Sanfiko Chen, dia tahu bila Sanfiko Chen adalah lawan yang sangat kuat, bahkan Jimmy Long mengatakan bahwa dirinya bukanlah lawan Sanfiko Chen, bahkan orang yang menggunakan obat genetik mungkin hanya bisa sebanding dengan Sanfiko Chen.

Jadi saat ini, dia benar-benar ingin bertarung dengan pria yang bahkan Jimmy Long sedikit takut padanya. Di matanya, begitu banyak anak kaya yang dilihatnya seperti pria ini, hanya mengikuti dorongan hati saja, hanya dapat memilih untuk melarikan diri, mereka sama sekali tak berani saling berhadapan.

"Kamu tak sungkan?"

Sanfiko Chen tidak peduli dengan Isabella Long yang melangkah maju, tetapi melihat pengawal wanita yang berdiri di depannya ini kemudian bertanya: "Siapa yang memukul Rita?"

Suara Sanfiko Chen sangat merendah, tetapi dalam kerendahannya ini ada hawa membunuh yang membara.

"Hehe, aku tidak menyangka Tuan Sanfiko akan kembali karena seorang wanita tua yang rendahan? Um, aku hampir saja lupa bila Tuan Sanfiko sekarang adalah menantu lelaki dari keluarga Bai. Rita adalah ibu mertuamu, dan saat ibu mertua dipukuli, menantunya datang kesini untuk membalasnya? "

Kata-kata pengawal wanita itu tiba-tiba jadi penuh ironi, pada saat yang sama dia perlahan-lahan menarik pelatuknya dengan ketat, sangat jelas bila dia sudah siap untuk menembak.

"Bang!"

Sanfiko Chen tak bertanya lagi, ketika dia mengambil langkah keluar, saat itu juga suara bang seperti meteor langit malam, langsung jatuh ke bahu pengawal wanita itu.

Tepat saat menembak jatuh pengawal wanita itu, Sanfiko Chen sudah berjalan di depan Isabella Long.

Angkat tanganmu.

Tepat di depan Jimmy Long.

Bahkan Isabella Long baru saja melihat Sanfiko Chen muncul tepat di hadapannya saat ini, telapak tangan Sanfiko Chen mendarat tepat di wajahnya yang putih cantik dan lembut seperti telur.

Plak!

Bang!

Suara tamparan diikuti oleh suara tembakan.

Sepasang mata Jimmy Long yang berdiri di sampingnya hampir membeku, kakinya tiba-tiba mundur dengan liar dan mengambil beberapa langkah ke belakang. Peluru memecahkan langit malam dan langsung menembus satu kaki meja teh yang teruat dari batu giok putih. Dengan segera kaki meja teh batu giok putih itu rusak, tepat saat itu, cangkir teh yang halus dan teh di atasnya tumpah ke lantai.

Hum!

Sebuah suara kekesalan. Pengawal wanita yang tersungkur itu sebenarnya ingin menahan rasa sakit dan menarik pistolnya, tetapi peluru yang baru saja menembus bahunya tiba-tiba meledak saat ini, suara kekesalan yang sesaat, seluruh lengannya tergores, dan bau darah yang pekat langsung menyebar ke seluruh aula villa.

Argh...

Pengawal wanita itu terjerembab ke lantai, tangan yang tadinya memegang pistol dengan cepat memegang bahunya, pistol berwarna hitam itu pun terjatuh ke lantai.

"Kamu..."

Isabella Long hampir ditembak secepat kilat seperti itu. Hanya pertempuran berdua, Sanfiko Chen sudah berdiri di hadapannya.

Dan juga menampar wajahnya dengan sekuat tenaga!

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu