Menunggumu Kembali - Bab 100 Orang Belakang Yang Hebat.

“Apa foto foto ini di kasih oleh Yusdi?”

Menghadapi wajah dingin yang mematikan dari Hermanto yang mengatakan ingin mengalahkan Sanfiko, Sanfiko hanya bertanya beberapa pertanyaan saja.

Nada bicaranya sangat datar, tapi bisa membuat orang merasa tidak tenang saat mendengarnya.

Hermanto memasang muka dingin, lalu dengan santai berkata : “Ehmm, kamu sepertinya tidak bodoh, tapi apa masalah itu penting untuk sekarang?”

Sanfiko menganggukkan kepala.

“Dengar dengar tujuan adikmu datang ke Kota Penang kali ini adalah untuk dua wanita ini?”

Sanfiko melihat orang yang dikenalnya di balik gambar ini, hasil jepretan gambar ini lumayan bagus juga.

Gambar pertama menunjukkan wajah Jovitasari yang sedang serius bekerja, gambar satu lagi menunjukkan Nusrini sedang mengenakan pakaian olahraga duduk di sebuah mobil balap yang di design khusus tentang anak perempuan.

Pastinya ada mereka foto bersama, sepertinya foto ini sudah ada beberapa tahun yang lalu, dua kakak beradik ini terlihat sangat mempesona.

“Hahahaha….”

“Benar sekali, tujuan Hermato datang kemari demi dua wanita ini, aku pernah mendengar tentang dua wanita ini, dan selama ini aku tidak pernah bermain dengan wanita secantik ini.”

Sanfiko memasang muka serius saat mendengar kata kata Hermanto, mengangkat kepala melihat kearahnya, dengan dingin berkata : “Kamu harus tahu dua wanita ini adalah orangku, satu adalah istriku dan satu lagi adalah adik iparku!”

Karena Sanfiko telah meberitahunya identitas dia, kalau dia adalah menantu dari keluarga Bai, dan secara alami Hermanto juga sudah mengetahui hubungan kedua wanita ini dengannya, tetapi Hermanto masih menatap pria berbadan besar yang berada disampingnya.

“Eii kalau ini… aku benar benar tidak tahu, lalu kalau memang istri dan adik iparmu, apa aku tidak boleh bermain dengannya?”

Hah?

Kedua mata Sanfiko penuh dengan amarah.

“Jangan bergerak!”

Tapi ketika tubuhnya Hermanto sedikit bergerak, orang yang berada disampingnya telah mendapatkan arahan dari bosnya untuk megarahkan pistol itu kearah kepala Sanfiko, jika Sanfiko bergerak lagi, maka pistol itu akan segera melepaskan tembakannya.

“Tuan sanfiko…”

“Hermanto aku peringatkan lebih baik kamu jangan macam macam dengan Tuan sanfiko, karena Dia bukanlah orang yang bisa kau singgung…”

Melihat keadaan ini, badan Kak Aji langsung bergetar kuat, raut mukanya berubah.

“Hmmm, Kak Aji aku sarani lebih baik kamu jangan terlalu banyak bergerak, kalau tidak aku tidak bisa menjamin kalau tanganku ini bisa melepaskan tembakan itu!”

Sambil bicara Hermanto dengan pelan membawa Sanfiko ke meja teh dengan tangan yang masih memegang pistol, lalu dia memainkan sebentar pistolnya dan diarahkan kepada Kak Aji, berkata : “Kak Aji, dulu aku merasa kamu orangnya lumayan hebat, kamu adalah orang yang berkemampuan hebat dan memiliki pandangan yang bagus, bahkan aku selalu menganggapmu adalah musuh yang hebat, tapi sepertinya kamu tidak seperti apa yang aku bayangkan.”

“Apa kamu kira aku tidak bisa membayar omong kosong kamu ini? Heh, kamu lihat sekarang bagaimana aku akan membayarnya? Selama tangan anak buahku sedikit digerakkan, maka kepalamu pasti akan hancur, hahahha….”

Kak Aji dengan dingin melihat muka sombongnya Hermanto.

Hatinya penuh dengan rasa amarah, Kaki Aji selama ini tidak pernah marah sebesar ini, apalagi marah karena perbuatan Hermanto yang tidak ada etika sama sekali, Hermanto jika bukan karena ayah angkatnya, dia dari dulu pasti sudah mati kelaparan, dan sekarang berani beraninya anak ini dengan muka yang sombong mengarahkan pistol itu kearah Sanfiko.

“Hermanto, Sanfiko bukanlah lawanmu, jadi lebih baik kamu bertindak pintar sedikit!”

“Hahahaha, Sanfiko hanya sampah yang berhasil menikahkan seorang wanita saja, dan kamu masih melebih lebihkan kalau dia adalah orang yang sangat hebat. Hahahaha…. Kak Aji kamu berhasil membuatku tertawa terbahak bahak….”

Saat ini Sanfiko tidak lagi memperdulikan peringatan “Jangan bergerak” dari Hermanto, dia pelan pelan berdiri dari tempat duduknya.

“Cepat duduk dan jangan bergerak ! kalau kamu masih bergerak jangan salahkan aku kalau akan kutembak mati kau!”

Anak buah berbadan besar itu mengarahkan pistol itu kearah kepala Sanfiko.

Sanfiko dengan dingin menatap pria berbadan besar yang berada di depannya.

“Sepertinya kamu tidak mendengar apa yang aku katakan tadi!”

“Apa…”

“Astaga….”

Anak buah Hermanto juga ikut marah, ketika dia ingin menekan pistol itu, pria muda yang berada disana langsung berdiri dan bertindak, dia langsung mengambil pistol dari tangan anak buah Hermanto dan membuang isi pistol yang ada di tangannya.

Gerakkan pria itu terlalu cepat, sehingga ketika anak buah Hermanto sadar, pistol yang ada di tangannya sudah tidak ada peluru lagi.

Hah?

Apa!

Bagaimana bisa……

Setelah itu Sanfiko langsung mungunci pergelangan tangan anak buah Hermanto.

Ahhh!

Biasanya tangan itu terlihat kuat dan kokoh seperti baja, namun bisa diratakan dengan gampangnya oleh Sanfiko.

Suara teriakan kesakitan memenuhi kamar president di hotel itu, membuat orang yang berada disana ketakutan, dan semua badan terasa sangat sakit.

Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah pistol yang awalnya berada di tangan pria berbadan besar itu, tiba tiba sudah berada di tangan Sanfiko dengan peluru yang sudah terpasang kembali ke pistolnya dan di arahkan kepada anak buah Hermanto yang sudah terjatuh ke lantai.

“Kamu…”

“Mati!”

Sanfiko mendengar kabar dari Rocky jika Hermanto yang berasal dari Kota meka datang untuk menghilangkan keluarganya, dan ingin membuat Sanfiko tidak tahan karena dia ingin mempermainkan Jovitasari dan Nusrini.

Hal ini telah melewati batas keasabaran Sanfiko, ini juga alasan mengapa Sanfiko ketika baru datang langsung menembak Rocky, karena Sanfiko tidak akan pernah melepaskan Hermanto yang berasal dari Kota meka itu.

Selesai bicara.

Duaarr….

Lagi lagi terdengar suara tembakan.

Seketika anak buah Hermanto yang berbadan besar itu langsung membelalakkan matanya, dan tidak ada kesempatan lagi untuknya merespon, karena peluru sudah mengambil nyawanya.

Orang yang berada di ruangan itu lagi lagi merasa ketakutan.

Sekarang Hermanto yang berada disamping Kak Aji, tidak bisa memegang pistolnya dengan kuat lagi.

Setelah Sanfiko membunuh anak buahnya Hermanto, dia langsung memutar badan kearah Hermanto, dan Hermanto hanya bisa diam membeku.

Gemetaran tubuh yang tidak terkendali, membuat pistol yang berada di tangannya langsung jatuh ke atas tanah.

“Kamu… Kamu…”

Sanfiko dengan pelan mengarahkan pistolnya kearah Hermanto.

“Astaga beraninya kamu membunuh mati anak ini!”

Orang yang berada disana bagaimanapun adalah orang suruhan Hermanto, mereka satu persatu menggertakkan giginya marah langsung menyerang Sanfiko.

“Sanfiko…”

Kak Aji langsung melompat dengan cepat dan langsung mengambil vas bunga yang akan dikenakan kepada Sanfiko.

Duar…

Penyerangan ini berhenti seketika mendengar suara tembakan.

Ahh!

Terdengar suara menyedihkan, Hermanto langsung menutupi pahanya, lalu tiba tiba seorang laki laki yang sempoyongan menjatuhkan pantatnya ke atas tanah.

Darah segar tiba tiba menodai karpet kamar.

“Kamu… beraninya kamu menembakku, apa kamu tahu…”

Hermanto merasa malu dan marah, lalu mengangkat kepalanya dan berteriak kearah Sanfiko.

Sanfiko lagi lagi mengarahkan pistol kearah Hermanto, namun tujuannya kali ini adalah langsung kearah kepalanya.

Hermanto langsung berkeringat, walaupun dia tahu kalau Sanfiko bukanlah orang biasa, dan misalkan orang lain yang mengarahkan pistol itu, mungkin dia juga tidak berani untuk menembaknya, tapj orang yang berada didepannya sekarang adalah Sanfiko, dia telah menembak dua bawahannya, jadi sekarang dia tiadk berani asal teriak lagi.

“Anak muda, jangan terburu buru, jangan terburu buru… kita bisa berbicara baik baik…”

Sanfiko sekarang sudah tidak memandang orang yang berada disana lagi, dan orang yang berada disana pun juga merasa ketakuan, dan Hermanto baru kali ini merasa kematian sudah sangat dekat dengannya.

Dia mau tidak mau mengakui kekalahannya.

Saat ini Kak Aji langsung pergi kearah Sanfiko, berkata : “Sanfiko kamu tenang sedikit, dia tidak bisa dibunuh, dia…”

“Apa dia lebih keras daripadamu?”

Sanfiko tidak langsung menembakkan peluru, dia melihat Kak Aji sejenak.

Dia tidak membuat pernyataan langsung, tapi langsung berkata : “Sanfiko, Hermanto dari kecil adalah seorang anak yatim piatu jadi dia tidak memiliki siapa siapa, tapi dia memiliki Ayah angkat, yang bernama Susanto, dia sederajat dengan Erwin di kota Maharayu, lalu Hermanto adalah anak angkat terpenting dari Susanto.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Kak Aji dan melihat ekspresi dari Sanfiko, membuat Hermanto merasa masih ada sedikit celah kehidupan dan dia mulai diam sejenak.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu