Menunggumu Kembali - Bab 143 Kamu yakin mau bermain dengan seperti ini?

Hah?

Ketika mendengar hal ini semua orang yang berada di dalam ruangan saat itu juga mulai ketakutan.

"Dia adalah Andi, tempat ini adalah wilayahnya!"

"Sekarang beberapa security ini akan menderita!"

"Yah, siapa yang bisa disalahkan? Ini semua karena security yang terbaring di lantai mulai menyerang..."

"Tidak ada cara lagi, Andi adalah seekor ular yang cukup terkenal di daerah ini. Tidak ada yang berani mencari masalah dengannya. Mungkin kalian tidak tahu bahwa Andi bahkan mengenal Danny dari kota Penang, itu sangat menyeramkan!"

"Kalau begitu ayo kita cepat pergi, mereka bukanlah orang yang baik..."

"Ayo, ayo..."

Pada saat itu juga, orang-orang yang awalnya ingin melihat keributan, satu per satu mulai bangkit untuk pergi.

Tetapi begitu mereka bangkit dan ingin berjalan keluar dari pintu, tiba-tiba terdengar deru mobil dari luar pintu. Kemudian satu demi satu sepeda motor berhenti di depan pintu, bahkan ada sebuah van juga berhenti di depan pintu.

"Ah..."

"Bagaimana ini..."

"Aku hanya sedang makan. Bagaimana ini bisa terjadi?"

...

Beberapa orang mulai ketakutan, lagipula mereka semua hanyalah rakyat biasa yang sedang makan. Siapa yang pernah berpikir bahwa mereka akan menghadapi situasi seperti itu, mereka tidak ingin menimbulkan masalah. Bagi Andi mereka adalah orang yang bahkan tidak bisa dihindari.

"Kalau begitu, Andi, apakah kamu pikir kita bisa membiarkan orang lain pergi dulu? Lagi pula, security yang tidak mempunyai mata bertanggung jawab untuk semua ini. Lagipula aku juga sudah menelepon bos Dindin, dia juga segera datang.”

Awalnya, manajer dengan beberapa orang bergegas datang, melihat bahwa Andi telah ditangkap oleh orang lain. Dia juga tahu bahwa masalah hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja.

"Yah, aku akan menghargai Dindin hari ini, orang yang tidak ada hubungannya bisa pergi."

Meskipun Andi kejam, tetapi dia juga tahu bahwa Dindin bukanlah orang biasa, karena dia tidak tahu bagaimana Dindin membangun hubungan dengan Danny, dan dia juga mendengar bahwa Dindin pernah makan bersama dengan Danny. Meskipun dia berbohong bahwa dia mengenal Danny, tetapi sebenarnya dia hanya melihatnya dari jauh, dan Danny bahkan tidak mengenal orang yang bernama Andi.

Jadi Andi tidak berani menahan semua orang di sini dan menyinggung lelaki hebat itu.

Lagipula, meskipun dia bingung, dia juga mempunyai bisnis, dan dia mengenal pemilik toko di sepanjang jalan ini, karena inilah Andi kebingungan. Jika orang-orang ini benar-benar ingin bersatu untuk menghabisinya, atau mengundang orang-orang dari kota Penang keluar untuk memimpin jalan umum, Andi hanya bisa lemas.

Ketika orang-orang mendengar ini, satu per satu bergegas keluar dari restoran. Mana mungkin mereka berani tinggal di sini? Bukankah itu namanya mencari mati?

"Hani, bukannya kamu di desa? Mengapa kamu datang ke kota, dan kamu tidak mencariku. Apa yang aku katakan sebelumnya?"

Chayadi yang setengah sadar menghibur wanita yang menggendongnya, dan kemudian menggigit giginya sambal berdiri.

Hani buru-buru membantu Chayadi berdiri dan menangis: "Ayah dan ibu mengatakan bahwa mereka membiarkanku pergi ke kota agar kita bisa sama-sama bekerja. Mereka semua sangat baik di rumah, tetapi ketika aku datang ke kota, aku dirampok oleh pencuri di stasiun, uang dan ponselku dicuri. Aku pergi ke Universitas Penang, security disana mengatakan bahwa kamu sudah tidak bekerja di sana, kemudian aku bertanya di mana kamu berada dia juga tidak tahu. Aku yang seperti ini, tidak bisa melakukan apapun. Untungnya, bos Dindin melihatku yang begitu menyedihkan akhirnya menerimaku bekerja di sini, memintaku membantu di sini, memberiku makanan dan membiarkanku tinggal di sini. "

"Hani sudah berapa lama kamu di sini?"

"Sudah lima hari."

Mendengar ini semua, air mata Chayadi mulai mengalir keluar. Kemudian dia melihat Andi yang berdiri di sana yang mengatasi luka di kepalanya.

"Di rumah orang tua Hani enggan memukulnya. Kamu bahkan memukulnya, aku ingin berkelahi denganmu ..."

Pada saat ini juga Chayadi segera menerobos ke arah Andi. Dia meraih piring di atas meja dan melemparkannya ke Andi yang sedang mengatasi lukanya.

"Kak Andi, hati-hati!"

Saat ini juga rambut kuning langsung menendang perut Chayadi.

Ah!

Chayadi ditendang dengan sangat keras, Sanfiko dengan cepat menangkap Chayadi.

"Jangan bergerak! Jangan bergerak!"

"Ah, aku tidak berguna, aku tidak berguna. Aku bahkan tidak tahu bahwa Hani telah datang selama lima hari, dan membiarkannya menderita di sini. Dia berani memukul Hani, aku akan membunuhnya!"

"Chayadi, Chayadi aku baik-baik saja, aku baik-baik saja ..."

Sanfiko dan beberapa orang lainnya tidak menyangka bahwa Chayadi sehari-hari terlihat seperti seorang pemuda yang bahagia, ternyata mempunyai amarah.

"Chayadi, Chayadi, tenang, tenang!"

Pada saat ini, beberapa orang menjadi tenang, Rinardo melihat ada banyak orang. Sekarang ketika dia tahu bahwa pria yang berdiri di depannya adalah Andi, dia merasakan penyesalan, seharusnya dari awal dia harus menahan diri.

"Ha ha, menarik. Ini pertama kalinya aku melihat tim security bersatu. Jangan katakan bahwa aku tidak memberi kalian kesempatan. Sekarang kalian bisa pergi, aku tidak akan menghentikan kalian. Tetapi jika kalian terus lindungi si bodoh ini dan monster jelek ini, maka jangan salahkan aku karena tidak memberikan kalian kesempatan. "

"Kak Andi, buat apa berbicara sebanyak ini dengan security? Lihat sepatuku, dan wanita jelek itu hanya membuat orang takut."

"Haha, jangan khawatir. Lagi pula, kita baru saja selesai makan. Anggap saja ini seperti hiburan dan setelah makan harus bersenang-senang. Haha ..."

Sambil berbicara, Andi menatap beberapa orang dengan seragam security yang berdiri di sini. Kemudian, dengan lambaian tangan, tujuh atau delapan orang berambut kuning bergegas mengepung Sanfiko dan lainnya. Tampaknya selama Sanfiko melakukan sedikit gerakan, tongkat bisbol dan pisau semangka mereka yang dibungkus dengan koran akan langsung diarahkan ke mereka.

"Kak Andi, mengenai hal ini kita harus melihat harga diri bos kita, berilah mereka kesempatan. Jika kita melakukan serangan maka akan ada pertumpahan darah. Lagipula ini adalah sebuah restoran. Jika sesuatu terjadi, kita tidak dapat melakukan bisnis lagi. Jika kamu melakukan ini, bos Dindin akan kehilangan kekayaan. "

"Diam!"

"Tino, aku bilang manajer Zhang, aku masih belum mencari masalah denganmu, tetapi kamu telah menggunakan Dindin untuk mengancamku? Apakah kamu berpikir aku takut pada Dindin?"

Ketika manajer mendengar ini, dia dengan cepat melambaikan tangan.

"Tentu saja tidak, tentu saja tidak. Kak Andi, aku juga pekerja paruh waktu. Lagi pula, ini adalah tempat bos Dindin. Maksudku ..."

Andi menatap manajer itu dengan dingin, kemudian memandangi security dengan wajah yang mengejek, dan terakhir hanya fokus pada Sanfiko.

"Kamu…keluar!"

Sanfiko sedikit mengernyit, kemudian berjalan keluar.

"Sanfiko..."

"Andi, aku memberitahumu, ada masalah apa langsung hadapi kami saja. Jangan ganggu dia ..."

Rinardo langsung melangkah keluar, menghadapi pria yang berleher merah dan berhenti di hadapan Andi berteriak.

Bang!

Pada saat yang bersamaan juga Rinardo ditendang dari belakang, tubuhnya terbaring di atas panci sup, dia kepanasan sambil berteriak dengan dengan keras.

"..."

Sebelum dia membuka mulutnya, dua orang berambut kuning segera mengatup mulutnya, dengan gulungan kertas toilet dimasukkan ke mulutnya.

"Nak, apakah kamu pemimpin mereka?"

Sanfiko tidak berbicara.

"Menarik, jangan bilang aku tidak memberimu kesempatan. Ayo, buka kakimu ..."

Andi membalikkan badannya, menyuruh wanita dengan make-up yang tebal yang baru saja menimbulkan masalah langsung berdiri di sana dengan kedua kakinya yang terbuka.

Di bawah lantai juga terdapat sup yang kotor.

"Ha ha!"

Setetes air liur terjatuh di lantai.

"Dari selangkanganku merangkak, aku akan membiarkan kalian pergi hari ini. Kalau tidak, aku akan membuat kepala kalian masing-masing terbuka, cih!"

"Sanfiko, jangan ......"

"Sanfiko, cih, ayo kita berkelahi dengannya. Palingan masuk ke rumah sakit!"

Pada saat ini, air mata Hani mulai terjatuh ke lantai.

Tapi begitu kedua security berbicara hal yang menyebalkan, mereka dipukul dengan tongkat baseball dan terjatuh ke lantai.

"Cih, pria seperti apa ini, tidak mau menyerang?"

"Apakah mereka tidak tahu bagaimana cara menulis kematian?"

"Cepat, jangan buat kak Andi menunggu ..."

"Ah, kak Andi, dia tidak tahan lagi. Tadi malam, kamu memukuli dia begitu keras sehingga kakinya mulai lemas ..."

Wanita itu ngos-ngosan, tetapi juga sengaja berjongkok, sikapnya menunjukkan bahwa menganggap dirinya sempurna.

"Beri kamu satu menit, cepatlah, aku tidak punya waktu untuk disia-siakan dengan kalian orang bodoh!"

Setelah mengatakannya Andi segera duduk di kursi yang berada di sampingnya, menyilangkan kedua kakinya, dan memasang wajah yang meremehkan.

Lagi pula, di matanya orang-orang ini bukanlah apa-apa, bahkan dia tidak ingin melihat mereka lagi, tetapi beberapa security bodoh ini berani memukulinya. Dalam hatinya, dia sama sekali tidak ingin melepaskan orang-orang ini. Pada saat ini, dia hanya sembarangan memilih satu orang untuk membiarkan dia memasukkan ke selangkangan wanita itu, dia hanya ingin bersenang-senang. Lagipula langsung memukul orang kemudian pergi, menurutnya kehidupan gangster seperti ini tampaknya terlalu membosankan. Dia masih perlu menemukan beberapa kesenangan untuk menginjak orang. Tidak peduli siapa yang diinjak, bahkan menginjak beberapa security bodoh memiliki beberapa kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan.

Andi mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan korek api.

"Sudah berapa lama?"

Andi duduk di sana sambil menghisap rokoknya dan berbalik badan melihat Sanfiko yang masih berdiri di sana. Dia bertanya dengan tidak sabar.

"Kak Andi, 30 detik lagi!"

Kak Andi menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya ...

Tiba-tiba orang yang berdiri disampingnya mengetahui maksud lambaiannya.

"Ha ha, apa kamu yakin mau bermain seperti ini?"

Wajah Sanfiko mulai berubah.

"Kamu ingin aku bermain seperti apa Andi? Apakah perlu kamu mengajarinya? Kamu hanyalah security yang bodoh, tidak berguna, cepat-cepat lewat..."

Setelah mengatakannya, kedua laki-laki itu meraih leher Sanfiko dan langsung menekannya!

Tindakan ini dilihat oleh bos Dindin, dan seorang pemuda kurus yang bergegas kemari. Sebelum pemuda itu bisa membuka pintu, dia bergegas menyerang pria berambut kuning yang mencoba menekan leher Sanfiko dengan tangannya sendiri.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu