Menunggumu Kembali - Bab 119 Aku Mencintaimu Sanfiko

Melihat bayangan yang tampak kabur tetapi bersinar membuat Jovitasari merasa seperti dalam mimpi.

Dalam mimpi itu, pria biasa yang dicintainya berubah menjadi pahlawan dan datang dengan penuh bersinar.

Saat ini, mata Jovitasari penuh dengan air mata.

Sanfiko Chen berjalan dengan sangat lambat, dia satu demi satu langkah berjalan kearah Jovitasari yang matanya sudah dipenuhi dengan air mata.

“Jovita……”

Berjalan kedepannya, Sanfiko Chen dengan lembut memeluknya lalu disamping telinganya memanggil namanya.

“Sanfiko, kenapa kamu ada disini!”

Jovitasari melihat pria didepan matanya yang akrab tetapi sedikit asing, rasa yang seperti dimimpi dan dunia nyata membuatnya merasa tidak nyata.

“Jovita, aku selalu berada disini, dan sekarang ini semua milik kita.”

Saat berbicara, Sanfiko Chen dengan lembut mencium kening Jovita.

Seketika yang awalnya seperti padang rumput, tiba-tiba tumbuh bunga yang berwarna warni.

“Apakah aku sedang mimpi?”

Jovitasari menatap pria yang memegang wajahnya, lalu dengan obsesi bertanya.

Karena Sanfiko saat ini terlalu tampan, san sangat berbeda dengan dia yang biasanya, menurutnya hanya dialam mimpi baru bisa bertemu dengan pria sempurna itu.

Sanfiko dengan pelan-pelan menggelengkan kepalanya.

“Maafkan aku Jovita, aku tidak bisa memberimu sebuah pesta pernikahan yang indah di 3 tahun yang lalu, hari ini adalah ulang tahunmu, jadi aku diam-diam membuatkan sebuah acara untuk mengenang hari pernikahan kita.”

“Jovita, mulai sekarang aku akan berusaha sepenuhnya untuk membuatmu menjadi wanita yang paling bahagia didunia ini, aku mencintaimu Jovita!”

Sambil mengatakannya, Sanfiko memeluk Jovita.

Jovitasari kini dengan jelas merasakan detak jantung Sanfiko Chen, dia bisa mencium aroma Sanfiko Chen, lalu dia memeluk pria ini dengan erat, hingga dia menyadari jika semua ini nyata.

Aku tidak sedang dalam mimpi.

Huhu…..

Seketika Jovitasari tidak bisa menahan untuk tidak menangis lagi.

“Sanfiko, kamu….. dalam 3 tahun ini, kenapa kamu mau menyimpan dirimu, Sanfiko, mereka semua mengatakan jika kamu adalah sampah…..”

“Setiap kali aku mendengar orang berkata begitu membuatku merasa sangat sedih!”

“Sanfiko…..”

Sekarang dia jelas menjadi manusia air mata, semua kesusahan sebelumnya yang ditahannya sudah berubah menjadi air mata dan mengalir keluar dari matanya.

Seperti hari ini, pertama kalinya Jovitasari mendengar Vira Saphira memuji Sanfiko Chen, membuatnya sangat senang. Kesenangan itu lebih senang dari rasa mendapat kontrak tentang 2triliun!

“Sanfiko, kamu sangat hebat kan?”

Jovitasari tiba-tiba menatap Sanfiko Chen yang menatapnya dengan penuh senyuman.

Sanfiko Chen menganggukkan kepala.

Dia tidak ingin membohongi wanita yang dicintainya, tetapi dia tidak tahu harus dari mana memulainya.

“Aku sudah tahu, aku tahu…..”

Jovitasari tidak menahan untuk tidak memukul dadanya Sanfiko Chen, kemudian tersenyum dari tangisan berkata: “Kalau begitu coba katakan, apakah semua ini dibantu oleh kak Vira?”

“Kamu sudah dari awal mengenal kak Vira kan?”

Kali ini Jovitasari tertawa melihat Sanfiko Chen yang menganggukkan kepalanya.

Sanfiko Chen tetap menganggukkan kepalanya, lalu dengan lembur menyeka bercak tetesan air mata diwajah Jovitasari.

“Jangan nangis lagi, sudah mau jadi kucing!”

Setelah Jovitasari mendapatkan jawaban yang pasti, diapun tertawa lalu memeluk Sanfiko Chen dengan erat.

“Terima kasih Sanfiko.”

Jovitasari kali ini dengan sungguh tulus mengatakannya, dia tahu jika dalam 3 tahun ini, Sanfiko mendapat kesusahan yang sangat banyak, dan saat rumah dan perusahaan dalam kesulitan, yang menolong perusahaan keluar dari kesusahan adalah orang yang dianggap paling tidak berguna dirumah ini.

Tidak peduli seberapa banyak kesusahan yang didapatkannya dari luar atau didalam rumah, didepannya dia selalu tampak tersenyum dan tidak tampak ada kesuitan apapun.

Saat Jovitasari sedang dalam bahaya, dia muncul dan memberinya sebuah rasa aman yang paling besar.

Saat berbicara, Jovitasari menjinjitkan kakinya lalu menciumnya dengan hangat.

Dibawah cahaya itu, Jovitasari tidak memedulikan apapun dan dengan bebas mencium Sanfiko Chen…..

Sanfiko Chen memeluk Jovitasari dengan erat, menikmati kebahagiaan ini.

Detik ini hati mereka yang paling dekat, mereka bisa merasakan detak jantung masing-masing, dan lebih bisa merasakan cinta masing-masing.

Malam itu, sangat romantis.

Langit kota Penang muncul kembang api yang indah.

Menarik perhatian banyak orang.

Dimulai dari kawasan hutan, kembang api itu mengelilingi sungai xiangjiang hingga sampai di seluruh kota Penang.

Kota Penang malam ini meninggalkan banyak pemandangan malam yang indah, dan menarik banyak perhatian orang.

Rista duduk didalam villa, dia sudah keluar dari rumah sakit. Awalnya memang dia tidak ada masalah terlalu besar, dan semenjak tujuannya tercapai, diapun keluar dari rumah sakit.

Saat ini dia sedang maskeran, karena beberapa hari lagi keluarga Martin dari Purwokerto, dan Martin yang memiliki kontrak pernikahan dengannya akan datang ke kota Penang, sampai saat itu dia akan menjadi wanita yang paling bahagia di Penang.

Dia menolehkan kepalanya melihat kota yang dipenuhi dengan kembang api, membuatnya tidak tahan untuk tidak berharap.

“Nantinya saat Martin dikota Penang juga bisa seromantis ini kan?

“Sampai saat itu, aku akan meminta Martin untuk menangkap si wanita jalang Jovitasari kedepan ku, lalu aku mau menginjak wajahnya dan menyiksanya….. dan juga sampah itu, aku mau dia mati!”

Langit yang dipenuhi dengan kembang api, semua orang ditakdirkan tidak bisa tidur.

Saat ini, Sanfiko Chen yang berada dikawasan hutan mengangkan semangkuk mie ulang tahun.

“Suamiku, suapi aku…..”

Jovitasari menyandar dibahu Sanfiko Chen sambil bermanja.

Sanfiko Chen menganggukkan kepala…..

Tidak jauh dari sini, Vira Saphira yang berada dilantai kedua dengan kegelapan, tidak tahu sejak kapan meneteskan air mata saat melihat adegan ini.

“Vira, apakah kamu sangat mengagumkannya…..”

Terdengar sebuah suara rendah dari belakangnya.

Vira Saphira langsung menyeka air matanya, lalu membalikkan badan: “Tuan Kevin, anda belum pergi….”

Kevin Wijaya perlahan berjalan kedepan, melihat Jovitasari yang sedang dalam kebahagiaan: “Bagaimana saya bisa pergi jika tuan sanfiko belum pergi.”

“Gadis keluarga Bai ini sungguh bernasib baik bisa bertemu dengan tuan sanfiko…..”

“Iya, aku juga sangat mengagumi adik Jovita, yang memiliki pria seperti tuan sanfiko begitu mencintainya.”

Kevin Wijaya tersenyum perlahan berkata: “Sebenarnya kamu juga bisa, hanya saja kamu tidak mau. Aku tahu jika ada orang yang sudah menunggumu puluhan tahun, hanya saja kamu tidak mau melepaskannya. Vira, kamu tidak boleh menaruh dendam generasi yang lalu di generasi ini. Tuan sanfiko saja bisa demi nona Bai menyimpan identitasnya, lalu pergi ke keluarga Bai menjadi seorang menantu yang tinggal dirumah wanita, lalu menjadi sampah, barang tawaan di kota Penang, tetapi pernahkah dia mengeluh.”

“Jujur saja, jika bukan karena sebelumnya tuan Wang datang ke kota Penang, aku tidak tahu jika ada orang hebat yang menyimpan dirinya dikota Penang.

Kevin Wijaya lalu berkata.

“Vira, kamu juga sudah dewasa, kamu jangan melewatkan kebahagiaanmu. Jika kamu ingin pergi ke Purwokerto mencarinya, kamu katakan saja.”

Beberapa tahun ini, Kevin Wijaya membina Vira, jadi bagaimana mungkin dia tidak tahu apa yang dipikirkan Vira, hanya saja dia tidak pernah membahasnya didepannya.

Vira menghela nafas panjang, lalu balik seperti biasanya bertanya: “Tuan Kevin, jadi kedepannya kerjasama dengan Industri Sorgum Sanjaya….”

“Aih.. Vira, masalah ini kamu selesaikan saja, hanya saja perusahaan Tian Bai adalah perusahaan yang busuk, yang kita takutkan adalah walaupun kita memberikan dana sponsor kepada Industri Sorgum Sanjaya juga tidak ada efek apapun. Jadi kamu harus lebih berusaha dalam Industri Sorgum Sanjaya atau di Jovitasari, terhadap uang ini, kamu cari aku untuk tanda tangan saja jika sudah waktunya untuk dipakai.”

Vira Saphira menganggukkan kepala.

Tampak jelas dia tidak ingin mengingat kembali masa lalu.

Malam hari yang gelap.

Sanfiko Chen mengendarai kereta listriknya, lalu Jovitasari duduk dibelakangnya dengan penuh kebahagiaan memeluk pinggang Sanfiko Chen dan bersandar dipunggungnya.

“Kita pergi dulu kak Vira, hari ini sungguh terima kasih!”

Sanfiko Chen berterima kasih dengan Vira yang berdiri didepan pintu

Jovitasari tersenyum lalu dengan lembut melambaikan tangannya: “Pulanglah… hati-hati dijalan!

Dalam kegelapan melihat kereta listrik yang pelan-pelan menghilang didepan matanya, Vira Saphira membalikkan badannya dan sedikit gelisah.

Kembang api yang berada diatas kepalanya, bersamaan keluar di malam hari yang sepi.

Vira Saphira sendiri berjalan kedalam kawasan hutan, tanpa sadar air matanya menetes kembali…..

Tetapi di samping sungai Xiangjiang, Jovitasari melihat kembang api dilangit yang mengikuti mereka.

Dia senang hingga berteriak……

“Sanfiko, lihatlah kembang api yang begitu indah……”

Sanfiko Chen menurunkan kecepatannya, kembang api diatas kepala mereka pelan-pelan melewati sungai Xiangjiang, sampai memenuhi kota Penang.

Kembang api yang begitu indah.

"Sanfiko Chen, aku mencintaimu!"

Jovitasari memeluk erat Sanfiko Chen, lalu memeluk punggungnya yang kekar, mengatakannya dengan wajah yang memerah karena malu.

Sanfiko Chen tidak menjawab, dia hanya memegang pegangan kereta listrik, keretanya tiba-tiba berubah menjadi panah tajam yang melesat, dan sampai di kerumunan orang dan kereta yang sedang melihat kembang api itu...

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu