Menunggumu Kembali - Bab 242 Panggilan Dari Adik Ipar

“Berharap kali ini jangan membuatku repot, Sanfiko kamu seharusnya sudah mati tiga tahun yang lalu!”

Wanita itu berkata pada dirinya sendiri dengan dingin.

Matanya terlihat seperti seorang pembunuh yang ganas.

Seorang Sanfiko, membuat dia dikritik dalam keluarga, jika bukan karena dirinya menikah dengan Sanfiko, sekarang dia telah menjadi menantu keluarga Tian, benar-benar langkah demi langkah.

Ini tidak akan menjadil banyak masalah hanya karena kode genetik darah.

Semua ini karena Sanfiko adalah sampah, sehingga membuat dirinya pergi ke Penang untuk melayani dia, dia hanya ingin mendapatkan kode genetik darah yang dipelajari ibunya.

Semakin memikirkan Isabella dia semkin marah, wajahnya yang dingin menjadi semakin dingin.

……

Malam sangat gelap, ketika Sanfiko tiba di galangan kapal yang berada di selatan kota, hari sudah menunjukan pukul delapan, saat itu, motor listriknya kehabisan baterai.

Untungnya, begitu Sanfiko berhenti, dia melihat mobil Porsche merah berkedip dengan lampu darurat tidak jauh darinya.

Ketika Sanfiko sedang berjalan menuju mobil Porsche, Nusrini turun dari mobil Porsche itu.

“Sanfiko, kenapa kamu baru datang, apakah kamu mendengarkan apa yang aku katakana!”

Ketika Nusrini melihat Sanfiko sampai di depan mobil Porsche, dia segera menegurnya dengan wajah menghina.

“Ada masalah apa kamu mencariku?”

Sanfiko menenggakkan kepala lalu menatap Nusrini yang berwajah marah di depan matanya, tetapi dia tidak mengerti kenapa dia harus mendengarkan gadis kecil ini?

“Tentu saja ada urusan, naik mobil, aku antarkan kamu ke suatu tempat!”

Ketika dia berbicara, Nusrini mengangkat tangannya dan melihat arloji mewah yang baru dibelinya.

“Ah, tidak ada waktu lagi… segera naik mobil! Sambil naik mobil sambil bicara!”

Sanfiko memandangi motor listrik yang diparkirnya di bahu jalan, lalu duduk di kursi pengemudi dengan senyum pahit.

Kemudian, dengan raungan, mobil Porsche bergegas keluar dari kota Penang dan menuju Jalan Nasional ke arah kota Maharayu.

“Kemana ini? Nusrini, sebenarnya apa maksudmu?”

“Malam ini, aku ingin mengikuti lomba balap di atas gunung, aku tidak memenuhi syarat sebelumnya, tapi sekarang aku sudah punya mobil, aku bisa ikut dengan mobil Porsche ini, tetapi ditetapkan bahwa harus ada dua orang untuk ikut lomba ini, Hary sampah itu, tidak berani ikut lomba ini, aku hanya bisa menemukanmu, kamu tidak perlu melakukan apa-apa nanti, duduklah di kopilot dan kencangkan sabuk pengamanmu, untuk pertama kalinya aku mngikuti lomba ini, kali ini Hendra mengundangku secara pribadi, ini kesempatan yang sangat langka.”

Sanfiko duduk di samping sopir, melihat Nusrini berkata dengan begitu semangat, dia tidak bisa berkata apa-apa, ini jelas-jelas bukan tempat yang biasa, bahkan orang-orang Hary yang mengejarnya tidak pergi, pasti di dalam tempat itu ada permainan besae.

“Oh iya, ini ada peraturan dan informasi dasar, kamu harus lihat benar-benar… nanti kamu jangan sembarangan bicara, sudah tahu belum? Aku akan mendapatkan untung selama aku bukan yang terakhir.”

Sanfiko menggelengkan kepalanya, lalu mengambil Ponsel yang ada ditangan Nusrini, lalu melihat standard dan kualifikasi gunung ini, dan melihat keadaan perlombaan sebelumnya.

“Nusrini, gimana kalau kita tidak pergi, tempat ini tidak biasa, dan…”

“Diam kamu, Sanfiko, kamu pria kan, dan kamu adalah kakak iparku, malam ini kamu mau gak mau harus pergi! Percaya atau tidak aku akan segera menelpon kakak dan bilang kamu sedang mengintimidasiku…”

Sanfiko tersenyum pahit, perkataan dia yang sebenarnya belum selesai dikatakan, lomba seperti ini sudah lebih dulu di antisipasi, dan mengambil Porsche mengendarainya. Lomba ini dimainkan oleh orang kaya generasi kedua, orang seperti Nusrini ini hanya untuk tambah-tambahin orang saja.

Dan baru saja Nusrini bilang Hendrs lah yang mengundangnnya, kelihatannya Hendra mempunyai notif tersembunyi!

Namun saat ini Sanfiko tahu bahwa Nusrini tidak akan mungkin mundur, ditambah Sanfiko sudah beberapa tahun tidak mengendarai mobil, hanya untuk melihat kekuatan orang-orang di Sumedang.

“Baik, tapi nanti kita fokus ke keselamatan kita, tidak peduli kalah atau menang, tahu gak?”

Sanfiko seperti orang dewasa yang mengajarkan anak kecil.

“Terserah kamu! Huu!”

Saat berbicara segera pedal gas diinjak dengan keras, seketika mobil melaju seperti macan.

Dan saat ini Di gunung yang berjarak sekitar 30 km dari kota Penang, sudah berkumpul sekitar ribuan orang, dan benar-benar sangat ramai.

Muka orang-orang ini terlihat seperti anak muda.

Gunung ini awalnya adalah pengembangan proyek pariwisata berskala besar, namun karena ditengah jalan proyek ini kehabisan dana, namun perlahan-lahan jalan di gunung ini mulai kasar, tapi masalah ini semuanya sudah di perbaiki karena ada pengemban pariwisata tadi, dan ini sangat berharga bagi mereka yang suka balap mobil, bahkan pada akhirnya Vera membeli tempat ini, dan membuat tempat ini menjadi area khusus balapan mobil.

Namun balapan mobil di gunung ini tidak semua orang boleh datang, harus mempunyai standard, atau mempunyai undangan khusus dari Hendra, dan balapan mobil ini, bukan tempat untuk memamerkan kekayaan atau mendapatkan gadis-gadis, atau meningkatkan hubungan sesama orang kaya.

Lagi pula orang yang bisa datang ke balapan ini adalah orang kaya, dan gadis-gadis yang disukai oleh para bos.

Nusrini selalu ingin datang kesini untuk balap beberapa putaran, karena disini tidak ada aturan jalan, hanya ada kecepatan dan semangat. Dan jika memenangi balapan ini, ada kemungkinan bisa di pandang oleh tim balap dari Sumedang, dan bisa masuk kedalam tim lalu mengikuti pelatihan, dan membawa nama negara.

Nusrini sangat bersemangat setelah memasuki tempat ini.

Karena di trek awal putaran ini, sudah ada banyak mobil mewah, semua jenis mobil mewah yang sangat mahal.

“Wow, ini seperti yang dipikirkan, malam disini sangat ramai!”

“Pergi san dan daftrakan aku! Aku ingin ikut!”

Nusrini memarkirkan Porsche merah di area tunggu dan melihat ke tempat pendaftaran kompetisi yang tidak jauh darinya, dengan bersemangat berkata kepada Sanfiko.

Sanfiko tersenyum pahit, dia tahu bahwa adik iparnya tidak akan mundur untuk ikut lomba hari ini.

Dengan segera ketika keluar dari mobil dan membawa selembar kertas masuk, kartu undangan untuknya dan segera berjalan ketempat pendaftaran.

“Nomor 78, daftar lomba ini!”

Sanfiko menyerahkan kartu undangan itu.

“Untuk pertama kali mendaftar lomba, biayanya 1 miliar!”

Aaa?

Sanfiko kaget, tidak heran Nusrini hanya mengatakan bahwa selama dia bukan yang terakhir, akan ada hadiah sebesar 1 miliar, kompetisi sialan ini ternyata menelan biaya sebanyak 1 miliar, namun melihat lusinan mobil mewah di bawah bersemangat untuk mencobanya, dengan segera mereka tidak bisa mengatakan apa-apa dan langsung membayar biayanya, dengan menggesekkan kartu.

“Ini nomor mobilmu, yang akan ditempelkan di depan mobil nanti, dan kamu bisa membaca nilainya sendiri.”

Sanfiko menganggukan kepala.

Kembali ke trek, Sanfiko menempelkan nomor di depan mobil dan kemudian kembali ke kursi samping pengemudi.

“Sanfiko, tahukah kamu, bahwa selama kita masuk ke 30 besar, akan ada hadiah sebesar 2 miliar, secara total, akan ada kurang dari 50 mobil yang akan bersaing nanti, kita mempunyai peluang sebesar 50%!”

Nusrini menatap layar besar di depan matanya dan sangat bersemangat.

Sanfiko hanya mengangguk dan bersandar di kursinya.

Tepat pada saat ini, baru saja dari tempat daftar, keluar seorang pemuda yang kurus.

“Sudah cukup kan?”

“Hendra sudah cukup, uang taruhan sudah mencapai 60 miliar, hari ini ada lebih dari 30 pemula.”

Saat berbicara memberikan surat undangan untuk mendaftar sebelumnya.

Pria muda kurus hanya meliriknya dengan santai dan terlihat sebuah nama.

“Nusrini?”

Segera Hendra berkata sambil nyengir: “Akhirnya ikut juga!”

“Tuan Hendra, hari ini apakah kamu akan turun ke litas balapan…”

“Haha, tidak perlu ditanyakan, aku punya kesempatan untuk menghasilkan uang sebulan sekali, hari ini aku menggunakan mobil baru, dan aku akan mempunyai tingkat kemenangan yang besar!”

Orang itu segera menganggukan kepala.

Pada saat ini, peluang semua mobil ini mulai muncul di layar lebar, biasanya, kompetesi ini digunakan untuk berjudi, kecepatan dan semangat bisa menghasilkan peluang untuk menang.

Dan sebagian besar orang yang dapat bergabung dalam lingkungan ini tidak kekurangan uang, secara alami aka nada Jackpot yang sangat besar, menurut Konvensi, pemenang pertama akan mendapatkan 30% dari kumpulan hadiah, dan sisanya adalah peluang menang dan kalah, meski begitu, semua orang berpartisipasi dalam balap mobil di sini…

“Aku membeli ‘tornado hitam’ seharga 1 miliar, meskipun aku hanya menang 400 juta, tapi itu benar-benar stabil.”

Sanfiko melihat peluang di layar lebar, lalu dengan santai bertanya.

“ ’Tornado hitam’ mobil siapa itu?”

“Mobil Tuan Hendra lah, tuan muda keluarga Tang di Sumedang, arena balap ini miliknya, dan “Tornado hitam”-nya kudengar-dengar tidak pernah gagal. Meskipun kelipatannya rendah, tapi itu sangat stabil. Tidak akan ada kerugian!”

Sanfiko mengangguk, dan tidak terlalu tertarik.

Nusrini menatap Sanfiko yang sedang linglung, hatinya sedikit tertekan, tetapi Sanfiko bisa menemaninya, dia pikir itu bagus, hati adik ipar Sanfiko perlahan-lahan mulai berubah, tetapi hanya sedikit.

“Duduk, dan mulai!”

Sanfiko sedang memikirkan apa yang baru saja terjadi, Nusrini berteriak, lalu dia menekan pedal gas, suara knalpotnya memekakkan telinga.

“Hari ini, aku akan menunjukkan padamu kemampuan mengemudiku!”

Saat ini Nusrini sangat bersemangat, melihat nomor hitung mundur di layar lebar, matanya penuh kegembiraan.

Sanfiko mendengar suara knalpot yang memekakkan telinga, dan gairah dalam hatinya tampaknya sedikit terangsang, namun Sanfiko perlahan-lahan menutup jendela.

Pang!

Dengan dimulainya penembakan, sebuah mobil tiba-tiba muncul di layar lebar, yang pertama yang melintasi garis awal adalah Ferrari yang penuh warna, itulah yang dikatakan Nusrini tentang “Tornado hitam”, tetapi Sanfiko bingung, dia dengan cepat mengetahui bahwa pengemudi itu seorang wanita.

Apakah Hendra itu cewek jadian?

Sanfiko segera mengerti sesuatu, tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya, berpikir bahwa sepertinya 1 miliar Nusrini seperti air yang mengambang…

Oh ya!

Ketika Nusrini melihat “Tornado hitam” dan adalah orang pertama yang melewati garis awal, lalu menginjak rem dan deru kegembiraan, Porsche merah itu melesat seperti panah bergabung kedalam lintasan balap…

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu