Menunggumu Kembali - Bab 3 Kehangatan yang Tak Terkatakan

melihat Sanfiko yang berjalan kedapur, tidak tahu kenapa Jovitasari merasakan sakit pada hatinya.

tubuh Sanfiko sudah mulai basah ketika dia menunggunya di bawah kantor tadi.

" cepatlah masak sup jahe itu dan juga bersihkan lah dapur. masaklah sedikit bubur agar Nusrini bisa menghangatkan lambungnya."

ketika Jovitasari ingin berjalan kedapur, dia kembali mendengar suara ibunya.

" mau kemana kamu?"

Jovitasari menggelengkan kepalanya.

didalam pikirannya kembali terbayang momen dimana Sanfiko tersenyum sambil membawa payung.

" benar benar mulai memberontak. berani beraninya dia menindas Nusrini. janganlah takut, aku akan segera memberitahu ayahmu. biarlah ayahmu yang mengurus pria sampah itu."

saat ini, Sanfiko sudah berada didapur dan mulai memasak sup jahe.

selama tiga tahun belakangan ini, dia sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini.

dia mengangkat kepalanya dan memandang hujan yang ada diluar melalui jendela. dia memikirkan hal tentang Isabella yang mencarinya sebanyak dua kali. dan juga kemunculan Arivin hari ini. tiba tiba Sanfiko merasakan sebuah rasa bahaya yang mengancam.

dia membalikkan badannya dan melihat kearah ruang tamu yang sudah kosong. dia lalu tertawa dengan pahit.

sepertinya tidak lama lagi aku akan pergi.

keluarganya dan Arivin sudah berhasil mencari tahu keberadaannya. orang orang pada tahun itu juga pasti akan mencarinya juga.

dia tidak boleh mencelakai anggota keluarga ini. meskipun mereka bukan orang yang baik.

sambil memasak sup itu, Sanfiko sambil membereskan dapur yang berantakan itu dan juga memasukkan sejumlah baju kotor kedalam mesin cuci.

dia lalu mengeluarkan sup itu.

" Sanfiko, itu, apakah supnya sudah siap? ibu menyuruhku untuk...."

Jovitasari berdiri didepan pintu dapur dan dia semakin merasa bersalah ketika melihat tubuh Sanfiko yang masih basah.

Sanfiko malah tersenyum dan membawakan sup itu keluar dari dapur.

" sudah siap. ini panas, aku saja yang membawakannya untuk Nusrini."

Jovitasari mengangguk.

dia menghibur dirinya sendiri. meskipun pria didepan matanya ini tidak berpikir untuk maju, namun selama tiga tahun ini, dia tidak pernah marah dan selalu memberinya senyuman.

" hei, kamu...."

sebelum Jovitasari berbicara, dia telah mendengar suara ibunya dari kamar adik perempuannya.

" siapa yang menyuruhmu masuk, apakah kamu tahu ini merupakan kamar Nusrini. kamu begitu jorok. cepat pergi kedapur untuk masak bubur!"

Jovitasari ingin mengatakan sesuatu namun dia melihat Sanfiko yang telah berdiri didepannya dengan ekspresi wajah yang tidak puas. Jovitasari pun tidak bisa berkata apa apa.

sudah tiga tahun. Jovitasari juga memikirkan berbagai cara agar suaminya bisa naik jabatan, namun sampai sekarang, dia hanyalah seorang satpam penjaga pintu.

terkadang dia juga berpikir apakah waktu dia memaksa untuk menikahi pria yang menolongnya ini merupakan keputusan yang salah?

awalnya keluarganya ingin memperkenalkan seorang tuan dari keluarga Tang untuknya. ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk keluarga Bai untuk mengembangkan bisnisnya di Penang. namun karena kemunculan pria ini, Jovitasari memilih untuk menghindari pernikahan itu.

alasan terpenting adalah Jovitasari tidak suka kalau masalah pernikahannya diatur oleh orang lain.

karena itu juga Jovitasari dan keluarganya diusir dari rumah dan tinggal disebuah bangunan kuno. Jovitasari pun memulai karirnya sebagai karyawan kantoran.

" apakah kamu belum makan malam semenjak pulang tadi? aku akan memasak mie untukmu."

setelah dia mengatakan itu, dia pun langsung masuk kedapur dan mulai memasak. dia tidak perduli kepada padangan aneh yang ada pada Jovitasari.

dia memiliki perasaan yang dalam terhadap Jovitasari. kalau tidak dia juga tidak akan menyetujui permintaan Jovitasari pada waktu itu. dan juga karena Sanfiko sudah tidak memiliki jalan lain lagi dan ini merupakan tempat terbaik bagi dirinya untuk bersembunyi.

" makanlah. setelah makan, pergilah beristirahat. kamu pasti sudah capek kan. lihatlah betapa lelahnya dirimu."

Sanfiko tidak pernah tidak berbicara kepada Jovitasari. bahkan dia merasa bahwa berbicara dengan Jovitasari membuat dirinya merasa bahagia.

Jovitasari memandangi semangkuk mie panas yang ada didepannya dan dia tiba tiba merasa hangat... ketika dia ingin berbicara, Sanfiko pun membawa bubur yang telah dimasaknya keluar dari dapur menuju kamar.

" aku akan membiarkanmu dulu hari ini, aku akan mengurusmu besok!"

ibunya dengan susah payah menyuruh Nusrini tidur. ketika dia keluar dia langsung melihat Sanfiko yang sedang mengepel lantai. ibunya semakin meremehkannya. ibunya pun mulai berpikir untuk mencocokkan putrinya dengan Albet Saputra.

Albet sudah mengunjungi rumahnya beberapa kali dan itu menandakan bahwa dirinya memiliki hati. keluarga dan latar belakang Albet bahkan mengharuskan keluarga Bai untuk menyeganinya.

kalau dia berhasil mencocokkan Jovitasari dengan Albet, mereka kemungkinan akan diampuni oleh kakek keluarga Bai. dan memungkinkan mereka untuk kembali ke keluarga Bai juga.

Sanfiko yang ada didepannya hanyalah sebuah sampah baginya. dia juga tidak mengerti apakah putrinya sendiri telah buta pada waktu itu. namun dia mencoba untuk mengerti tujuan putirnya yang bermaksud untuk membalas budi.

namun ini semua sudah berakhir.

ketika kepala keluarga kembali, dia akan menyuruh Jovita untuk bercerai dengan Sanfiko. setelah itu, dengan otomatis mereka akan menjalin hubungan dan keluarga Fang dan mereka pun bisa kembali bangkit dari kehidupannya yang hancur ini.

mereka telah menyianyiakan pernikahan dengan keluarga Tang di kota maharayu pada waktu itu. kali ini mereka tidak akan menyianyiakan kesempatan ini lagi. mereka juga tidak akan membiarkan Jovitasari untuk mengambil keputusan sendiri lagi!

Jovitasari berbaring diatas kasur dan dia tidak bisa tidur. pikirannya dipenuhi oleh momen Sanfiko yang dibasahi oleh air hujan. dia pun bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil baju tidur lalu meletakkannya pada kasur disebelahnya dan kembali ke kasurnya untuk tidur.

saat ini hujan telah berhenti. bulan yang terang pun muncul. cahaya bulan itu menembusi jendela dan menyinari kasur. Sanfiko tidak tahan melihat cahaya bulan yang menyinari kasur samar samar melihat seorang bidadari cantik.

tiga tahun ini, Sanfiko melewatinya dengan cara begini.

dia merasakan kehangatan dari baju tidur itu dan dia pun terlelap pada tidurnya.

keesokan harinya, ketika Jovitasari membuka matanya, dia sudah melihat baju itu terlipat rapi diatas kasur. dia sedikit marah. apakah dia tidak memakainya semalam?

dia dengan penasaran berjalan ke ujung kasur dan mencium aroma baju itu. dia lalu tersenyum dan pergi menggosok gigi lalu keluar.

" kalian lebih cepatlah pulang malam ini, oke?"

" ibu, apakah hari ini ada tamu?"

Nusrini langsung bertanya setelah ibunya mengatakan itu.

" kalian akan tahu sendiri malam ini!"

meja makan itu hanya ada 3 orang. Sanfiko sedang makan mantou didalam dapur.

namun dia sangat menuruti perkataan ibunya dan memikirkan situasi sekarang.

" mengahayal apa kamu, cepatlah bersiap siap dan pergi bekerja. jagalah Nusrini dengan baik disekolah. aku sangat emosi melihatmu!"

setelah mengatakan itu, ibunya sudah keluar dengan cepat dari kamar.

Sanfiko merasa tenang ketika semua orang telah pergi.

setelah dia membersihkan meja makan, ponsel miliknya pun berdering.

itu merupakan sebuah pesan dari Jovitasari.

" Sanfiko, semalam... semalam... obat demam sudah aku letakkan pada lemari di ruang tamu. ingatlah makan obat itu sebelum pergi bekerja. malam ini tidak perlu menjemputku, aku akan pulang sendiri."

jika ingin menyuruh Jovitasari meminta maaf, jujur dia tidak bisa melakukannya.

namun setelah mengirimkan pesan itu, Josvitasari merasa lebih tenang dibanding sebelumnya.

melihat pesan dari Jovitasari, Sanfiko tersenyum.

dia pergi mengambil obat itu.

" kamu adalah seorang gadis kecil. kamu adalah istriku. aku tahu kesulitanmu."

dia hanya membalasnya dengan tiga kata.

" aku sudah tahu."

Sanfiko merasa sedikit sedih ketika terpikir bahwa sebentar lagi dia harus meninggalkan Jovitasari. dia bisa melihat kerja keras Jovitasari dan hinaan keluarga Bai padanya selama tiga tahun ini.

berapa kali anggota keluarga Bai memamerkan kemampuan mereka, berapa kali juga Sanfiko melihat Jovita menangis secara diam diam dikamar.

Sanfiko juga tahu ibu mertuanya beberapa kali menyuruh beberapa pria muda untuk makan dirumahnya.

katanya mengenalkan beberapa pria muda itu untuk mempermudah dunia pekerjaannya. bagaimanapun Jovitasari bekerja diperusahaan kosmetik yang bisa dibilang satu satunya di Penang. pasarnya sangatlah luas.

namun faktanya, Sanfiko mengetahui jelas apa maksud dari ibu mertuanya itu.

namun dia tidak menghiraukan semua itu. dia hanya perduli terhadap perasaan Jovitasari.

asalkan Jovitasari senang, dia rela melakukan apapun....

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu