Menunggumu Kembali - Bab 95 Benar-benar Cari Mati

“Mau membeli nyawaku?”

Pada saat ini Sanfiko tidak takut dengan pistol didahinya, dan dia tersenyum, perlahan-lahan menatap pria paruh baya mengenakan kacamata yang tersenyum dingin.

“Haha, anak muda, kelihatannya kamu berbeda dari yang aku bayangkan, orang yang membeli nyawamu bilang kalau kamu itu sampah, masih bisa berdiri di bawah senjataku, kekuatanmu cukup bagus, namun secepatnya aku akan mengantarmu keakhirat.”

Setelah mendengar perkataan pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu, Sanfiko berkata sambil tersenyum: “Masih punya hati, secara khusus menyuruh kalian dari Kota meka datang kemari untuk membunuhku, namun aku tidak heran, sebenarnya berapa harga nyawaku ini?”

Meskipun di pikiran Sanfiko sudah ada spekulasi, tapi dia tidak seratus persen yakin.

Namun beberapa orang ini yang datang dari kota meka, kebanyakan dari mereka ada hubungannya dengan masalah kartu itu di Penang.

“Berapa harganya? Aku katakan yang sebenarnya kepadamu, kamu itu tidak mempunyai harga, yang mempunyai harga itu istrimu.”

Pria kacamata iti sepertinya bersemangat, dan dia menatap Sanfiko sepertinya menarik, dan dikelilingi oleh orang-orangnya, dan mengarahkan pistol itu kedahinya, dia masih tetap tenang mengobrol dengan dirinya, dia bukannya belum pernah berurusan dengan masalah ini sebelumnya, tapi dia baru pertama kalinya melihat orang seperti ini.

“Apa?”

Pada saat ini seluruh tubuh Sanfiko gemetaran, kedua matanya menatapnya dengan dingin seperti ingin membunuhnya.

Bahkan Sanfiko ingin menyembunyikan karakter kejamnya, itu tidak mungkin.

Jika naga disentuh sisiknya maka yang menyentuhnya akan mati, itu sama dengan Sanfiko, Jovitasari adalah sisiknya.

Sebelumnya Albet, Sanfiko tidak ragu-ragu mengeluarkan kekuatannya, dengan segera menjatuhkan Albet, karena Sanfiko tidak ingin membunuh orang, lagi pula kehidupan damainya selama tiga tahun sudah membuatnya terlalu tenang.

Lalu kak Gunawan dari Maharayu, pria gemuk anti hukum, Sanfiko tidak memberinya kesempatan sama sekali.

Sekarang pria ini tidak hanya mengarahkan pistol kepadanya, dia masih membawa nama Jovitasari. Ini benar-benar tidak dapat dimaafkan oleh Sanfiko.

“Haha, kamu juga tidak harus melihatku seperti ini, meskipun aku harus mengakui kedua matamu sangat menakutkan, tapi kamu sekarang sedang sekarat, kelihatannya kamu sangat ingin tahu kenapa begini?”

Sanfiko tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berpikir bahwa Yusdi lah yang ada dibalik semua ini menggunakan uang untuk memerintahnya, jika begini, orang ini bertekad tidak bisa tinggal.

“Hahaha, anak muda, jika tidak sebelumnya aku menyelidiki perkataanmu, aku benar-benar masih takut dengan kedua matamu, tapu kamu dirumah hanyalah menantu, dirumah kamu hanyalah sampah, kamu itu memiliki keberanian.”

“Apakah kamu tahu kenapa kamu bisa mati?”

Pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu tersenyum.

Sanfiko masih tidak mengatakan apa-apa.

“Ini adalah kenyataan masyarakat, kamu telah memprovokasi orang yang salah, jadi aku akan membunuhmu, namun kamu percaya istrimu nanti jugaa akan menyusu.”

“Haha, kamu tahan sebentar, kamu tahan sakitnya sebentar habis itu sudah.”

Pada saat pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu berbicara dia menembakan pistol itu.

Dooorr!

Terdengar suara tembakan.

Tapi pada saat ditembak tidak melihat tubuh Sanfiko jatuh ketanah.

Iya?

“Apakah kamu tahu bagaimana kamu akan mati?”

Suara Sanfiko tiba-tiba berubah menjadi dingin dan menusuk, berdiri tengah kegelapan malam, pada saat ini Sanfiko membuat orang-orang bingung.

“Kamu…”

Wajah pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu tiba-tiba bergetar, kedua matanya menyipit, tanpa ragu-ragu dia menembakkan pistol itu kearah Sanfiko lagi.

Aa!

Tapi kali ini tidak terdengar suara tembakan, karena pada saat dia ingin menembak Sanfiko yang ada didepannya, Sanfiko dengan secepat kilat berdiri dihadapannya, mengulurkan tangan mengambil pistol yang ada ditangannya.

Kraakk, tulang seluruh pergelangan tangan langsung patah.

“Kak Rocky!”

Melihat adegan ini, seketika pria yang mengelilinginya satu persatu segera maju.

“Aaaa!”

Sanfiko tidak melihat orang-orang ini sama sekali, dan mencekik leher pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu.

Pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu sangat kurus, hampir seluruh genggamannya Sanfiko bisa mengelilingi lehernya.

Dengan segera pria yang ingin menghampirinya satu persatu berdiri ditempat semula.

“Anak muda, kamu sangat berani, buruan Lepaskan kak Rocky…..”

“Anak muda, buruan lepaskan kak Rocky…”

Sanfiko melirik orang-orang ini, lalu matanya tertuju kepada orang yang yakin bisa membunuhnya, mengambil pistol lalu mengarahkan kepada pria kurus itu, pada saat ini Rocky yang disebut-sebut para gangster kedua tangannya dipegang erat dengan tangan Sanfiko, tidak berhenti melawan, seluruh wajahnya mulai memerah.

“Beraninya kamu menyakiti Kak Rocky!”

Seorang pria besar yang sangat dekat dengan Sanfiko, saat diberbicara dia langsung memukul Sanfiko dari belakang.

Pada saat ini beberapa orang bergegas menghampiri Sanfiko….

Menurut mereka Sanfiko adalah pria muda, mereka siap mempertaruhkan segalanya, mungkin terhadap perkelahian kelompok kecil itu, masih bisa benar-benar mengejutkan orang, tapi bagi orang yang sering melakukan hal ini demi uang, mereka tidak takut sama sekali.

Sekarang kedua mata pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu penuh dengan darah, mengambil kesempatan ini dia dengan gila menggunakan kakinya untuk menendang dadanya Sanfiko.

Bukkk!

Aaaa…..

Sanfiko tersenyum, dia langsung membuang pria paruh baya yang mengenakanan kacamata itu.

Kemudian pria paruh baya yang mengenakan kacamata yang jatuh di tanah melihat pemandangan yang membuatnya sulit untuk melupakannya, dirinya dikeliling oleh 8 pria besar, pria muda yang dia anggap sebagai sampah dengan waktu kurang dari satu menit dia langsung merobohkannya.

“Kamu… kamu….”

Kedua mata pria yang mengenakan kacamata itu penuh dengan kekhawatiran.

Sanfiko perlahan menepuk debu ditubuhnya, lalu dia mengangkat kakinya, dan pistol yang barusan jatuh pelurunya langsung dikeluarkan oleh Sanfiko.

Perlahan-lahan Sanfiko berjalan melangkah kearah pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu.

Malam ini Sanfiko merasa tertekan, dia ingin mengungkapkan semuanya tapi dia hanya bisa menahannya, tidak menduga pada saat ini beberapa pria ini keluar untuk melakukan ini.

Jika bukan karena pria paruh baya itu mengatakan dia ingin mengusik Jovitasari, Sanfiko mungkin tidak akan menggerakkan tangannya, lagian Sanfiko juga tahu jika dirinya benar-benar terbuka, membuat orang-orang di Yanjing tahu, maka dirinya ada dalam masalah.

Lagian pula hari ini rancanganannya masih belum selesai.

Saudaranya masih belum menelponnya.

Mengangkat kepala menatap bulan yang memudar dilangit, Sanfiko teringat dimalam dimana dia mengantar saudarnya keluar negeri, bulannya juga seperti ini.

Pantai yang sedikit dingin, Sanfiki melihat siswa yang kesusahan di daerah pegunungan Sumedang, perlahan-lahan berjalan ke Yanjing, masuk kedalam lingkungan mereka, orang kulit hitam besar yang tidak suka banyak bicara, menaiki kapal selundupan meninggalkan China.

Mereka mempunya perjanjian, menunggunya pulang.

Sanfiko tidak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum.

“Bajingan, kamu diluar negeri baik-baik saja?”

“Kamu… kamu… sebenarnya siapa kamu?”

Pada saat ini pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu dikejutkan dengan nafas dingin Sanfiko, tampaknya pria didepannya bukan pria muda yang sederhana, tapi orang yang berpengalaman, bahkan seperti orang yang sudah membunuh orang setidaknya 100 orang….

Sanfiko tersenyum, mengembalikan pemikiran yang jauh, perlahan-lahan menatap pria paruh baya yang gemetaran itu.

“Siapa namamu?”

“Aku… namaku Rocky.”

Pada saat ini kening Rocky mengeluarkan keringat dingin.

Karena sekarang dia bisa memutuskan hidup dan mati orang, jadinya dia lebih tahu, ketakutan pada saat nyawanya berada ditangan orang lain.

Sanfiko menatap Rocky pria paruh baya yang umurnya jauh lebih muda darinya yang ada di depan matanya dan bertanya: “Siapa yang menyuruhmu datang untuk membunuhku?”

Ini bukanlah pelajaran yang sederhana, ini adalah pelajaran kehidupan, jika di Yanjing, Sanfiko berpikir itu akan normal, tapi ini di Penang, kota sekecil ini masih ada orang yang bertarung mengeluarkab pistol, dan jika bukan karena Sanfiko malam ini, ketakutannya adalah membuat orang itu menjadi mayat.

Terlebih lagi orang-orang ini masih mau mengusik Jovitasari, dirinya tidak merasa takut, tapi Jovitasari mereka tidak ada kesempatan untuk melawannya.

“Aku, aku tidak tahu…. Aku hanya mengikuti perintah dari kak Hermanto!”

Rocky tidak berani menyembunyikan, dan dia tidak tahu kenapa kak Hermanto bisa melawan orang seperti ini….

“Kak Hermanto ya? Haha, jadi kelihatanya aku akan pergi bertanya kepada kak Hermanto.”

“Jadi, kamu makin tidak ada harganya!”

Pada saat berbicara Sanfiko perlahan mengangkat pistol itu.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu