Menunggumu Kembali - Bab 13 Kamu Masih Punya Muka Datang ke Rumah Sakit!

“Sanfiko Chen, kamu berada dimana?”

Sanfiko Chen yang sedang duduk di kantor pos satpam, bertugas melihat dan mencatat orang yang berjalan masuk-keluar gerbang sekolah pada kemarin sore, dikejuti oleh suara melengking ibu mertuanya, Rita.

“Ibu,ada masalah apa?”

Sanfiko Chen sama sekali dalam kondisi tercengang.

Di dalam hatinya berpikir bahwa walaupun ibu mertuanya tidak menyukai dirinya, tapi dia dari dulu sama sekali tidak pernah meneleponnya. Ini ke pertama kalinya dia menelepon dalam tiga tahun ini!

“Jangan panggil aku ibumu, kamu si pembunuh. Kamu membunuh Michael kami. Kamu si pembunuh, tunggu saja sampai kamu masuk ke penjara!”

Ponselnya pun dimatikan sebelum dia selesai berbicara.

Sanfiko Chen sama sekali tidak tahu masalah apa yang telah terjadi.

Namun, dia juga menyadari bahwa mungkin ada sesuatu yang telah terjadi. Jika tidak, ibu mertuanya-pun tidak akan langsung meneleponnya untuk memaki-makinya dan juga mengatakan bahwa dia adalah si pembunuh, memangnya apa hubungannya?

Disaat Sanfiko Chen ingin mengambil ponselnya untuk menelepon neneknya, Jovitasari pun telah menelepon kemari.

“Sanfiko Chen, ada sesuatu yang terjadi dengan ayah kita. Tadi pagi, ayah kita tiba-tiba pingsan di perusahaan. Orangnya masih belum menyadarkan diri. Sekarang aku sedang berada di rumah sakit Rakyat. Kamu cepatlah datang kemari!”

Setelah mendengarkan perkataan ini, sekujur tubuhnya Sanfiko Chen terasa sedikit bergemetar.

Sekali lagi mengingat kembali perkataan ibu mertuanya yang mengatakan bahwa dirinya adalah si pembunuh. Sanfiko Chen pun dengan terburu-buru bertanya: “Jovitasari, apa yang terjadi dengan ayah kita?”

“Dokter bilang… … hah, kamu ke rumah sakit dulu baru kita ngomong lagi ya. Ayah kita sekarang masih dalam kondisi koma.”

Setelah mendengar perkataan ini, Sanfiko Chen tidak lagi banyak bertanya.

“Baiklah, aku akan segera kesana!”

Jovitasari yang duduk di luar kamar sakit mematikan ponselnya dan raut wajahnya pun terlihat semakin rumit.

“Untuk apa kamu masih menelepon si sampah itu. Jika bukan karena dia semalam mengasih minuman itu, ayahmu jadi seperti ini, dokter yang bertanggung jawab pun sudah memberitahu aku bahwa ayahmu itu karena minum araklah jadinya jatuh ke koma.”

“Ibu, sekarang bukanlah saatnya untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab. Menyelamatkan ayah itu tetap prioritas utama kita.”

Saat Jovitasari mendengar ibunya mengatakan hal demikian, Tiba-tiba hatinya merasa bercampur-aduk. Walaupun bisa dikatakan bahwa dia tahu masalah ini kemungkinan **dan tidak bisa melupakan sepuluhnya karena minuman keras yang diberikan Sanfiko Chen semalam. Tapi sekarang bukanlah waktunya untuk mencari siapa yang bertanggung jawab, melainkan harus segera melanjutkan pengobatan ayahnya sendiri.

“Kamu tetap melindungi dia, aku melihat mungkinkah kamu masih menyimpan perasaan kepadanya, Jovitasari… …”

Disaat Rita sedang membuka mulutnya, tiba-tiba di lorongan berdatangan beberapa orang dimana yang memimpinnya bukanlah orang lain, melainkan yang semalam dengan tidak menyenangkan meinggalkan keluarga Bai, yaitu Albet Saputra.

Namun, Albet Saputra pada saat ini rautnya berubah menjadi sangat cemas dan sedikit pun tidak merasa canggung karena kejadian yang telah terjadi semalam.

Dibelakangnya diikuti oleh beberapa dokter.

“Jovitasari, bibi, bagaimana kondisi paman sekarang?”

Seketika Albet Saputra masuk kedalam, dia dengan khawatir berjalan ke hadapannya zh. Dia bertanya dengan penuh kekhawatiran dan terlihat sama sekali bukan seperti orang asing.

Seakan-akan Albet Saputra terlihat seperti menantunya .

Albet Saputra, kamu datang disaat yang tepat. Paman Michael-mu karena semalam meminum arak yang dikasih Sanfiko Chen, saat bangun pagi pun kondisinya tidak baik. Barusan saja di perusahaan dia pingsan dan sekarang pun masih belum terbangun. Saat ini apa yang harus dilakukan? Jika sesuatu terjadi dengan Michael, aku harus hidup bagaimana hahh… … aaa… …”

Kata Rita dengan air mata yang menetes dari matanya.

Albet Saputra pun segera menghiburnya: “Bibi, jangan khawatir. Beberapa orang disini adalah kepala divisi pengobatan tulang punggung di Rumah Sakit Rakyat. Saat aku kemari, aku mendengar bahwa paman Michael telah pingsan, jadi aku pagian menelepon direkturnya rumah sakit ini dan membiarkan mereka yang mengaturnya. Kamu jangan khawatir, paman Michael akan cepat baik-baik saja.”

“Baiklah, baiklah, untunglah ada Albet Saputra.”

Albet Saputra dengan cepat tersenyum dan menggelengkan kepalanya, tapi matanya tetap memandang Jovitasari yang berada di sebelah.

“Jangan berdiri menghalagi depan pintu. Kalian cepat masuklah dan melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan ayahku?”

Nusrini dengan sibuknya membuka suaranya.

Sebenarnya Albet Saputra itu diberi tahu oleh Nusrini. Saat mendapat kabar bahwa ayahnya pingsan dan dikirim ke rumah sakit, yang pertama kali dipikirkannya adalah menghubungi Albet Saputra.

Bagaimanapun, Albet Saputra juga termasuk orang yang memiliki kemampuan di Penang.

Beberapa dokter bergegas masuk ke dalam dan mulai memeriksa Michael yang masih belum menyadarkan diri.

Diluar kamar sakit.

“Semua ini salahnya Sanfiko Chen. Jika bukan karena dia yang membelikan ayahmu minuman sial itu, ayah juga tidak akan menjadi seperti ini.”

“Dan juga ayah kami sudah seperti ini pun, dia bahkan sampai datang belum datang ke rumah sakit. Orang luar pun juga lebih cepat dibandingnya… …”

Nusrini sambil berkata, sambil mengedipkan matanya ke Albet Saputra.

Artinya tentu saja sangat jelas. Kesempatan ini telah kuberikan kepadamu, selanjutnya bergantung kepadamu untuk mendapatkan hati kakakku.

Albet Saputra bukanlah orang asing. Kali ini aku harus bertanya Sanfiko Chen si menantu ini sebenarnya mengapa dia melakukannya. Makan dan minum di tempat kami, kami pun izinkan, tapi sekarang dia masih juga berani melukai orang lain!”

“Orang seperti ini, keluarga Bai kami pastinya tidak boleh membiarkannya!”

Pandangan matanya Rita pun penuh dengan amarah.

Jovitasari yang sekilas melihat, menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apapun. Albet Saputra dengan pelan berkata: "Bibi, kamu jangan marah lagi, sekarang bukanlah waktunya untuk mencari siapa yang bertanggung jawab. Sebenarnya Jovitasari pun juga menderita. Lebih baik sekarang kami menunggu kondisi paman Michael ya.”

Pada saat ini, sepasang matanya Jovitasari penuh dengan kebingungan. Dia juga tidak memiliki alasan untuk melawan perkataan ibu dan adiknya.

Barusan dokternya sudah sangat jelas mengatakan bahwa ayahnya karena kelebihan meminum alkohol, ditambah dengan dirinya yang mengalami penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, makannya masalah seperti ini pun terjadi. Dan sekarang masalah setelah dia pingsan tidak akan diketahui dan harus menunggu sampai hasil pemeriksaannya telah keluar. Bisa dikatakan bahwa keadaan sekarang ini tidak baik.

Berawal setelah semalam, Jovitasari tahu bahwa ayahnya sendiri telah memandang Sanfiko Chen dengan pandangan baru. Tetapi siapa yang akan tahu bahwa akan terjadi masalah seperti ini ……

Sekilas melihat keujung lorongan, Sanfiko Chen pun masih belum tiba.

Ibu dan adiknya terus berbicara di sebelah telinganya, dan masih terdengar suara munafiknya Albet Saputra. Tiba-tiba dia pun merasakan ketidakberdayaan.

"Jovitasari... ... bagaimana kondisi ayah?"

Disaat Jovitasari duduk di bangku yang dingin itu sampil menutup kedua telinganya, dia mendengar suara yang familiar dari jarak yang tidak begitu jauh.

Tidak tahu mengapa, pada saat itu hatinya tiba-tiba bercampur-aduk.

Dia mengangkat kepalanya dan melihat Sanfiko Chen mengenakan pakaian satpam dan dengan cepat berjalan kemari.

"Kamu masih punya muka kemari, pergilah!"

"Pergi, aku tidak ingin melihatmu!"

Ketika Rita melihat Sanfiko Chen, dia langsung menunjuk dan meneriakinnya.

"Ibu, kecilkan sedikit suaranga, ini di rumah sakit!"

Jovitasari pun membuka mulutnya.

Di saat ini, Sanfiko Chen telah berjalan ke hadapannya Jovitasari. Melihat sepasang matanya Jovitasari memerah, dia pun mengerutkan alisnya.

"Betul sekali, Albet Saputra kami saja telah tiba lebih cepat dibandingkan dirimu. Mereka yang tidak tahu apapun akan mengira bahwa Albet Saputra adalah anaknya ayahku!"

"Nusrini... ... Kamu jangan sembarangan berbicara."

Jovitasari yang saat ini sedang melotot Nusrini.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan ayah?"

Saat ini, Sanfiko Chen memandang Rita dan bertanya dengan cemas.

"Jika bukan karena kamu, kamu si setan, kamu tidak hanya menghalang Jovitasari kami, dan sekarang kamu pun juga melukai nyawanya Michael, segera keluarlah... ..."

Albet Saputra tidak mengatakan sepatah katapun. Di matanya, dia sama sekali tidak perlu turun tangan untuk menangani Sanfiko Chen. Dan dia segera tahu bahwa tugas satpam pun bahkan tidak dapat dilakukan dengan benar oleh Sanfiko Chen, sehingga Albet Saputra pun menjadi percaya diri. Asalkan dia berada di Penang, Sanfiko Chen akan selamanya diinjak olehnya. Pada saat itu, Jovitasari pasti dengan sendirinya akan jatuh ke pelukannya.

Walaupun kemungkinan harus menunggu beberapa jangka waktu, tapi Albet Saputra tahu bahwa ini layak untuk ditunggunya.

Melihat tangisan matanya Jovitasari sungguh sangat mempesona.

Di dalam benaknya hanyalah terdapat Jovitasari yang sedang menangis di tubuhnya. Hatinya pun merasa sangat nyaman.

"Ibu... ..."

Jovitasari seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi saat ini beberapa dokter telah selesai melakukan pemeriksaannya.

Baru saja membuka pintu kamar sakit dan berjalan keluar.

"Pemimpin Liu, bagaimana dengan kondisi paman michael?"

Sesaat dia melihat beberapa dokter berjalan keluar, Albet Saputra dengan cepat berjalan menjumpai mereka. Kemudian dia tidak sabar bertanya seakan menunjukkan bahwa dia adalah anak menantu yang sesungguhnya.

Rita yang meilhat dari sebelah sisi, semakin merasa bahwa Albet Saputra adalah menantu idaman hatinya.

"Aihh... ..."

Pemimpin Liu hanya menggelengkan kepalanya. Seketika melihat pemimpin Liu menggelengkan kepalanya, beberapa hati orang tersebut bergemetar.

"Kondisi pasien ini sangat unik. Gimana cara menjelaskannya ya, alasan utama dia pingsan adalam karena meminum minuman dengan jumlah yang banyak dan juga kadar alkohol yang dia minum juga tinggi. Pemicu penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular yang sudah dideritanya, sekarang menyebabkan dia berada dalam kondisi koma. Namun, kami hanya dapat berspekulasi saja, dan kemungkinan masih memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut. Kami juga tidak dapat membuat kesimpulan akhir yang spesifik mengenai penyebab komanya.”

“Jadinya ayahku......"

"Jadi suamiku kapan bisa bangunnya?"

"Nah, beberapa hari ini di kota Yanjing, akan ada seorang dokter terkenal yang memberikan ceramah di rumah sakit kami. Baru saja kemarin orang terkaya di Bincheng, Kevin wijaya yang kalian kenal itu, salah satu kerabatnya telah menginap di rumah sakit selama beberapa bulan ini. Kemarin, dokter terkenal ini dengan mudah menanganinya dan baru tadi pagi dia sudah bisa keluar dari rumah sakit. "

"Pemimpin Liu, apakah kamu bisa meminta dokter itu untuk menyembuhkan suamiku?

Saat ini Rita dengan penuh harapan bertanya

Pemimpin Liu yang berada di umur pertengahannya hanya sedikit tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak memiliki kemampuan itu, namun tuan muda Albet Saputra ada disini dan dia juga menantu kalian, siapa tahu dia masih memiliki caranya."

Setelah mengatakannya, beberapa dokter pun langsung meninggalkan tempat ini tanpa menunggu jelasan dari beberapa orang ini.

Albet Saputra pada saat itu belum membuka mulut untuk menjelaskannya. Rita yang pada saat itu sama sekali tidak berkeberatan berkata: "Albet Saputra, asalkan kamu dapat mengundang dokter terkenal itu untuk menyembuhi paman Michael-mu, kamu pun akan langsung menjadi menantu keluarga Bai kami. Pernikahanmu dengan Jovitasari pun akan kami restuin!"

“Ibu, kamu kenapa jadi seperti ini......"

"Tutup mulutmu, kamu diam saja."

Jovitasari pun tiba-tiba merasa bersalah. Walaupun dia juga membenci Sanfiko Chen yang tidak mengambil tindakan dan pergi kemanapun sangat memalukannya, tapi Sanfiko Chen dari awal sudah dipilih oleh Jovitasari. Ditambah lagi bahwa selama tiga tahun Sanfiko Chen di rumah mereka, dia sama sekali tidak pernah mengeluh dan selalu bertindak jujur dan setia.

Dibandingkan dengan Albet Saputra, Jovitasari lebih bersedia hidup bersama dengan Sanfiko Chen.

“……”

Sanfiko Chen melihat wajah tangisan Jovitasari, yang baru ingin membuka mulutnya, tetapi telah tertangkap oleh matanya Rita.

"Mengapa kamu masih belum pergi, wajahmu setebal apa ya sehingga masih tetap berani berdiri disini ......"

Setelah Jovitasari mendengar perkataan ini, dia sekilas melirik Sanfiko Chen, membalikkan badannya dan lari ke ujung lorongan sambil menangis terisak-isak.

Rita membalikkan badannya dan dengan wajah penuh harapan memandang Albet Saputra. Sekarang dia telah menaruh semua harapannga di tangan Albet Saputra.

Walaupun keluarga Bai juga membuka usaha keluarga di Penang, tapi Michael bagaimanapun juga telah diasingkan oleh keluarganya, jadi otomats tidak akan menerima banyak sumber penghasilan dari keluarganya.

Daripada meminta bantuan keluarganya, Rita mungkin saja akan menaruh harapannya pada menantu kaya yang disukainya ini.

Sanfiko Chen pada saat ini tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu bahwa apapun yang dikatakannya saat ini tidak akan berguna. Dia pun segera membalikkan badannya dan berjalan ke perputaran itu

Mengambil keluar ponselnya dan memencet satu angka… …

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu