Menunggumu Kembali - Bab 142 Security juga memiliki cinta

Ketika telepon Jovitasari berbunyi, Sanfiko sedang makan malam dan minum dengan beberapa teman securitynya.

Awalnya Sanfiko jarang minum alkohol, tetapi sekarang dia tidak keberatan.

"Sanfiko, berhasil, sudah ada pinjaman ..."

Sanfiko dapat mendengar kegembiraan Jovitasari dari telepon.

"Baguslah jika sudah mendapatkan pinjaman, ini karena pesona keluarga kita Jovitasari."

"Sanfiko, itu semua karena hasil kerja kerasmu. Kak Vira sudah mengatakannya kepadaku. Kamu masih ingin menipuku untuk bersenang-senang."

Ketika Sanfiko mendengar ini, hatinya tiba-tiba bergetar.Apakah Vira telah memberi tahu Jovitasari bahwa dia adalah tuan muda keluarga sanfiko di kota Yanjing?

"Apa yang dikatakan kak Vira?"

Sanfiko bertanya dengan suara rendah, mengenai hal ini dia ingin tahu dengan jelas.

TetapiJovitasari tidak ingin mengatakan apa-apa lagi tentang itu. Dia segera mengganti topik pembicaraan dan bertanya, "Sekarang kamu lagi di mana?"

"Yah, aku sedang makan malam dengan beberapa teman security."

"Atau aku akan segera datang ..."

Dalam hati Sanfiko, tentu saja istrinya paling penting.

"Sudahlah, kamu bisa menemani teman-temanmu di sana. Aku akan pergi makan sebentar kemudian ke villa melihat-lihat ..."

Sanfiko mengiyakannya, kemudian berkata bahwa dia akan pergi ke villa setelah makan malam, kemudian menutup telepon.

Ada beberapa orang makan di restoran hot pot, ini karena untuk menghemat uang Rinardo, sehingga mereka tidak duduk di dalam ruangan, hanya makan bersama di aula.

"Sanfiko, aku rasa masakan di tempat ini selalu enak. Aku sering datang ke sini untuk makan ..."

Rinardo berbicara dengan Sanfiko sambil tersenyum dan menuangkan sausnya.

Memang benar rasanya enak. Beberapa orang mengobrol sambil makan. Pada saat ini, di antara mereka, security termuda ialah Chayadi, seorang pemuda kurus dan tidak pernah peduli dengan sekitarnya.

"Chayadi, aku bilang apa yang membuatmu terkejut? Sanfiko memberimu bir!"

Rinardo yang mengenakan seragam security, segera mendorong Chayadi.

Chayadi dengan cepat menjawab dan tersenyum malu pada Sanfiko kemudian berkata, "Kak sanfiko, maaf, sini, aku akan menghukum diriku sendiri ..."

Pada saat itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia meneguk semua bir di dalam gelas, tetapi matanya selalu menatap jauh ke pelayan yang sedang membersihkan meja.

Sanfiko dan beberapa orang segera melihat ke arah pelayan itu.

Disana ada seorang wanita dengan postur tubuh yang bagus, tetapi tampangnya tidak terlihat jelas. Seluruh wajahnya ditutupi oleh rambut panjangnya, dan selalu berjalan dengan kepala tertunduk. Dia tampaknya tidak memiliki rasa percaya diri.

"Kenapa, kamu suka pelayan itu?"

Pada saat ini, Sanfiko segera berjalan ke samping Chayadi kemudian mulai bercanda.

"Pasti Chayadi melihat perempuan itu seolah-olah dia menginginkannya jatuh lebih dalam. Apalagi kalau bukan karena suka?"

"Itu, itu ..."

Beberapa orang juga mulai bersorak.

"Tidak tidak."

"Ah, Chayadi, sebelumnya kamu mengatakan bahwa kamu telah menikah di desa. Hanya menunggu untuk mendapatkan uang yang cukup dan pulang untuk membangun rumah. Kamu bilang istrimu itu sedang menjaga orang tuamu. Kamu tidak boleh begini! "

"Benar, bukan sebagai kakak membicarakanmu. Tapi tidak mudah bagi kita untuk menemukan istri yang baik. Aku pikir kebahagiaan yang kamu ceritakan setiap hari, itu yang menunjukkan bahwa istri kamu benar-benar baik."

Sanfiko mengetahui bahwa Chayadi yang tadinya menatap pelayan dengan tangan kaki yang cekatan, matanya perlahan mulai memerah.

Pada saat ini, pelanggan di meja sebelah secara tidak sengaja memecahkan mangkuk sup di atas lantai.

"Ah, kamu datang dan bersihkan!"

Seorang pria paruh baya dengan kalung emas besar menunjuk langsung ke pelayan yang memiliki postur badan yang sempurna membersihkan meja dan berteriak dengan tidak sabar.

"Baik..."

Pada saat ini, pelayan itu mengangkat kepalanya sedikit, lalu menundukkan kepalanya dan pergi ke meja tersebut, dia mulai berjongkok untuk membersihkan potongan mangkuk sup yang pecah dan sup di atas lantai.

"Haha, tubuh pelayan ini sangat bagus!"

Pria paruh baya dengan kalung dan arloji emas besar melihat pelayan itu berjongkok di lantai untuk membersihkannya, kemudian meludah di depan pelayan itu, dan tidak lupa berkomentar yang menyebabkan beberapa orang di meja menonton.

Tetapi pelayan itu masih menundukkan kepalanya dan mulai membersihkan lantai yang kotor.

Pada saat ini juga, seorang wanita jangkung yang duduk berhadapan dengan pria paruh baya itu sengaja menggosok sepatu hak tinggi putihnya di atas kain lapnya.

"Oh, aku bilang ada apa denganmu, kamu telah menodai sepatuku."

Ketika wanita itu berdiri dan melihat minyak di sepatunya, dia langsung menunjuk ke pelayan yang sedang berjongkok di lantai, kemudian mengangkat alisnya dan berteriak.

"Sialan, bagaimana kamu bekerja! Apakah kamu tahu berapa biaya sepatu pacarku?"

Pria paruh baya yang baru saja meludahinya, kemudian menendang bahu pelayan tersebut, dan menendangnya terjatuh. Tubuhnya langsung membentur meja yang berada di sebelah, pada waktu yang bersamaan semangkuk bumbu terjatuh di seluruh tubuhnya.

Ah...

Seolah terasa terbakar, dia berteriak, tetapi dengan cepat menundukkan kepalanya.

"Maaf, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud begitu."

Pelayan itu mulai menggigil, tetapi dia terburu-buru meminta maaf.

"Cih, minta maaf apa gunanya, cepat! Masih tidak merangkak ke sini untuk membersihkan sepatu pacarku!"

Pada saat ini, pelayan tersebut bergegas berjalan ke arah mereka. Ketika dia hanya ingin berjongkok dan menggunakan lengan bajunya untuk mengelap sepatu untuk wanita itu, dia tiba-tiba merasakan rasa sakit di kulit kepalanya.

Ah...

Saat ini juga, pria dengan kalung dan jam tangan emas besar menarik rambut panjang pelayan tersebut.

Dia mengangkat kepala yang menunduk sepanjang waktu. Pada saat yang sama, wajahnya sepenuhnya terlihat.

"Oh, astaga ..."

"Cih, apa-apaan ini? Ini sangat jelek!"

Pada saat ini juga orang yang sedang duduk melihat wajah pelayan itu pun mulai ketakutan.

Karena rambut panjangnya digunakan untuk menutup wajahnya yang penuh dengan bintik hitam, dan itu menakutkan untuk dilihat.

Pelayan itu dengan cepat mundur beberapa langkah, menutupi setengah wajahnya dengan rambut panjangnya dan menundukkan kepalanya. Saat ini, dia tidak menangis, tidak berhenti meminta maaf.

"Maaf, aku minta maaf…”

"Cih ... Apa-apaan ini sangat menjijikkan ..."

"Maaf, aku minta maaf. Ini semua salahku. Aku akan segera membersihkannya ..."

Pria paruh baya dengan rantai emas besar meludahi pelayan itu, lalu berbalik dan berteriak:

"Manajer… Sialan ..."

Tetapi sebelum dia bisa mengatakan hal lain, seorang pria dengan gila berlari ke arahnya dankepalanya langsung dipukul dengan botol bir.

Ah!

"Berani, beraninya kamu memukulku, aku akan membunuhmu!"

Pada saat ini, orang-orang yang sedang makan satu persatu mulai menghindar. Tetapi Sanfiko masih belum sadar dari keterkejutannya, orang yang barusan menyerang bukanlah orang lain, melainkan orang yang sedang makan dengan mereka Chayadi.

Beberapa orang segera berdiri.

Lagi pula, Chayadi bukanlah lawan dari pria paruh baya kalung emas besar itu, pada saat ini juga dua orang dari di meja lainnya itu langsung meneros ke arah Chayadi, mereka langsung menekannya di atas meja seperti sebuah botol kemudian menggunakan botol memukul kepalanya.

"Cih ... Berani memukul saudara Rinardo, aku akan membunuhmu!"

Kedua pria itu baru saja menggunakan botol menghantam Chayadi. Tiba-tiba, Rinardo dan beberapa orang lainnya bergegas menerobos mereka. Tangannya mengambil sebuah kursi dan langsung dilemparkan ke punggung kedua pria itu.

Kedua pria itu pun terbaring di atas lantai.

"Cih, aku tidak percaya hari ini ..."

Di sela-sela Rinardo berbicara, seseorang segera meraih kursi di belakangnya dan membantingnya ke kepala Rinardo.

Pada saat ini, Sanfiko telah berjalan beberapa langkah ke depan Rinardo, dan langsung meraih kursi yang dilemparkan ke Rinardo.

"Apa yang kamu lakukan Beraninya membuat masalah di tempatku, kamu cari mati?"

Pada saat ini juga seorang pria besar membawa empat atau lima orang bergegas masuk.

"Chayadi, Chayadi… Apakah kamu baik-baik saja!"

Saat ini juga, pelayan dengan poster tubuh yang sempurna itu, sudah memeluk Chayadi pria yang berbaju security, dia sudah tidak bisa menahan air matanya.

"Tolong, panggilkan ambulans untukku, tolong ..."

"Hani, hani, aku baik-baik saja, aku baik-baik saja, jangan menangis!"

Chayadi terbatuk-batuk kemudian mengulurkan tangannya untuk membersihkan darah di wajahnya.

"Chayadi, kamu baik-baik saja? Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Rinardo segera berjongkok, kemudian mengambil gulungan tisu dari samping dan menahan luka darah di kepalanya.

Pada saat ini juga Sanfiko mereka hampir tidak perlu bertanya mengapa Chayadi yang selalu bercanda tiba-tiba menjadi tidak terkontrol bahkan tidak peduli dengan sekitarnya kemudian tanpa berpikir panjang menyerang saja.

Karena pelayan wanita yang memeluknya sambil menangis, wanita jelek bernama Hani yang diintimidasi dan diejek oleh orang lain, adalah istrinya.

"Cih, siapapun diantara kalian jangan ada yang berani pergi. Kamu berani memukulku,hari ini aku pasti akanmembuat kalian beberapa security tidak bisa berjalan keluar dari pintu.

Pria paruh baya dengan kalung emas besar langsung mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor.

"Di restoran Yesan, restorannya Dindin, bawa semua orang kemari. Kemarilah ..."

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu