Menunggumu Kembali - Bab 162 Ini Karena Kalianlah yang Duluan Tidak Jelas!

“Tino, pergi periksa sebentar…”

Kata orang yang berdiri di belakangnya Sanfiko Chen dengan mengarahkan pistol ke kepalanya Sanfiko Chen .

Sanfiko Chen tidak membalikkan badannya. Dia pun berdiri terdiam disana, dan langit yang terlihat tidak jauh pun mulai memudar. Pantulan cahaya dari matahari yang terbenam merancang seluruh gunung sampah dengan cahaya warna-warninya.

Seorang pemuda kurus meleset kemari dari satu sisi tumpukan sampah tersebut dan kemudian sekilas melihat Sanfiko Chen yang sedang memakai pakaian yang sangat biasa. Kemudian pemuda kurus itu dengan cepat datang ke belakang mobil kontainer, membuka belakang pintu kontainer kecil dan kemudian masuk kedalam.

"Ha h… dia beneran sangat kaya. Meskipun aku tidak menghitungnya, tapi kemungkinan kurang-lebih sama!"

Setelah beberapa saat, si Tino berlari dengan sempoyang kesana-kesini hingga sampai ke arah pria paruh baya yang sedang mengarahkan pistolnya ke kepalanya Sanfiko Chen dan berbisik sesuatu kepadanya.

Pria paruh baya tersebut pelan-pelan mengangguk keplanya.

"Bahkan nenek keluarga Bai pun juga tidak berani menipu kita!"

Setelah dia selesai mengatakannya, dia pun seketika mengarahkan moncong lubang pistol yang hitam tersebut ke belakang tubuh Sanfiko Chen.

“"Jalan ... Ikuti aku ke gunung!”

SanfikoChen pun mengangguk kepalanya. Karena orang-orang ini memiliki hubungan dengan Hermanto sebelmunya, Sanfiko Chen sangat ingin melihat seberapa setia anak buah Hermanto kepada bos mereka. Mengenai 100 miliar ini, sama sekali bukan masalah besar bagi Sanfiko Chen.

Selain itu, Sanfiko Chen juga sangat ingin melihat seperti apa Yusdi, yang setiap hari telah menikmati kekayaan dan kehormatan ini, berubah menjadi seperti apa.

“Sial. Anak ini lumayan nurut ya, masih belum bisa melihat situasinya ya…”

Tino yang mengikuti Sanfiko Chen dari belakang, melihat Sanfiko Chen langsung berjalan ke atas gunung. Dia pun langsung tertawa terbahak-bahak.

Pada saat yang bersamaan, di dalam tawa terbahak-bahaknya masih terdapat sebuah kesenangan. Lagi pula, dia baru saja dia melihat kontainer yang terisi penuh dengan uang, penuh dengan uang tunai 100 miliar, dimana dia seumur hidup belum pernah uang yang sebanyak ini.

Selangkah demi selangkah menaiki gunung tersebut. Sanfiko Chen tentu saja merasa pusing dengan sakit tempat yang dipilih orang-orang ini. Tempat ini hampir menjadi tempat semua sampah di kota Penang, dan jaraknya sangat jauh dari pusat kota Penang.

Sehingga bisa dikatakan bahwa otak orang-orang ini benar-benar tidak bodoh. Tujuan memilih tempat ini juga bisa dikatakan, bahkan jika mereka dilapor polisi pun, orang-orang ini dapat dengan cepat membubarkan diri dan kabur. Sanfiko Chen pun berjalan di depan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dimana membuat keduanya orang yang berada di belakang sedikit tercengang.

Ketika mereka berada di pertengahan gunung, Sanfiko Chen dari kejauhan dapat melihat seseorang yang disekelilingi oleh sampah dan telah dikurung di dalam kandang yang sangat kumuh dan bau, si Yusdi.

Yusdi yang pada saat ini terlihat panik, dan sekarang sedang disiksa.

Ketika beberapa orang ini melihat dua orang mereka datang dengan membawa seorang pemuda, mereka pun seketika menghentikan perbuatan mereka. Pada saat ini, ada beberapa orang yang muncul dari sekitarnya. Sanfiko Chen pun mengagumi orang-orang ini yang siap mempertaruhkan segalanya demi uang 100 miliar.

Yang lebih mengejutkan bagi Sanfiko Chen adalah ketika dari jarak tidak begitu jauh, dia melihat seorang wanita yang memakai pakaian olahraga. Namun, ketika wanita ini melihat Sanfiko Chen, diapun segera berseru, seolah-olah dia sedang melihat hantu. Pada saat wanita itu berseru, seorang pria bertato dengan lengan pendek berjalan keluar dari ruang gubuk yang terletak di sebelah markas sementara mereka.

"Mengapa kamu berseru… kamu melihat hantu?

Pria bertato itu menampar wanita tersebut, sehingga wanita itu segera terdiam. Kemudian, dia berjongkok di satu sisi dan sekujur tubuhnya pun bergemetaran.

Tentu saja Sanfiko Chen sekilas mengenali wanita itu. Dialah si spesialis teh yang membuatkan teh untuknya dan Hermanto di hotel pada saat itu.

Tampaknya saat dia membunuh Hermanto langsung di depan matanya, dia lah yang telah mendapatkan pengaruh yang besar.

"Sanfiko Chen, bagaimana mungkin si sampah ini… sial ..."

Yusdi yang baru saja menderita dari penyiksaan mental pun menjadi sangat marah. Ketika dia melihat malah Sanfiko Chen yang berdiri di depannya, dia pun seketika menderu dan matanya penuh dengan amarah.

Tentu saja, pikirannya Yusdi telah mengalami perubahan semenjak dia disiksa tanpa henti selama dua hari ini, dan semua rasa sakit ini dia pendam di hatinya. Dia harus membalaskan sekeluarga kakak sulungnya . Jika bukan karena Sanfiko Chen dan sekeluarga kakak sulungnya, dia juga tidak akan pergi memprovokasi Hermanto itu. Jika dia tidak memprovokasi Hermanto, maka Hermanto tidak akan datang ke kota Penang, dan juga tidak akan terbunuh di kota Penang oleh Sanfiko Chen yang sialan itu.

“Plak plak plak…”

Aaa!

Tepat ketika Yusdi menderu, seketika ada seorang pria kecil mendayungkan tongkat besi ke kandang besi tersebut. Lagi-lagi suara yang menusuk telinga itu membuat sekujur badannya bergemetaran dan berteriak berkali-kali.

Dia hampir bisa menjadi gila dengan suara ini.

Orang-orang ini sama sekali tidak mempertimbangkan perasaannya. Asalkan hati mereka merasa kesal, mereka akan langsung menyiksanya sehingga membuat Yusdi benar-benar terdiam.

Dimulai dari permohonan yang begitu gila, hingga lama-lama menjadi ancaman kemarahannya, sampai akhirnya dia tidak dapat menahan lagi… Bahkan Yusdi pun bersumpah asalkan dia dapat keluar kali ini, dia akan menggunakan segala cara untuk membalas sekeluarga kakak sulungnya, terutama si Sanfiko Chen . Dia harus ditangkap dan kemudian disiksa hingga mati.

Pria bertato ini pun datang ke hadapannya Sanfiko Chen. Kemudian dia menyalakan sebatang rokoknya, lalu menghisapnya dan memandang rendah Sanfiko Chen.

“Kamu yang diutus nenek keluarga Bai untuk menyerahkan uangnya, bukan?”

Sanfiko Chen sedikit mengerutkan alisnya, tetapi masih mengangguk.

“Ha ha, aku masih mengira seberapa penting putranya ini. Aku pun mengira bahwa dia dengan sendirinya akan datang kemari… tapi, juga tidak buruk. Tino, uangnya tidak salahkan? "

Tino yang berdiri di belakangnya Sanfiko Chen pun mengangguk.

Pada saat ini, pria bertato itu pun perlahan-lahan maju kedepan dan menghembuskan rokok tersebut ke arah Sanfiko Chen.

“Nak, kamu berani sendirian datang kesini, berarti nyalimu sangat besar ya.”

“Katakanlah, kamu sudah melapor polisi atau belum!”

Pada saat ini, pria bertato tersebut mengatakannya seakan dia tidak begitu mempedulikannya.

Sanfiko Chen pun menggelengkan kepalanya.

"Sekarang uangnya berada di dalam mobil yang berada di bawah. Ini kuncinya. Orang-orangmu bisa langsung pergi dan membukannya. Sekarang kamu sudah bisa melepaskan Yusdi, kan?"

Sanfiko Chen tidak ingin berlama-lama disini. Bukan karena Sanfiko Chen sedang mencemaskan sesuatu, tetapi karena disini sungguh sangat bau. Ini sama sekali bukanlah tempat untuk tinggal bagi orang-orang.

"Ha ha ha. Nak, kami aja sedang tidak terburu-buru, mengapa kamu begitu terburu-buru, hah?"

Pada saat ini, Tino yang sedang berdiri di belakangnya Sanfiko Chen pun, seketika maju kedepan dan menendang Sanfiko Chen sambil mengutuknya.

“Plak plak plak…”

Aaa!

Pria bertato itu perlahan-lahan meletakkan tongkat besinya, sedikit pun tidak mempedulikan ekspresi rasa sakit Yusdi yang berada di dalam kandang besi. Kemudian, dia membalikkan badannya dengan rokok yang berada di mulutnya, lalu maju kedepan hingga sampai di depan hadapan Sanfiko Chen. Dia pun meremehkannya dan berkata, "Anak muda, aku akan memberimu satu kesempatan. Asalkan kamu berlutut dan memohon pengampunan, aku akan membiarkanmu pergi! "

Ketika Sanfiko Chen mendengarnya, dia pun merasa bahwa orang-orang ini tampaknya telah merencanakannya dari awal. Lagi pula, bagi Perusahaan Tianbai saat ini, menyandera Yusdi menurut mereka seakan telah mencekik tenggorokannya nenek Bai. Bahkan jika mereka mengajukan berbagai permintaan pun, orang-orang keluarga Bai pasti akan menyetujuinya. Juga karena inilah mengapa si pria bertato pun sama sekali tidak menunjukkan ketakutannya.

Tapi sangat jelas bahwa dia tidak tahu jika Sanfiko Chen yang mengenakan pakaian biasa ini, adalah Tuan Chen yang misterius itu, yang langsung menembak mati bos mereka, Hermanto.

“Jadi maksudnya kalian tidak ingin melepaskan kami, kan?”

Tiba-tiba, pandangan mata Sanfiko Chen berubah menjadi dingin.

Seketika, orang-orang ini pun tertawa ketika mereka melihat adegan ini.

Anak ini jangan-jangan masih ingin melakukannya di sini. Sekarang uang 100 miliar itu sudah berada di tangan kita. Dan kebetulan bisa mengurung anak ini di kandang dan meminta tebusan 100 miliar .

Tentu saja ini merupakan ide mereka sendiri.

"Sialan. Sanfiko Chen si sampah bajingan ini, kamu juga tidak melihat kamu sedang berada dimana, tidak bisakah kamu menjaga ucapanmu, hah? Jika kamu si sialan berani melukaiku, aku beritahu ya, aku akan aku akan langsung membunuhmu! "

Pada saat ini, Yusdi yang sedang dalam situasi menyedihkan di kandang besi tesebut, sangat marah dengan Sanfiko Chen yang sedang berdiri disana dengan pandangan wajah dingin.

Dia pun tidak bisa melepaskan depresi dan kemarahan hatinya. Dia tentu tahu bahwa orang-orang ini, satu per satu dari mereka tentu bukan orang baik. Asalkan dirinya mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, apa yang ditunggunya bukan hanya racun saja, tetapi juga penderitaan sakit mental.

"Ha ha ha… Nak, kelihatannya Yusdi bisa berpesta denganmu deh. Tetapi hari ini aku masih dengan perkataan yang barusan itu. Asalkan kamu berlutut dan bersujud kepada saudara kami, kamu akan dilepaskan. Lagipula, kamu telah menyerahkan uang 100 miliar kepada kami , dan aku juga tidak bisa mengingkari janjiku untuk tidak membiarkanmu pergi.”

Ketika dia berbicara, si pria bertato itu mengambil rokok di mulutnya dan membalikkan badannya.

Menurutnya, si pemuda jelek ini kemungkinan juga merupakan orang kecil dari keluarga Bai. Dia tidak memiliki nilai. Iseng- iseng mempermaikannya dan langsung menyingkirkannya. Lagian pula, uang 100 miliar tersebut sudah berada di tangan. Tidak perlu membuang tenaga di sini. Jika beneran membuat kak Aji yang berada di kota Penang merasa tidak nyaman, sesaat jika mereka beneran langsung dimusnakan, maka itu sungguh tidak berarti lagi.

Lagi pula, tujuan terutama mereka kali ini adalah mencari kekayaan. Dengan uang100 miliar kembali ke kota Meka, mereka juga dapat melakukan usaha besar.

Namun, Sanfiko Chen tidak memberikan si pria bertato ini kesempatan apapun.

Dia pun langsung maju selangkah kedepan, dan dengan satu tangan dari belakang mencekik lehernya pria bertato itu, sehingga langsung mengangkat ke atas pria bertato yang barusan sombong itu.

Aaa….

Uhuk uhuk…

“Aku…”

Pada saat itu, ujung rokok yang awalnya terletak di ujung mulutnya pun masuk ke dalam mulutnya ketika kepalanya terangkat dan mulutnya terbuka. Kemudian, dia pun menelannya hidup-hidup. Pada saat itu, wajahnya memerah dan sepasang tangannya tanpa henti menyentuh lehernya.

Itu tentu sangat sakit.

“Ini karena kalianlah yang duluan tidak jelas!

Di antara perkataannya, Sanfiko Chen pun menggunakan kekuatannya. Seketika sipria bertato itu tidak bisa menahan diri untuk menendangkan kakinya. Kemudian, semua orang pun dengan cepat menutupi lehernya, dan sepasang matanya pun bergaris darah…

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu