Menunggumu Kembali - Bab 63 Imaginasi Itu Sangat Mengagumkan!

Setelah mengatakan hal itu Sanfiko Chen tidak memberi kesempatan pada Kevin Wijaya untuk menjelaskan, dia langsung menutup teleponnya. Lalu Sanfiko Chen lanjut memotong sayur...

Di sisi lain Kevin Wijaya, yang awalnya membahas sejumlah masalah seperti tanah Zona Pengembangan Baru dengan Steven dari Kota Penang, harus memutus pembicaraan mereka sebelumnya.

Meskipun Steven dianggap seperti tuan besar di kota Penang, dia hampir bisa disebut sebagai salah satu orang yang berada di bawah Kevin Wijaya di kota Penang.

Tapi Kevin Wijaya masih merupakan orang terkaya di kota Penang, dan yang lebih penting hari ini Kevin Wijaya telah terhubung dengan beberapa orang besar di kota maharayu, untuk mulai melakukan bisnis di maharayu, bahkan di kota Yanjing, ada beberapa proyek yang sedang dinegosiasikan.

Dapat dikatakan bahwa dalam waktu singkat, bisnis Kevin Wijaya berkembang ke segala arah.

“Tuan Wijaya, ada apa? Apa ada yang salah?”

Melihat ekspresi wajah Kevin Wijaya sangat jelek, dengan keringat dingin, Steven buru-buru menatap Kevin Wijaya dan bertanya.

Dalam kesannya, orang-orang seperti Kevin Wijaya tidak pernah menjadi begini karena satu panggilan telepon.

“Saudara steven, masalah perkembangan area perbelanjaan di kota Penang, kita bahas lagi lain hari, sekarang aku punya masalah yang lebih penting untuk ditangani.”

Setelah mengatakannya, Kevin Wijaya langsung mengangkat telepon dan menghubungi nomor Vira Saphira, Presiden Grup Perusahaan Shen.

“Vira Saphira, kamu cepat datang kesini, aku memiliki sesuatu yang harus dikerjakan olehmu, dan juga masalah yang terakhir kali Tuan sanfiko menyuruhmu untuk memeriksanya sudah kamu kerjakan sampai mana?”

“Baik, kalau begitu cepat kamu datang, dan juga kamu akan bertanggung jawab untuk toko-toko di Distrik Dongcheng, dan beberapa pedagang keliling akan dibawa ke vilaku. Ada sedikit masalah mendesak yang harus diurus hari ini."

Lalu dia menutup telepon.

Untuk masalah Sanfiko Chen, dia tidak berani ceroboh.

Untuk mengenal orang-orang besar di maharayu, juga karena dikenalkan oleh Doeby, dan dia bahkan telah memulai beberapa proyek dengan Perusahaan Tiansheng yang bernilai lebih dari 6 triliun . Ada dua proyek properti di kota Yanjing, yang bernilai lebih dari puluhan trililun Tapi itu semua karena Tuan Sanfiko.

Awalnya, ketika Sanfiko Chen berbicara dengannya kemarin, Kevin Wijaya berpikir bahwa Sanfiko Chen seharusnya tidak terburu-buru, jadi dia mulai menyelesaikan urusan tanahan di Kawasan Pengembangan Baru Kota Penang lebih dulu, tetapi panggilan telepon ini membuatnya harus meletakkan semua hal di tangannya untuk menjawabnya.

Sebagai seorang pengusaha, terlihat jelas mana yang lebih penting.

"Tuan Wijaya, kamu baru saja mengatakan Tuan Sanfiko."

“Apa itu Sanfiko Chen, menantu Keluarga Bai, Sanfiko Chen?”

Steven bertanya dengan tergesa-gesa, dan sangat teliti.

Mendengar kata-kata Steven, wajah Kevin Wijaya sedikit bergetar, lalu dia memandang Steven dan bertanya, "Apa kamu kenal Tuan Sanfiko juga?"

Kevin Wijaya sedikit terkejut bahwa Steven mengenal Sanfiko Chen.

"Ada kesalahpahaman denganTuan Sanfiko sebelumnya, aku baru saja mendengar kamu mengatakanTuan Sanfiko sedang menyelidiki sesuatu, apa aku bisa membantumu,sejujurnya, ada sedikit kesalahpahaman antara aku dan Tuan Sanfiko,sampai saat itu bisakah merepotkan Saudara Wijaya untuk memberiku..."

"Karena ada kesalahpahaman antara kamu dan Tuan Sanfiko, selama itu bukan kesalahpahaman besar, aku pikir Tuan Sanfiko akan mempermasalahkannya. Ngomong-ngomong, sepertinya kmau dan Perusahaan Bai milik Keluarga Bai memiliki banyak hubungan kerja, bukan?"

Steven langsung mengangguk, pada saat bersamaan merasa sedikit curiga.

"Itu sangat bagus, Tuan Sanfiko begini..."

...

Terjadi masalah seperti ini bagaimana mungkin Jovitasari memiliki selera makan, saat jaam makan siang, dia hanya minum sup lalu pergi ke kamarnya dan beristirahat.

Tepat saat dia berbaring di kasur, ponselnya berdering.

Nomor tidak dikenal, ketika Jovitasari mengangkatnya dia baru tahu itu adalah Rista.

“Jovitasari, apa kamu pikir merasahebat bahwa kamu telah menegosiasikan kontrak ini? Bagaimana perasaanmu sekarang?"

"Rista, kamu jangan sombong, kontrak ini aku yang bicarakan, kamu memang sangat rendahan!"

Jovitasari mendengar suara angkuh Rista di telepon. Dia menghela nafas, tapi dia tidak punya solusi apapun. Dia tidak dapat menghubungi Luiz secara langsung dan mengatakan bahwa sekarang perusahaan telah mengubah penanggung jawab proyek ini. Aku tidak bisa berpartisipasi dalam ini lagi. Kamu juga jangan bekerja sama dengan Industri Sorgum Sanjaya.

Hal semacam ini tidak dapat dilakukan di Jovitasari, lagi pula dari lubuk hatinya yang paling dalam dia tidak ingin melihat Industri Sorgum Sanjaya bangkrut dan menghilang.

"Rendahan, jadi kenapa? Sudahku katakan sebelumnya bahwa ini belum berakhir. Industri Sorgum Sanjaya adalah milik keluargaku sekarang. Bahkan jika itu hidup kembali, itu tidak ada hubungan sedikitpun dengan keluargamu, kamu tidak akanmendapatkan apa-apa!"

"Lagi pula, apa gunanya kemampuan kuatmu? Cepat atau lambat, perusahaan akan menjadi milik ayahku! Keluargamu tidak akan mendapatkan apa-apa, hahaha ..."

Awalnya, Rista sangat marah, tetapi ketika dia mendengar berita itu, suasana hatinya menjadi membaik. Rista tidak bisa menahan untuk menelepon Jovitasari, untuk menghibur dirinya sendiri.

"Kalian tidak akan mendapat hasil yang baik seperti ini, suatu hari kamu akan datang dan memohon padaku!"

Setelah Rista selesai berbicara, Jovitasari menghela nafas dan menutup telepon.

Setelah menutup telepon, air matanya tidak bisa terbendung lagi.

Saat ini, Jovitasari tidak menyadari bahwa Sanfiko Chen sudah berdiri di sampingnya dari tadi, dia hanya berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Sanfiko Chen..."

Jovitasari dengan cepat mengelap air matanya.

Sanfiko Chen memberikan tisu kepada Jovitasari dan berkata, "Jika tidak aku akan menelepon teman sekolahku dan memberitahunya untuk mengizinkanmu mempimpin proyek."

Jovitasari langsung menggelengkan kepalanya dan berkata: "Sanfiko Chen, tidak, ini semua adalah tentang perasaan manusia, akan berkurang setiap kali digunakan, selain itu aku pikir sangat baik untuk membiarkan paman kedua bernegosiasi dengan tuan Luiz tentang banyak hal berikutnya dari perusahaan, bagaimanapun, aku terlalu muda untuk mengurus masalah ini, merekalebih banyak pengalaman."

Sanfiko Chen tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangan untuk menghapus air mata dari sudut mata Jovitasari.

"Kamu tenang saja kalau kontrak ini hanya dapat dilakukan olehmu dan hanya dapat dinegosiasikan olehmu, tidak bisa orang lain!"

"Apa kamu percaya?"

Jovitasari langsung tertawa dan menjawab: "Katakan apa kamu akan marah padaku jika aku tidak percaya?"

Sanfiko Chen mengangguk dengan serius.

"Maka aku akan percaya."

"Sebenarnya, ketika kontrak dinegosiasikan, itu baik untuk Industri Sorgum Sanjaya, itu juga hal yang baik untuk keluarga, jika Nenek mendiskusikan denganku sebelumnya, aku pikir itu tidak penting, lagi pula, aku masih muda, dan ada banyak orang yang berpengalaman di perusahaan, tetapi akankah nenek menjadi sedikit terlalu mengganggu?"

Sanfiko Chen mengangguk.

"Ya, Nenek tua itu sedikit menggangu, aku akan memintanya untuk datang dan meminta maaf padamu secara pribadi nanti."

"Kamu mulai beromong kosong lagi, bagaimana bisa dulu aku kira kamu sangat jujur? Sekarang kamu mulai membual."

Jovitasari dalam suasana hati yang lebih baik sekarang.

"Yah, tidak ada yang percaya mengatakan kebenaran hari ini. Jovitasari, kamu tunggu saja, dalam tiga hari Nenek akan datang meminta maaf padamu, tapi jika kamu mendengarkan aku bagaimana?"

"Nenek tidak akan mau, dia bahkan tidak tahu kita tinggal di sini."

Sanfiko Chen tersenyum tipis.

“Ini tidak penting, yang penting adalah, jika dalam waktu tiga hari Nenek datang minta maaf padamu, kamu ada hadiah apa?"

Jovitasari menatap Sanfiko Chenyang senyum, lalu bergumam, "Jika nenek benar-benar bisa datang ke sini, jangan minta maaf lagi, cukup datang saja menemui Ayah dan Ibu, kamu mau hadiah apa katakan padaku."

Sanfiko Chen langsung merencanakan keberhasilannya: "Baiklah, jika nenek benar-benar datang, kamu harus berjanji untuk mengizinkan aku tidur di kasurmu untuk satu malam, dan juga mencicipi lipstikmu."

"Sanfiko Chen, dasar kamu, mati sana!"

Tadi malam adalah kesempatan yang baik, tetapi akhirnya Sanfiko Chen sangat patuh sehingga dia menghabiskan malam itu tidur sendiri di ranjang tentara militer.

Di sisi lain, di rumah Keluarga Bai.

Melihat teleponnya sendiri ditutup Rista, dia mencibir.

"Ayah, Jovitasari tidak bisa melompat lagi, dia masih ingin aku berlutut, suatu hari, aku ingin dia berlutut di depanku dan memohon padaku, lalu aku akan menendang dia pergi..."

Dengan wajah muram, Rista tampaknya memikirkan Jovitasari berlutut di depannya, dan kemudian dia mengangkat kakinya untuk menendang langsung perut Jovitasari.

“Huh, aku tidak bisa menahan diri. Apa yang bisa dia lakukan untuk melawan kita? Saat Nenek berbicara satu kalimat saja, dia yang awalnya seekor phoenix berubah menjadi ayam yang baik untuk bertelur!"

Yogi tertawa ketika dia selesai berbicara.

Yusdi di satu sisi juga tertawa, terlihat bahwa keluarga mereka sedang dalam suasana hati yang baik.

Pada saat itu, Yusdi berpakaian dengan sangat rapi, sepatunya dipoles dan rambutnya berkilau.

“Aku pergi menemui tuan Luiz untuk membicarakan kerja sama berikutnya, kalian tunggu dengan tenang di rumah, jangan menjadi pengganguku dalam dua hari ini. Setelah akuselesai membahas proyek yang didanai oleh Industri bir Sumedang, suntikkan dana pada putaran pertama adalah 1.2 triliun , maka sampai saat itu kita benar-benar akan sukses!”

Di depan dua anaknya sendiri, Yusdi tidak menutupi apapun.

“Banyak sekali, 1.2 triliun...”

Yogi terkejut sesaat.

"Aku tidak menyangka Jovitasari memiliki beberapa keahlian, tapi itu bukan urusan kita untuk membahasnnya... Mungkin dia melakukan hal memalukan di belakang kita dengan tuan Luiz !" Hati Rista seakan mau meledak karena ketidakseimbangan, jangan lupa untuk menyiram air kotor pada Jovitasari.

"Hahaha... tidak peduli bagaimana dia menandatangani kontrak, sekarang aku yang bertanggung jawab atas proyek itu, selama kita mendapatkan pendanaan, kita bisa menghabiskan sisa hidup kita dengan santai!"

"Ya, Ayah, sampai saar itu aku akan membangun rumah besar di maharayu!"

"Ayah, aku tidak mau rumah besar. Aku ingin mobil sport!"

Mendengar kata-kata Yusdi, mereka merasa banyak uang yang akan datang kepada mereka. Rumah besar, mobil sport...

Mendengar ini, Yusdi tidak bisa menahan tawa keras.

"Tidak ada masalah, begitu kita mendapatkan pendanaan, kita akan pindah rumah dan mengganti mobil duluan..."

Selesai berbicara, Yusdi kemudian memperbaiki dasinya, dia tidak suka dasi yang mencekik leher sepanjang waktu, lalu mengambil langkah besar keluar dari rumah besarnya.

"Aku pergi berjuang dulu untuk hidup baru keluarga kita... Hahaha..."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu