Menunggumu Kembali - Bab 230 Hanya Seorang Menantu Laki-Laki, Menantang Apa Kamu!

Sekitar jam dua sore.

Stasiun kereta cepat Kota Penang, orang-orang berjalan kesana kemari.

Sanfiko Chen memakirkan mobilnya di parkiran basement stasiun kereta cepat dan menunggu diluar pintu sambil mencari wajah keluarga bibinya yang tidak dia kenali.

Karena disaat datang ke stasiun kereta cepat itu Jovitasari sudah menjelaskan sedikit tentang keluarga bibinya, maka Sanfiko Chen sudah mempunyai sedikit juga gambaran tentang mereka.

Suami dari bibinya bernama Seiko Wang, dia adalah satu-satunya orang yang tidak memiliki kedudukan di keluarga, tapi dia berpura-pura bergaya berbicara bijaksana, terkadang bibi memberinya sedikit harga diri, tapi sebenarnya itu juga sama sekali tidak berguna.

Bibi adalah seorang wanita kuat, namanya Ratih, dia itu sombong, dulu dia memandang rendah keluarga ayah mertua, lagipula suami bibi Seiko Wang meskipun tidak memiliki kedudukan di keluarga Zhou, tapi setidaknya dia memiliki pekerjaan paruh waktu di Kota Shangjiang, Provinsi Sumedang, kehidupannya menjadi makmur. Dulu karena ayah mertua Michael menginvestasikan uang dari pabrik anggur dalam penelitian dan pengembangan Anggur Sanjaya, makanya satu keluarga juga akan memiliki cukup makanan dan pakaian, secara naluriah, di mata bibi dan paman itu adalah kehidupan yang miskin, maka dari itu hubungan dua anggota keluarga itu lama kelamaan memudar.

Bibi Ratih mempunyai seorang anak laki-laki, namanya Joy. Jovitasari tidak banyak bercerita, dia hanya berkata mereka bukan orang baik, dia tidak mengatakan hal lainnya.

Sanfiko Chen mendengar penilaian Jovitasari terhadap keluarganya bibinya merasa sedikit geli, walaupun istrinya berkata seperti itu, dia juga tidak banyak berharap, anggap saja tugas yang diberikan ibu mertuanya sudah selesai, lagipula permasalahan ini tidak dipikirkan Sanfiko Chen.

Saat Sanfiko Chen sedang menunggu, dia menguap, kemarin malam tidurnya tidak nyenyak, dia berpikir untuk pergi ke toilet dan merokok, tapi saat dia ingin menyalakan rokoknya ponselnya berbunyi.

"Dengan Sanfiko Chen kan? Kamu berada dimana, kami sudah sampai, kami berada di pintu keluar."

Mendengar suara seornag wanita yang tidak begitu senang, Sanfiko Chen segera berdiri dan mengarahkan pandangannya ke pintu keluar.

Dan disaat yang sama ada tiga orang menenteng beberapa kotak hadiah dan berjalan menuju Sanfiko Chen dengan segera.

"Kamu adalah Sanfiko Chen?"

Seorang wanita gemuk dengan membawa tas yang bermerek di pundaknya memandangi Sanfiko Chen dan bertanya dengan garang.

Sanfiko Chen menganggukkan kepalanya, lalu meletakkan kembali batang rokoknya kedalam kotak rokok.

Dia berpikir bahwa ini sudah pastinya bibi, lagipula dia dan ibu mertua, Rita, adalah kakak beradik, perawakannya tidak berbeda jauh.

"Kamu hanya sendirian? Tidak bersama keponakanku Jovitasari?"

Setelah memastikan bahwa yang berada didepannya adalah Sanfiko Chen, Bibi Ratih seketika bertanya dengan nada tidak puas.

"Jovitasari sedang bekerja, ibu menyuruhku untuk menjemput bibi, mari jalan, mobilnya aku parkirkan disana......"

Dia berbicara sambil menunjuk kearah mobil yang terparkir di parkiran tidak jauh dari situ, dan dia bersiap-siap untuk berjalan kesana.

"Eh, Chen siapa kamu, tunggu dulu."

Seorang yang sedang memakai setelan jas kasual, badannya sedikit kurus dan memakai kacamata berbingkai persegi, dia sepertinya pemuda yang memiliki penyakit ginjal sedang meletakkan kotak hadiah itu berkata dan menunjuk kearah Sanfiko Chen.

"Ada apa?"

Sanfiko Chen memalingkan kepalanya dengan tidak memahami apa maksud pertanyaan dari adik sepupu ipar bernama Joy ini.

"Huh, kamu buta atau apa, angkat barang-barang ini, lagipula ini semua diberikan untuk keluargamu, aku yang membawanya semua dalam perjalanan, sungguh melelahkan!"

Joy berbicara sambil menaikkan kacamatanya lalu berjalan maju mengikuti Bibi Ratih yang sudah keluar lebih dulu.

"Hehe...... maaf merepotkanmu keponakanku......"

Suami bibi, Seiko Wang, berkata dan tersenyum sambil mengelap keringat yang bercucuran dengan sapu tangannya.

Wajah Seiko Wang penuh dengan minyak dan air, dan dia terengah-engah setelah berjalan dua langkah, Sanfiko Chen menggelengkan kepalanya dan tidak peduli tentang ini, kemudian dia meraih kotak-kotak hadiah di tangannya dan berjalan dengan cepat.

"Ibu, bukankah ibu sudah bilang pada bibi? Kenapa orang ini memakai pakaian seperti ini, apakah dia adalah suami kakak Jovitasari, kenapa dia terlihat seperti pramukantor yang sedang bertugas."

Joy yang menenteng kotak-kota kado dengan sombongnya itu terus menerus mengomel, Sanfiko Chen yang berjalan di depan semakin memendam hinaan terhadapnya.

"Dulu ibu pernah memberitahumu, dia bernama Sanfiko Chen, dia adalah menantu laki-laki yang dijodohkan dengan kak Jovitasari, yang dirumah mencuci baju dan memasak, kamu juga tidak memikirkan talenta apa yang dimiliki seorang menantu laki-laki."

Rita dulu pernah memberitahunya lewat telepon, menyuruh menantu laki-lakinya untuk menjemput mereka, mendengar hal ini Ratih sedikit tidak nyaman.

Meskipun beberapa tahun belakangan kedua keluarga ini tidak pernah saling mengunjungi, tapi mereka masih saling menelepon, lagipula mereka adalah saudara perempuan, merekapastinya masih memiliki harga diri, maka masalah Keluarga Bai mencarikan menantu laki-laki ini mereka juga mengetahuinya. akan tetapi masalah ini membuat Rita merasa malu, dan secara naluriah keluarga Ratih juga merasa sedemikian malunya.

Maka perlakuan mereka terhadap Sanfiko Chen, ditambah dengan pertama kalinya mereka bertemu muka, pastinya tidak menunjukkan kesan yang baik.

"Kalau begitu...... aku juga tidak tahu bagaimana cara berpikir kak Jovitasari yang notabene cantik dengan memilih kriteria seperti orang ini, apakah otaknya sudah rusak?"

Disaat dia tengah berbicara, Sanfiko Chen telah sampai didepan sebuah mobil porsche berwarna merah yang terparkir, dan dia langsung membuka bagasi mobilnya, lalu meletakkan semua kotak-kotak hadiah itu kedalamnya.

"Kakak sepupu ipar, mobil ini adalah milik keluargamu?"

Di detik tadi Joy masih menghina dan merendahkan Sanfiko Chen, tapi disaat ini nada bicaranya seketika berubah, dia langsung berlari menuju mobil porsche merah tersebut, merabanya dan mengambil ponselnya untuk mengambil foto, dan dia juga duduk di kursi supir, mengambil foto dan mengirimnya ke timeline pertemanan.

"Ambil kuncimu, aku benar-benar tidak tahu cara berpikir kakakku, menyuruh seorang menantu laki-laki mengendarai sebuah mobil mewah, kalau-kalau terjadi benturan, pasti juga mengambil uang dari keluarga Jovitasari untuk memperbaikinya."

Sanfiko Chen baru saja menutup bagasi mobilnya, bibi Ratih langsung merebut kunci yang digenggam oleh Sanfiko Chen, dan mulutnya masih mengomel-omel tidak jelas.

"Hanya saja, ibu, ini adalah versi terbaru dari porsche di tahun ini, dan juga model merah ruby ini sangatlah mahal. Sepertinya bibi sedang benar-benar kaya!"

Bibi Ratih yang sedang mengambil kunci porsche itu, dengan sombongnya berjalan kedepan anaknya.

Menganggukkan kepala dan berkata: "Benarkah? Anakku, bukankah kamu baru saja mengambil surat mengemudi? Ayo, hari ini kamu yang mengemudi."

Mendengar hal itu, wajah Joy berkeringat dan dia menjadi sangat bersemangat.

"Ibu, aku baru saja mengambil surat ijin mengemudi, tapi belum......"

Disaat ini Sanfiko Chen berjalan kedepan dan berkata: "Bibi, biarlah aku yang menyetir...... adik sepupu ipar, dia......"

"Kamu tahu mobil apa ini? Kalau kamu menyetir, jika bukan karena kakakku menyuruhmu untuk menjemput kami, apakah aku bolehkan kamu menyetir mobil ini? Benar-benar, cepat duduklah dibagian belakang."

Joy yang berada disamping yang telah didoktrin oleh ibunya itu, bahkan Sanfiko Chen yang tidak berani duduk pun telah dihina habis-habisan oleh ibunya, setelah menerima kunci porsche yang diberikan padanya, dia kemudian menatap sekilas Sanfiko Chen yang duduk dibelakang, lalu segera duduk di kursi supir.

Menginjak kopling, bersiap......

Sanfiko Chen yang mendengar Joy menggumam, ketika dia mulai menyalakan mobil, itu membuat kepanikan di hatinya.

Seiko Wang melihat Sanfiko Chen yang panik itu, segera mengelap keringatnya sambil tertawa dan berkata: "Sanfiko keponakanku, tenanglah, anak kami Joy sudah mengambil surat mengemudi, tidak akan ada masalah......"

"Hanya saja, aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara berpikir kakakku membiarkanmu mengemudikan mobil seperti ini, Joy, sudah siapkah?"

Joy yang sangat bersemangat saat ini, lagipula ini adalah kali pertama dia mengemudikan mobil di jalanan, dan juga mengemudikan mobil mewah, Sanfiko Chen hanya bisa tersenyum masam, dan dari belakang menunjukkan Joy arah jalannya, akhirnya dia bisa mengemudikannya dengan tenang di jalanan.

Tapi karena dia adalah pemula, saat berkendara ke garasi bawah tanah di luar Xiangjiang Property, karena jaraknya tidak terkontrol dengan baik, mobil langsung tertahan di dinding garasi.

"Celakalah......"

Bibi Ratih hanya merasa bahwa mobil itu tersentak tajam, dan mobil ditempatkan langsung di pintu masuk garasi.

Dia yang terkejut langsung cepat-cepat mengenggam sabuk pengaman.

"Sepertinya sedikit tergores."

Sanfiko Chen saat ini segera turun dari mobil dan melihat bagian samping mobilnya, seketika dia melihat goresan yang sangat jelas.

Saat ini dia merasa sangat tertekan, meskipun menurutnya ini tidak terlalu berharga, tapi ini adalah mobil baru.

"Ibu, celakalah...... mobil ini sangat mahal, apakah bibi akan meminta kita untuk mengganti rugi......"

Semangat untuk mengemudinya yang lalu sudah tidak ada lagi, pada saat ini Joy merasa bahwa setir yang awalnya nyaman di tangannya berubah menjadi kentang panas.

Sanfiko Chen pada saat ini berjalan memutar menuju kursi supir dengan sedikit khawatir dan berkata dingin kepada Joy: "Turun!"

Joy yang mengerti bahwa dirinya membuat kesalahan, segera melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil.

"Apa yang kamu teriakkan, aku beritahu kamu Sanfiko Chen, bagaimana kamu bisa berbicara seperti ini...... bukankah hanya karena tidak hati-hati dan sedikit menggores saja, ada apa, jangan-jangan kamu juga mau meminta kami ganti rugi?"

"Baiklah, tunggu aku kembali dari menjemput Jovita kita bersama-sama pergi ke toko 4s!"

Perasaan hati Sanfiko Chen sedikit tidak nyaman, tapi dia juga berpikir bahwa ini adalah bibinya sendiri, dia baru pertama kali bertemu dengannya pastinya dia baru sedikit mengenalnya. Tapi sekarang sudah jelas-jelas Joy yang menggoreskan mobilnya, tapi mereka tetap berpura-pura tidak melakukan kesalahan apapun, ini membuat Sanfiko Chen tidak bisa berkata-kata.

"Kamu...... apa yang kamu katakan......"

Bibi Ratih seketika membesarkan matanya, menunjuk-nunjuk Sanfiko Chen yang duduk dikursi supir dan berkata dengan dingin.

"Baiklah, baiklah...... keponakanku Sanfiko, kamu pergilah menjemput keponakanku Jovitasari...... kami bisa naik keatas sendiri."

Jawab Seiko Wang yang segera membuat sebuah perdamaian.

Sanfiko Chen mendengus dingin, dia membuat belokan tajam yang keren secara langsung, lalu bergegas keluar dari garasi.

"Huh! Menantang apa kamu...... seorang menantu laki-laki, berkata seperti itu padaku, tunggulah pembalasanku!"

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu