Menunggumu Kembali - Bab 277 Jovitasari Yang Marah

Saat Edwin Chen masuk kedalam pesawat dengan tujuan kota Maharayu, Sanfiko Chen memarkirkan mobil porsche yang dipenuhi dengan bekas goresan di luar villa nomor 1 Xiang Jiang Property.

Penjaga keamanan yang selalu mengawasi diluar villa nomor 1 langsung menyambut kedatangan Sanfiko Chen.

Sanfiko Chen menganggukkan kepalanya kemudian berkata kepada pria paruh baya kurus yang duduk disampingnya: “Mopi, kedepannya kamu tinggal disini. Masalah mobil, aku akan menyuruh orang mengirim 1 mobil sederhana untukmu.”

Pria paruh baya kurus itu hanya menganggukkan kepala tanpa berbicara.

“Tuan Sanfiko….”

“Kamu boleh istirahat beberapa waktu, tempat ini tidak perlu kamu menjaganya.”

“Tetapi… ini… baiklah, aku sudah ngerti Tuan Sanfiko.”

Sambil berbicara, penjaga keamanan itu langsung berjalan dan menaiki motor listrik turun gunung.

“Kamu lihat-lihat lingkungan di sekitar, malam nanti aku akan menghubungimu setelah kedatangan Edwin nanti.”

Pria paruh baya kurus itu menganggukkan kepala dan berjalan masuk kedalam villa.

Sanfiko Chen tersenyum kemudian membawa mobil turun gunung.

Saat Sanfiko Chen sedang turun gunung, di samping sisi bangunan belakang rumah sakit, terlihat Ricky yang memakai jas dan sebelah tangannya memakai perban, dia dengan ekspresi penasaran melihat 5 sampai 6 orang yang sedang makan sarapan buatannya.

“Bang Abdul, sudah kenyang?”

Preman kurus yang memakai kacamata tertawa, kemudia melihat sekilas Ricky yang sedang berdiri didepannya.

Dia menganggukkan kepala lalu mengeluarkan sebatang rokok.

“Apa nama orang yang memukul patah tanganmu tadi pagi?”

Bang Abdul langsung membuang asap kental rokok diwajahnya Ricky, walaupun Ricky tidak merokok, tetapi dia juga tidak menghindar, dia menahan kemudian menjawab dengan senyuman: “Itu… namanya Sanfiko Chen, menantu tidak berguna keluarga Bai. Bang Abdul, bocah ini terlalu keterlaluan, kali ini kamu harus membantuku mematahkan tangan kakinya, aku akan menambah 100 juta atau 200 juta?”

Setelah mendengarnya, Abdul langsung melihat beberapa temannya yang sudah selesai makan: “Bro, bagaimana dengan angka yang dikatakan bang Ricky?”

“Terserah padamu bang Abdul, kita semua ikut kamu.”

Beberapa orang lain semua menganggukkan kepalanya,Ricky menjadi senang saat melihat adegan ini, saat ini dia sudah melihat Sanfiko Chen yang berlutut terbaring dan tidak berhenti memohon, memikirkan ini membuat hatinya terasa tidak sabar lagi.

“Kalau begitu beri aku 100 juta rupiah dulu, bagaimana jika berikan sisanya setelah selesai?”

Ricky langsung semangat setelah mendengarnya, dia langsung sibuk menganggukkan kepala berkata: “Baik, baik… bang Abdul, aku langsung trasnfer ke tempatmu.”

Dalam beberapa detik, Bang abdul menganggukkan kepala setelah melihat pesan dari bank, kemudian dia membuang rokoknya dilantai dan membakar sebatang rokok lagi, kemudian melihat teman disekitar dan berkata: “Kalau begitu, ayok kita serang. Tidak perlu sungkan, patahkan kaki dan tangannya sudah boleh!”

Ricky langsung memutar badan dan membawa jalan setelah mendengar kata ini, tetapi saat ini juga Ricky merasa jika lehernya di cengkram oleh orang, kemudian hentakan sadis ke lantai. Detik itu, Ricky tidak sempat menyadari, tangannya yang barusan disembuhkan sekali lagi di injak patah oleh mereka, kemudian tulang tempurung lututnya langsung di patahkan dan sebelahnya juga.

Detik itu dia tidak bisa menjerit, kesakitan dilehernya membuat dia tidak bisa menjerit, wajahnya dipenuhi dengan air mata dan ketakutan.

Ah….

Uhuk uhuk…

“Abdul, Abdul… kamu… apa maksudmu ini….”

“Ah, kaki ku… tanganku!”

Ricky yang sudah sadar, saat ini seluruh tubuhnya tergeletak dilantai.

Tetapi kali ini lehernya langsung ditarik oleh seseorang dan membawanya kesamping di tumpukan batu bata.

“Puff….”

Asap rokok kental dibuang ke wajah Ricky.

“Bang Ricky, kamu tidak boleh menyalahkanku jika kamu yang tidak punya mata. Beraninya kamu menyentuh Tuan Sanfiko, ini adalah sedikit pelajaran untukmu. Bang Danny sudah pernah mengatakan jika kamu berani menyentuh Tuan Sanfiko, dia akan menghilangkan 1 keluarga kalian di kota Penang, ngerti? Terimalah hukuman ini!”

“Tuan Sanfiko? Tuan Sanfiko apaan… bang Abdul, apakah kamu salah paham, Sanfiko Chen itu hanyalah menantu keluarga Bai yang tidak berguna, dia hanyalah sebuah sampah!”

“Piak!”

Selesai Ricky mengatakannya, bang Abdul langsung menampar wajagnya.

“Otakmu ini, aku meragukan bagaimana caranya kamu kuliah diluar negeri.”

“Bang Abdul, sekarang hanya perlu uang untuk kuliah diluar negeri. Si bodoh ini menyinggung Tuan Sanfiko, IQ juga hanya begitu… kalau tidak bagaimana jika kubur hidup aja.”

Ricky langsung bergemetar setelah mendengar kata ini.

“Bang Abdul, bang Abdul, aku tidak menyinggung kalian, aku juga sudah transfer uangnya kepada kalian, biasanya aku juga sering mentraktir kalian makan, kalian jangan…”

Bang Ricky langsung menaruh rokok di wajah Ricky.

Piak…

Ah!

“Jangan katakan aku tidak peringati kamu, kedepannya kabur jika bertemu Tuan Sanfiko, paling bagus jika kalian sekeluarga pindah dari kota Penang. Ngerti?”

“Aku….”

Hati Ricky terasa tidak puas, tetapi saat ini dia juga tidak berani mengatakan apapun lagi.

“Oh iya, aku sudah panggilkan ambulan untukmu.”

“Bang Ricky, jangan lupa uang akhir ya. Tahu diri saja!”

Bang Abdul dan teman-temannya langsung pergi setelah selesai mengatakannya.

Setelah Abdul pergi, Ricky hanya terbaring disana. Sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak, dia tidak berhenti gemetar setiap kali bergerak. Kali ini beneran kaki dan tangannya patah. Tatapan matanya yang awalnya sadis, kini perlahan menghilang, dan yang menggantikan adalah ketakutan.

Dia tidak menyangka jika Sanfiko Chen ini menyimpan hingga begitu dalam.

Saat dia sedang kesakitan dan ekspresi yang ketakutan ingin bergerak, tidak jauh ada beberapa dokter yang membawa tandu berlari kemari.

“Bapak Ricky, apa yang terjadi padamu?”

“Huhu…. Huhu…”

Ricky tidak tahan untuk menangis keras saat dia melihat beberapa wajah akrab yang biasanya sering dia temui di departemennya.

…..

“Apa… Tuan Sanfiko? Kamu yakin mau 1 buah lagi?”

Karyawan wanita yang tinggi di toko porsche 4 S itu terkejut. Ini baru beberapa hari, pria didepannya ini sudah mengambil 3 buah mobil porsche.

Yang paling penting adalah dia masih tidak rela untuk membuang mobil tua dan rusak itu, dulu dia yang mengantarkannya kerumahnya.

Sanfiko Chen menganggukkan kepala lalu menunjuk bagian depan mobil yang tertabrak dan berjarak tidak jauh, badan mobil tergores hingga sangat banyak: “Mobil ini perbaiki ditempat kalian saja.”

“Tidak masalah, hanya saja Tuan Sanfiko…”

“Kamu yakin hari ini langsung mengambil mobil porsche baru lagi?”

Sanfiko Chen menganggukkan kepala.

Sambil mengatakannya, dia mengeluarkan sebuah kartu bank berwarna hitam.

“Itu… yang merah sudah tidak ada, hanya ada wanra putih dan hitam… jika kamu mau warna merah, aku langsung menghubungi kota Maharayu untuk mengantarkan kesini.”

Sanfiko Chen menggelengkan kepala: “Kalau begitu yang putih saja…”

Kemudian memberikan kartu bank kepada karyawan wanita yang sedikit lemot itu.

…..

Sore hari, saat Jovitasari perlahan membuka matanya.

“Kak, kakak… akhirnya kamu sadar.”

Nusrini sedang bermain ponsel, dia langsung menyimpannya setelah melihat Jovitasari membuka matanya dan keluar memanggil Rita.

Jovitasari menekan kepalanya, dia hanya merasa sedikit sakit kepala.

“Jangan, jangan, kakak jangan bangun, tiduran saja. Bagaimana Sanfiko Chen membawa mobil hingga bisa membuat mu terluka, bukankah aku sudah bilang jika Sanfiko Chen tidak bisa membawa mobil? Kamu tidak mau mendengar…”

Sampai sini, Nusrini tiba-tiba berhenti, karena saat dia mengatakan Sanfiko Chen tidak bisa membawa mobil, tiba-tiba pikirannya terlintas sebuah adegan kemampuan hebat menyetir Sanfiko Chen, saat balapan mobil di gunung Sinabung.

Dia terpaksa langsung mengganti topik: “Kak, bagaimana keadaanmu sekarang?”

Jovitasari menggelengkan kepala, kemudian dia mengingat kejadian kemarin malam. Dia sedikit gugup lalu menggenggam tangannya Nusrini bertanya: “Nusrini, apakah ada yang terjadi… pada Sanfiko Chen?”

Nusrini tidak senang saat melihat kakaknya sendiri yang sangat mengkhawatirkan Sanfiko Chen itu, dia mencemberutkan mulut berkata: “Sanfiko Chen itu, bisa ada masalah apa. Pagi ini dia membuat emosi hingga memukul orang dirumah sakit, kemudian ibu langsung mengusirnya! Sekarang dia lupa untuk balik melihat kakak, tidak tahu bagaimana dia menjadi seorang suami! Huh!”

“Apa, ibu mengusir Sanfiko Chen lagi… ibu sungguh sembarangan!”

Jovitasari langsung mengkerutkan alisnya dan mengatakannya dengan sangat marah.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu