Menunggumu Kembali - Bab 276 Aku Hanya Mau Telinga

Bandara Internasional Kota Yanjing.

Anak muda yang memakai baju biasa itu setelah menghirup beberapa udara di bandara, dia berjalan ke arah seorang wanita yang berbadan tinggi, rambut panjang, kacamata emas dan beberapa bintik wajah yang sangat menggoda.

“Kak Amira, 3 tahun tidak ketemu, kamu semakin cantik saja!”

Wanita rambut panjang berbadan tinggi yang memakai kacamata emas tersenyum lalu melihat ke anak muda disisinya yang pendek kurus dan hitam berkata: “Edwin, 3 tahun tidak ketemu, mulutmu masih senakal ini? Naik lah…”

Anak muda bernama Edwin ini langsung memasuki mobil ferari merah saat di pandangin orang sekitar dengan tatapan mengagumkan.

“Kak Amira, tuan Sanfiko menyuruhku hari ini mesti sampai kota Penang. Kamu tidak boleh menghabiskan waktu ku terlalu banyak.”

“Tahu, aku hanya mau melihat apakah ada perkembangan dalam teknik menembakmu, apakah bisa menjaga tuan Sanfiko. Jika 3 tahun ini kamu ada bermalasan, aku tidak akan memberimu pergi ke kota Penang.”

Kak Amira bercanda mengatakannya sambil menginjak pedal gas, kemudian diputar sebuah nomor di telefon mobil.

“Arivin, sudah di area pengawasan kita!”

Kak Amira menganggukkan kepala, lalu tersenyum: “3 menit kemudian kamu jemput Edwin di depan pintu gedung International Trading.”

“Baik, kak Amira!”

Edwin yang duduk disampingnya tersenyum.

“Kak Amira, aku baru pulang saja kamu sudah memberiku misi, tapi bukankah kamu harus memberiku makan dulu?”

Kak Amira tertawa lalu berkata: “Sarapan sudah ku sediakan, semua tergantung apakan tembakan mu bisa sesuai sasaran. Aku tidak mau orangnya mati, aku hanya mau 1 telinganya!”

“Haeh, kak Amira. Apakah orang itu tidak patuh lagi, masa kerjaan rendah ini juga beri padaku?”

“Ga usah bacot, turun dan tunggu dijalan, Arifin segera datang!”

Melihat ekspresi kak Amira tidak terlalu senang, Edwin langsung membawa tas gitarnya dan turun mobil.

Lalu kak Amira sudah tiba di restorat mewah di seberang gedung International Trading.

“Kak Amira, Rosario sudah tiba.”

Seorang pengawal wanita yang berbadan tinggi melihat kedatangan kak Amira, langsung berjalan cepat kedepannya untuk berhormat.

Kak Amira menganggukkan kepala dan masuk ke dalam cafe.

Terlihat seorang pria paruh baya yang berbadan tinggi dan tegap, wajah yang gemuk, duduk di sebuah meja disamping jendela. Kebetulan disampingnya adalah dinding penahan beban dan pas-pasan menutupi seluruh tubuhnya.

Orang seperti ini selalu memiliki kesadaran perlindungan yang tinggi, apalagi orang hebat terkenal kota Yanjing yang bertemu dengan kak Amira.

“Kamu adalah Rosario?”

Kak Amira tertawa kemudian duduk di sebrang tempat duduk dekat jendela.

Saat ini sebuah cahaya mencolok di gedung International Trading membuat kak Amira tidak tahan untuk tidak melihat, ujung mulutnya tersenyum, tetapi dia tidak memedulikan.

“Kak Amira, tidak gampang untuk menemuimu. Bagaimana pendapatmu dengan saranku kemarin?”

Rosario menjamin dia akan menang, walaupun posisinya di keluarga Hua biasa saja, tetapi dirinya memiliki jaringan hubungan yang kuat, kalau tidak Kak Amira juga tidak akan mencarinya dahulu.

“Hehe, tampaknya telingamu tidak berguna sama sekali, tampaknya kamu tidak mengerti perkataanku?”

Kak Amira perlahan menggoyangkan kopi, kemudian menaikkan kepalanya melihat Rosario. Tatapannya dingin dan sebuah sifat yang merendahkan.

“Kak Amira, kamu kira ini seperti 3 tahun yang lalu. Sekarang seluruh area barat semua dibawah perintahku, jika kamu ikut campur tangan, jangan salahkan aku tidak sungkan.”

Saat berbicara, tangan Rosario sudah diangkat.

“Kamu boleh coba turunkan tanganmu!”

Kak Amira yang pintar tahu jika ini adalah jebakan Rosario, tetapi karena Amira sudah datang hari ini, pastinya juga ada persiapan. Dia tidak bergerak sedikitpun saat menatap Rosario didepannya, hingga dia berinisiatif untuk menunjukkan kepalanya di titik sasaran penembak.

“Huh, dasar tidak tahu mati!”

Detik ini Rosario tanpa memedulikan, terus menerus melambaikan tangannya. Dia sudah melakukan rencanayang cukup, hari ini dia mau memenggal kepala orang hebat misterius Yanjing yaitu Amira. Hanya dengan begitu, dia baru bisa menjadi orang terhebat di kota Yanjing, dan tidak akan ada yang mengganggunya lagi.

Tetapi saat Rosario menurunkan tangannya.

Puff….

Ah!

Pengawal yang berdiri dibelakang Rosario langsung berjalan kedepan, tetapi saat ini Rosario sedang memegang telinganya sendiri.

Darah merah membuat setengah wajahnya menjadi merah.

“Karena kamu tidak turutin aku, jadi aku memotong 1 telingamu dulu. Kedepannya jika kamu masih berani kelewatan, kamu tunggu keluarga Hua membereskan mayatmu saja.”

Setelah mengatakannya, dia berbalik dan keluar dari cafe.

“Bos…”

Pria berbaju hitam disamping marah hingga mengeluarkan pistolnya.

Rosario melambaikan tangannya, memiringkan kepala melihat sebuah cahaya yang terang yang tidak jauh dan membuat dirinya tahu dengan hasil ini. Kali ini Rosario melepaskan tangannya, seketika telinganya sudah berada ditangannya sendiri, dan seluruh tepinya sudah mulai membusuk.

Pelurunya sudah meleleh menjadi cairan pembusuk yang terdapat anestesi, seketika membuat seluruh telinganya membusuk.

“Hah?”

Ekspresi Rosario yang sangat tersiksa, tatapan matanya dipenuhi dengan rasa ketakutan.

Tempat duduknya ini tidak mungkin bisa ditembak dari sudut manapun, tetapi bagaimana penembak itu menembakkan peluru yang khusus dibuat, dan menembak tepat di telinganya, sungguh menakutkan!

“Bos, apakah kita menyerah begitu saja? Ini sulit dijelaskan untuk tuan Martin…”

Ekspresi Rosario sangat buruk, terakhir dia dengan cuek berkata: “Pulang baru bahas lagi!”

Sebagai tuan muda keluarga besar kota Yanjing, Rosario pasti tahu jika penembak dari Amira pasti lebih hebat banyak dari punya dirinya, dan yang paling penting adalah mungkin penembak dari dirinya sudah di bunuh dari awal, inilah yang paling menyeramkan.

Tampaknya dia terlalu merendahkan wanita misterius ini!

Saat Amira berjalan keluar dari cafe, Arifin sudah menunggu didepan cafe.

“Dimana Edwin?”

“Kak Amira, Edwin sudah pergi.”

Arifin juga merasa terkejut, dia sudah mulai meragukan saat dia melihat kemunculan Edwin yang dibilang kak Amira sebagai penembak jitu kelas dunia yang muda. Walaupun dia pertama kali bertemu dengan Edwin Chen yang satu marga dengan tuan Sanfiko, dan dengar kabar jika nama ini diberi oleh tuan Sanfiko sendiri. Tetapi dari pertama kali bertemu, Arifin sudah memiliki firasat jika dia bukan musuh anak muda ini.

Amira menganggukkan kepala lalu berkata dengan tenang: “Malam ini bereskan area Rosario, dan suruh dia pulang ke keluarga Hua menjadi tuan besar tidak berguna!”

Arifin menganggukkan kepalanya.

Saat Amira masuk kedalam mobil ferari merah tersebut, Edwin Chen sudah berada di bandara ibukota.

“Haeh, tahu begitu aku sudah langsung transit. Kak Amira ini memang, masalah sekecil ini juga harus aku yang menanganinya, tampaknya harus menyuruh paman Siregar membawa 2 penembak jitu yang tidak lulus untuk datang membantu kak Amira.”

Teringat dirinya yang berada di luar negeri selama 3 tahun, pria muda berkulit hitam itu tiba-tiba takut.

Sebuah pulau kecil yang berada jauh dan tidak diketahui oleh orang, sekitaran semuanya adalah suara ombak yang tidak berhenti, sepanjang hari hanya ada suara ombak yang besar saja.

Setiap hari setidaknya ada 1000 orang yang masuk ke pulau ini, tetapi setidaknya ada lebih dari 1000 orang dibuang kedalam laut yang jauh dan di beri makan untuk hiu. Di laut pulau yang tampak tenang ini, setiap hari yang dijalankan hanyalah pembunuhan, orang yang bisa hidup lebih dari 30 hari baru bisa masuk pelatihan ekstrem selama 60 hari, dan kemudian pelatihan hidup selama 30 hari, dan yang tetap bertahan hidup baru bisa tamat.

Jika keluar dari sini maka akan mendapatkan kekayaan yang tidak terhitung, sehingga mungkin punya posisi yang menyeramkan.

Tetapi Edwin Chen sudah hidup 3 tahun disini, orang yang keluar dari sini tidak lebih dari 10 orang.

Dan pelatih disini adalah orang yang dipanggil Paman Siregar oleh dia.

Edwin Chen sangat mengingat Paman Siregar yang tidak pernah tertawa selama 3 tahun, semalam malah tertawa sambil mengatakan kedatangan tuan Sanfiko, senyumannya di wajah yang terdapat bekas luka itu terlihat aneh.

“Paman Siregar, tidak tahu seberapa lama anda baru bisa pulang, aku sangat ingin membiarkan orang murahan itu melihat kehebatanmu!”

Saat dirinya sedang berbicara sendiri, Edwin Chen memutarkan badannya lalu menarik tas gitar dibelakang punggungnya dan berjalan ke bandara.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu