Menunggumu Kembali - Bab 161 Jika Tahu Aturannya, Biarkan Mereka Hidup

Menunggu hingga Jovitasari dan Puspita meninggalkan kamar ini.

Sanfiko Chen yang sedang berdiri di balkon, setelah melihat mobil tersebut menghilang dari pandangannya, dia pun pergi menghubungi Vira saphira untuk memberitahunya apakah dia bisa menghubungi bank untuk memberi pinjaman dua ratus miliar rupiah pada hari ini

Dia pun balik ke ruang tamu.

Michael yang berdiri di sana sedang melihat sepasang kata di dinding.

“Diam!”

Sanfiko Chen sering melihat ayah mertuanya menatapnya kata ini dan terbengong.

“Ayah…”

“Kamu baik-baik saja, kan…”

Michael pelan-pelan tersadar, kemudian membalikkan badannya dan memandang Sanfiko Chen.

“Sanfiko, masalah pinjaman uang kali ini, apakah kamu lagi yang membantunya dari belakang.”

Michael pun langsung bertanya tampa ada basa-basi.

semenjak saat dia diam-diam membeli seluruh bangunan Xianjiang Property, Michael merasa bahwa dirinya semakin tidak memahami menantu yang berada di depannya ini.

Dari sebelumnya yang diam, hingga dengan cara tidak biasanya pada saat ini.

Michael menyadari bahwa Sanfiko Chen lebih misterius dibandingkan yang dia bayangkan.

"Aku tahu kamu telah berhasil membujuk direktur Vira saphira untuk menjaminkan Industri Sorgum Sanjaya kami dan sisanya pun telah dibahas oleh Jovitasari.”

Sanfiko Chen tahu bahwa dirinya tidak bisa menyembunyikan apa-apa dari ayah mertuanya. Dia pun segera memngusap hidungnya dan berbalik.

“Sanfiko Chen, kamu lebih misterius dibanding perkiraanku, tapi aku masih dengan perkataan yang sebelumnya. Jika kamu berani melukai keluargaku, aku pasti tidak akan mengampunimu. Walaupun kamu adalah tuan muda kota Yanjing, aku, Michael tidak akan takut denganmu.”

Michael sebenarnya sedang tidak mengancamnya.

Walaupun dia tidak mempunyai posisi di rumah, dia adalah orang yang menepati janji istrinya. Tetapi dia pun selalu berhati-hati dengan rumah yang tidak mudah dijalankan ini.

“Aku paham, ayah!”

Setelah Sanfiko Chen selesai mengatakan kalimat ini, dia pun pergi keluar.

Untuk masalah pada hari ini, Sanfiko Chen pun merasa bahwa dia masih perlu mengaturnya.

Asalkan bank disana dapat segera mencairkan pinjaman uang tersebut, pasti ayah mertuanya yang akan mengambil uang itu untuk menembusnya. Tentu saja, Sanfiko Chen tidak akan percaya bahwa orang-orang ini berhati baik. Dirinya telah membunuh ketua mereka, Hermanto dan mungkin saja pada saat waktu tiba, Michael yang mengambil seratus miliar rupiah untuk menebus orang tersebut akan mengalami kecelakaan.

Makannya Sanfiko Chen harus mengaturnya terlebih dahulu.

Dia pun menghubungi ponselnya Kak Aji…

Jovitasari tidak menyangka bahwa semuanya akan berjalan dengan sangat lancar. Pada siang hari, semua prosedur pun telah selesai dilakukan dan dia pun sudah selesai menandatangani kontrak pinjaman tersebut.

Selain itu, Thomas berjanji akan menaruh 200 miliar rupiah ke dalam akun perusahaan sebelum pukul 3 sore ini. Sisa 1.8triliun akan dicairkan pada setengah bulan kedepannya.

Puspita pun sangat senang dengan hasil ini, karena dia dapat mengambil seratus miliar rupiah untuk pergi menyelamatkan putra bungsunya pada hari ini. Akhirnya dia bisa merasa tenang.

Setelah pukul dua siang, akun perusahaan Industri Sorgum Sanjaya akan menerima pinjaman dua ratus miliar rupiah. Menurut perjanjian sebelumnya, 100 miliar akan dimasukkan ke dalam akun perusahaan sebagai cadangan, dan sisa 100 miliar akan sepenuhnya diubah menjadi uang tunai, dimana telah dimasukkan ke dalam truk besar yang telah diparkir di lantai bawah Industri Sorgum Sanjaya.

Sebenarnya, Puspita ingin segera pergi menebus uang tersebut, tetapi Michael tentu saja khawatir dengan ibunya, dan dia pun ingin segera menggantikannya pergi.

Jovitasari yang mendengarkannua pun merasa tidak ada yang bisa menghentikannya. Namun, Jovitasari pun melihat kekhawatiran di matanya Sanfiko Chen.

“Ayah, lebih baik aku saja yang pergi …”

Michael, yang baru saja membuka pintu mobil dengan memegang ponselnya Puspita pun, segera membalikkan kepalanya dan sekilas menatap Sanfiko Chen.

“Sanfiko, kamu…”

“Ayah, biarkan aku pergi saja. Jika orang-orang ini tidak masuk akal, aku juga bisa kabur dengan cepat.”

Sanfiko Chen mengatakan dengan senyuman tipisnya, dan kemudian berjalan ke sisi Michael.

“Sanfiko, kamu… kamu tidak boleh pergi…”

Jovitasari pada saat ini segera maju kedepan dan menarik Sanfiko Chen. Meskipun dia tidak tahu siapakah sebenarnya orang-orang ini, tapi orang yang bisa melakukanb tindakan menyandera pastinya bukan orang baik.

“Tidak apa-apa…aku lebih mudah daripada ayah, ini bukanlah masalah…”

Puspita yang berdiri di sebelah melihat Sanfiko Chen melangkah maju dengan berani pada saat ini. Dia pun menjadi memandang Sanfiko Chen dengan tinggi.

“Tapi…”

Disini sudah tidak ada orang lain, sehingga Jovitasari pun hampir otomatis memeluk Sanfiko Chen.

Dia khawatir bahwa ayahnya akan mengalami kecelakaan ketika dia pergi, tetapi dia lebih khawatir Sanfiko Chen yang akan mengalami kecelakaan. Bagaimanapun juga, orang-orang tersebut adalah orang-orang yang tidak masuk akal. Jika tidak, mereka juga tidak akan melakukan tindakan menyandera dan pemerasan.

“Tidak apa-apa, aku akan segera balik…”

Setelah selesai mengatakannua, Sanfiko Chen sekilas melihat Puspita yang sedang berdiri di sebelahnya dengan wajah terdiam. Kemudian dia menghadap Michael dan mengangguk kepalanya, dan langsung mengambil ponsel yang diserahkan oleh Michael. Kemudian, dia masuk ke kursi pengemudi, mulai menyalakan mobilnya dan keluar dari pintu perusahaan tersebut.

“Ayah… Menurutmu apakah Sanfiko bisa dalam bahaya? Siapakah orang-orang ini? Bagaimana jika mereka melakukan sesuatu yang membahayakan Sanfiko?”

Pada saat ini mobil sudah berangkat. Jovitasari pun sangat khawatir dan bertanya kepada ayahnya.

Michael menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak apa-apa, Sanfiko pasti akan baik-baik saja.”

“Jika andaikan…”

“Kita tunggu saja. Jika Sanfiko Chen belum kembali sebelum langit menggelap, kita akan melapor polisi!”

Walaupun Michael sangat mempercayai Sanfiko Chen, tapi dia pun tidak bisa menjamin secara spesifik. Lagi pula, dia juga tidak tahu orang seperti apa yang menyandera Yusdi. Meskipun dia tahu alasan sebenarnya mengapa Yusdi disandera, tapi dia tidak tahu siapa yang telah diprovokasi Yusdi sebelumnya.

Tentu saja dia juga tidak tahu apakah Sanfiko Chen dapat sepenuhnya menghadapinya.

“Pergilah, kita pergi menunggu di perusahaan…”

Puspita pada saat ini maju dan berkata dengan lembut.

Kedua orang tersebut mengangguk kepalanya. Sekarang pergi memikirkan masalah lainnya juga tidak ada gunanya. Lebih baik mereka pergi ke perusahaan dan menunggu dengan tenang, menunggu Sanfiko Chen membawa Bai Yusdi kembali.

“Semoga Sanfiko naik-baik saja…”

Jovitasari mengepalkan tangannya, sepasang matanya yang indah itu penuh dengan kekhawatiran.

Ketika Puspita melihat adegan ini, dia semakin merasa bahwa orang muda yang bernama Sanfiko Chen tidak begitu mudah. Jika dia hanya dengan mudah menjadi menantu begitu saja, jika dia benar-benar sampah seperti yang ditertawakan oleh orang-orang itu, bagaimana mungkin orang seperti putranya, Michael bisa tenang denagnnya.

Selain itu, Jovitasari yang dikenal sebagai wanita tercantik di Kota Penang, bagaimana mungkin bisa rela pergi bersamanya.

Selain itu, dapat dilihat dari penampilannya hari ini bahwa dia sangat mempedulikan pemuda yang bernama Sanfiko Chen ini. Tampaknya setelah masalah ini telah diselesaikan, dia perlu pergi menyelidiki sejenak pemuda ini.

Walaupun Puspita merasa berterima kasih atas keberanian Sanfiko Chen untuk pergi mengambil uang tebusan agar dapat menebus Yusdi, tetapi justru karena keberaniannya lah yang membuatnya meragui Sanfiko Chen…

Dan Sanfiko Chen yang saat ini sudah sampai di tempat tujuan tersebut.

Sebuah perjalanan dari Kota Penang hingga ke gunung sampah.

Dari kejauhan belasan mil gunung ini, kak Aji, Danny dan yang lainnya dari awal telah menunggu di sana dengan membawa puluhan orang dan mereka pun sedang menunggu disana.

Tapi Sanfiko Chen tidak membiarkan mereka segera bertindak. Menurut pendapat Sanfiko Chen, orang-orang yang sedang membereskan Yusdi ini juga sekaligus ingin memberi pelajaran kepadanya.100 miliar ini akan diberikan kepada mereka. Ini bukan apa-apa, tetapi jika orang-orang ini bertindak gegabah, maka dia juga tidak bisa disalahkan.

Walaupun dia tidak memiliki perasaan yang baik dengan Yusdi, tetapi dia juga tidak memiliki perasaan yang baik untuk menangani anak buahnya Hermanto. Lagi pula, dia telah membunuh Hermanto, jadi tentu saja dia tidak peduli untuk membunuh satu per satu anak buahnya.

"Tuan sanfiko, mereka sedang berada di depan gunung sampah. Apakah kamu ingin aku membawakan orang kemari ..."

“Tidak perlu. Lebih baik kalian menunggu perintahku di tempat dan menutup beberapa persimpangan jalan keluarnya. Untuk jaga-jaga saja, tetapi asalkan mereka melakukan sesuai rencana, Biarkan mereka hidup. Lagi pula, orang-orang ini juga orang-orang kecil di jalanan. Tidak perlu membunuh mereka semua! "

“Paham Tuan sanfiko!”

Di sisi lain, kak Aji pun mematikan teleponnya, kemudian memberikan perintah kepada Danny dan Renard yang berada disebelahnya. "Kalian bawalah orang-orang untuk ke depan dua jalan raya nasional untuk menghalangi jalan tersebut. Usahakan jaraknya sejauh mungkin dan jangan membiarkan orang-orang ini menyadarinya.”

“Paham, kak Aji…”

Kak Aji pun mengangguk kepalanya dan kemudian melihat gunung sampah yang berada didepannya. Mau tidak mau, dia melemparkan ujung rokoknya ke tanah dan menginjaknya dan berbicara dengan diri sendiri. "Aku harap mata kalian dapat dibukakan. Ini adalah Tuan sanfiko, jika tidak, aku, Aji tidak akan memaafkan kalian!"

Sebelum Sanfiko Chen menyadarinya, dia pun menghubungi Kak Aji untuk menanyakannya. Dalam waktu singkat, dia bisa mencarikan orang untuk mencari tahu mengapa. Dengan cara menyamar, dia memberi tahu Sanfiko Chen bahwa kak Aji dan orang-orang ini sebenarnya saling kenal. Lagi pula, sebelumnya Hermanto adalah bos di Kota Meka, sedangkan kak Aji adalah bos di kota Penang. Kedua kota tersebut bersebelahan, jadi wajar mereka dapat saling mengenal.

Alasan mengapa membiarkan kak Aji menunggu perintah dalam kejauhan juga karena Sanfiko Chen melakukan pertimbangan untuk kak Aji.

Ketika Sanfiko Chen keluar dari mobilnya, dia dari jauh sudah dapat melihat kilatan cahaya yang sangat menyilaukan.

Cahayanya persis seperti sinar matahari yang telah dipantulkan oleh kacamata.

Tepat ketika Sanfiko Chen sedang bersiap-siap untuk berjalan menuju ke cahaya yang terletak di pinggang gunung tersebut, telepon Puspita yang berada di tangannya pun berdering.

“Kamu si bocah yang disuruh nenek keluarga Baik untuk menyerahkan uang kan…”

“Betul sekali!”

“Dimana uangnya?”

"Ada di belakang container. Seratus miliar rupiah dan tidak kekurangan sedikitpun… Jika kamu tidak percaya, kamu bisa kemari dan menghitungnya!"

Sanfiko Chen pun menunjuk ke belakang dimana terletak sebuah truk kontainer kecil yang barusan dikendarainya.

“Bagus…”

Suara di telepon tersebut tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin. Selanjutnya, telepon tersebut langsung dimatikan.

Dengan kata lain, Sanfiko Chen yang baru saja menjauhkan telepon dari telinganya pun, tiba-tiba merasakan sebuah moncong pistol yang dingin yang telah diletakkan di kepalanya…

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu