Menunggumu Kembali - Bab 76 Jovitasari, Nenek Datang Melihatmu!

"Wu, wu ..."

Rista langsung menangis.

Berpikir dirinya akan pergi ke rumah Jovitasari untuk meminta maaf kepada Jovitasari dan berlutut, dia merasa lebih sakit daripada mati.

"Ayah, aku tidak mau pergi, aku tidak mau pergi ... bagaimana nenek bisa melakukan ini padaku, dia jelas memihak ke Jovitasari jalang itu!"

Pada saat ini, Rista sangat merasa sedih, dan hatinya membenci Jovitasari lebih dalam.

"Ayah, ada apa dengan nenek? Bagaimana boleh membiarkan Rista berlutut dan meminta maaf kepada Jovitasari? Bukankah ini sudah jelas pilih kasih?"

Yogi di satu sisi juga tidak menyangka neneknya sendiri bisa meminta adik perempuannya untuk meminta maaf kepada Jovitasari secara langsung, Apalagi berlutut untuk meminta maaf.

"Hanya, ayah, aku tidak mau pergi, aku tidak mau pergi ... kamu pergi beri tahu nenek, aku ..."

Yusdi memandangi putrinya yang dengan penuh air mata, dalam hatinya juga sangat marah. Secara alami, dia memusatkan semua amarahnya pada Jovitasari, karena sumber dari semua kejadian ini adalah di Jovitasari, bukankah hanya menegosiasikan kontrak? Baik bagi semua orang jika kamu berhasil bernegosiasi, masih ingin berlagak.

Tapi Yusdi juga tahu betul bahwa ibunya sudah serius kali ini.

Lebih penting lagi takutnya kontrak ini hanya bisa dinegosiasikan oleh Jovitasari!

"Masalah ini sudah menyusahkanmu Rista, tetapi kamu tenang saja, setelah masalah ini selesai ayah akan membalas kembali Jovitasari dengan sepuluh kali lipat."

"Ayah ..."

Kedua bersaudara itu memandangi ayah mereka dengan terkejut, karena kata-kata Yusdi sudah jelas tadi, bahwa dia juga setuju untuk membiarkan putrinya berlutut dan meminta maaf kepada Jovitasari. karena dalam masalah ini Kontradiksi antara Rista dan Jovitasari yang paling dalam.

Sebelumnya Rista pernah berkata di depan semua orang bahwa jika Jovitasari berhasil menegosiasikan kontrak ini, dia akan berlutut di depannya dan memanggilnya kakak jovitasari, tetapi hari berikutnya Jovitasari berhasil menegosiasikan kontrak. Rista hanya berkata kalau itu hanya Lelucon sarana untuk memotivasi Jovitasari.

Sekarang ini sudah dianggap serius ...

"Kamu juga sudah melihat situasi saat ini. Kalian juga mungkin sudah tahu situasi perusahaan saat ini. Kemarin pagi, semua bank-bank besar telah mulai mendesak perusahaan kita untuk mulai membayar pinjaman. Baru-baru ini, perusahaan dapat dibilang Sudah waktunya akan kehabisan makanan, dan sekarang kita hanya bisa menggantungkan semua harapan kita pada kerja sama antara Industri sorgum dan Industri bir sumedang ini, dan hanya kerja sama ini yang dapat membuat perubahan bagi perusahaan kita. "

"Ayah, apakah benar-benar tidak ada jalan lain? Mengapa, mengapa ingin aku berlutut dan meminta maaf kepada perempuan jalang itu, aku tidak melakukan kesalahan apapun ..."

Kemarahan di wajah Rista sekarang sudah terlihat sedikit tidak bertenaga.

"Rista, kalau begitu, hanya bisa mengorbankan kamu. Bagaimanapun, itu hanya di depan keluarga Jovitasari, dan bukan di depan semua orang di perusahaan. Aku percaya bahwa Jovitasari tidak akan berbicara sembarangan, dan kamu tenang saja, Setelah masalah ini, Aku akan mencari orang untuk membalaskan dendammu. Pada saat itu, membuat Jovitasari hancur. Pada saat itu, kerja sama telah tercapai. Dana telah masuk perusahaan kita, dan nenek pasti akan mengusirnya dari keluarga!

Yogi saat ini terus meyakinkan Rista.

"Aku ... Kenapa aku, aku tidak mau pergi ..."

Setelah berbicara Rista berbalik dan berlari keluar dari kantor.

Yusdi mengedip pada putranya Yogi, dan kemudian Yogi secara alami tahu apa yang dimaksud ayahnya dan segera ikut keluar ......

...

Pagi-pagi sekali, Jovitasari sudah memasuki kondisi kerja. Meskipun dia tidak pergi ke perusahaan, Jovitasari juga telah membuat banyak rencana untuk pengembangan Industri sorgum. Jika sebelumnya, Jovitasari tidak akan sedih seperti ini, sekarang Industri sorgum sudah menjadi milik perusahaan keluarga. Bahkan jika kerja sama itu berhasil, perusahaan akan berbagi keluar sebagian besar keuntungannya.

Ini bukan keuntungan biasa, Jovitasari tahu semua kerabat dalam keluarganya seperti apa, jadi dia harus melakukan sejumlah strategi.

Sanfiko Chen sedang membersihkan kamar sambil melihat Jovitasari yang sedang menulis dan menggambar. Sejujurnya, Jovitasari sangat menarik ketika sedang bekerja.

Orang mengatakan Pria yang serius adalah pria yang paling tampan, banyak yang tidak tahu bahwa wanita yang serius juga sangat cantik.

Namun, dalam tiga tahun terakhir, Sanfiko Chen juga memperhatikan bahwa Jovitasari memiliki kekurangan dalam kepribadiannya, jadi jika benar-benar ingin menjadi seorang wanita yang kuat, masih ada jalan panjang yang harus ditempuh.

Ketika Jovitasari sedang menulis dan menggambar dengan serius, bel pintu berbunyi.

"Sanfiko, buka pintunya!"

Di rumah hanya ada Sanfiko Chen, Jovitasari dan Michael yang sedang membaca koran.

saat ini Michael memanggil.

Sanfiko chen dengan cepat berjalan ke pintu dan membuka pintu.

Begitu pintu dibuka, terdengar sebuah suara yang membuatnya sangat tidak nyaman.

"tidak menyangga bisa tinggal diarea kecil yang kumuh begini, benar-benar bau!"

Bukan orang lain yang berbicara, dan itu adalah Rista. Meskipun dia tidak ingin datang, tetapi dia harus datang.

"Rista, diam!"

terdengar Suara Puspita.

Setelah mendengar suara Puspita, Michael, yang sedang duduk di sofa membaca koran, dan Jovitasari, yang sedang menulis dokumen di ruangan itu tiba-tiba bergetar.

"Kenapa kamu, Jovitasari, paman Besar dan Bibi Mereka mana? Mengapa mereka tidak keluar untuk menyambut!"

Sanfiko chen akan berbicara, dan tiba-tiba Michael berjalan ke pintu dengan tongkat.

"Bu, kenapa kamu di sini ..."

Wajah Michael penuh kejutan. Setelah bertahun-tahun, Puspita seorang ibu, tidak pernah banyak bertanya kepadanya, apalagi datang menemuinya.

Hari ini adalah pertama kalinya yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Kenapa, aku tidak boleh datang?"

Meskipun Puspita juga mengerutkan kening, lingkungan di sini benar-benar buruk, tetapi dia tidak ragu untuk langsung masuk ke ruangan.

Dengan Tiga kamar dan satu ruang tamu, ruangannya sangat bersih.

Tapi Puspita tidak melihat Jovitasari saat ini, karena pintunya tertutup, Jovitasari tidak keluar sama sekali, Jovitasari sedikit tidak bisa percaya saat ini, Nenek benar-benar datang.

"Boleh, kenapa tidak boleh datang, Bu, jika kamu mau datang, telefon aku, aku akan meminta Sanfiko chen pergi menjemputmu!"

Satu Tua dan satu muda langsung masuk ke ruangan, dan sama sekali tidak ingin mengganti sandal. langsung saja duduk di sofa.

Rista berkata dengan dingin, "menyuruh dia menjemput nenek dan menggunakan mobil aki yang diparkir di bawah? Paman, apakah kamu ingin aku tertawa sampai mati?"

Michael tidak bisa menggantung sebagian wajahnya, dan hanya tersenyum canggung.

"Rista, tidak sopan!"

Tetapi dia hanya berhenti berkata Rista. Puspita sama sekali tidak melirik Sanfiko Chen, dan kemudian melihat Michael dan bertanya, "dimana Jovitasari ? Aku datang ke sini hari ini khusus untuk mencari Jovitasari ..."

"Nenek, Jovitasari sakit, kamu mungkin datang pada waktu yang kurang tepat!"

Sanfiko Chen di satu sisi tidak memberikan muka pada kedua orang ini. Meskipun Puspita adalah neneknya Jovitasari, Sanfiko Chen tahu bahwa dia tidak pernah melihatnya sama sekali selama tiga tahun terakhir. Jika bukan karena masalah kontrak, takutnya dia sudah lupa bahwa dia memiliki seorang cucu perempuan yang bernama Jovitasari.

"siapa kamu, nenek berbicara, ada hak apa untuk kamu campur tangan?"

Rista berteriak, bahkan menunjuk ke Sanfiko Chen.

"Hehe, kalau begitu kalian terus duduk saja di sini!"

Sanfiko Chen berkata dengan pandangan dingin pada Puspita, dan kemudian lanjut bersih-bersih.

"Nenek, kamu lihat sikap orang tidak berguna ini? Bukankah sudah jelas dia sama sekali tidak menganggapmu?"

Melihat sikap Sanfiko Chen, jangan bilang Puspita dan Rista terkejut. tidak menyangka, bukankah bilangnya status Sanfiko Chen dalam keluarga sangat rendah, orang tidak berguna yang boleh asal dimarah dan di bully?

Beraninya untuk langsung menyela Puspita dan memberi muka pada Puspita.

Pada saat ini, Michael juga sedikit bingung, ini dengan Sanfiko Chen yang tidak peduli dengan hal apa pun pada hari-hari biasa, sedikit berbeda.

"Michael, kenapa, aku kesini, kalian tidak sambut? Sudah Dengan mata dingin juga menyapu, apakah ini ingin mengusir aku pergi?"

Puspita sudah tidak bisa menahannya lagi. Di matanya, Sanfiko Chen adalah orang yang tidak penting, tapi kali ini sepertinya tidak sama dengan yang dia pikirkan.

"Bu, jangan marah, Sanfiko Chen, cepat kesini dan cepat minta maaf kepada nenekmu."

Sanfiko Chen tidak berkata apa pun tentang pengaturan Michael. dipikir tadi dia memeng terlalu impulsif.

"Nenek, aku minta maaf. Aku cemas tadi, karena Jovitasari sakit, aku cemas, jadi ..."

"Cepatlah pergi untuk menuangkan teh!"

Michael segera memerintah pada Sanfiko Chen.

Sanfiko chen tidak berbicara, hanya pergi untuk membuat teh.

Melihat Sanfiko Chen seperti ini mereka berdua tersenyum dingin, ini baru orang tidak berguna yang ada di mata mereka.

"Jovitasari, apakah benar-benar sakit?"

Puspita bertanya Michael yang berdiri di depannya dengan hormat.

"Ini ..."

"sakit apa, nenek, dia hanya ..."

"Diam!"

Puspita mendengus segera, dan kemudian terus melihat Michael berkata: "Jovitasari dikamar mana, aku pergi melihatnya ..."

"Nenek, minum teh."

Sanfiko Chen segera berkata sambil tersenyum.

Langsung menghalangi Puspita yang akan berdiri.

Hah?

Puspita menatap Sanfiko Chen, dan merasa lebih benci.

Awalnya Jovitasari dan Sanfiko Chen menikah sudah membuatnya berpikir bahwa keluarga Bai sudah memalukan, tetapi sekarang orang tidak berguna ini masih ingin berniat menipunya, dalam hatinya semakin melihat rendah.

"Nenek, Jovitasari baru saja tertidur. Ada masalah apa atau tidak tunggu dia bangun baru dibicarakan."

"Sial, nenek datang dengan gerakan besar, bisakah dia tertidur?"

Rista segera membalas.

"Ya, nenek, Jovitasari sebelumnya di bikin kesal sama seseorang. ditambah lagi anda memintanya untuk beristirahat dengan baik, Awalnya Jovitasari demi kontrak ini sudah menahan emosi, Anda dengan satu kata biar dia melampiaskan semuanya, tentu saja akan jatuh sakit. "

Mendengar kata-kata itu, mereka bertiga berwajah kompleks.

Puspita berusaha untuk menenangkan emosinya, dan kemudian hanya menatap Sanfiko Chen dengan dingin dan berjalan langsung ke pintu yang tidak jauh.

Karena baru saja Puspita merasa bahwa pintu itu telah dibuka, tetapi tertutup lagi dengan ketat tanpa alasan.

Sanfiko Chen tidak menghalangi saat ini, hanya melihat orang tua yang gemetaran itu berjalan ke depan pintu kamar Jovitasari.

tuk tuk tuk...

Ketuk pintu dengan pelan.

"Jovitasari, nenek datang melihatmu ..."

Pada saat ini, Jovitasari, berdiri di balik pintu kamar, air matanya jatuh seperti air hujan!

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu