Menunggumu Kembali - Bab 91 Melangkah Mundur Untuk Kebaikan

“Kamu bilang apa?”

Michael, yang sedang melakukan analisis data dengan beberapa pembuat bir di Maharayu, mendengar bahwa putrinya, yang sedang terburu-buru, berbicara tentang apa yang terjadi di kantor di pagi hari, tiba-tiba wajahnya murung, keningnya menunjukan keraguan.

“Apakah benar Sanfiko yang memukul?”

Michael dengan segera meninggalkan pekerjaannya, lalu dengan wajah serius menatap Jovitasari yang khawatir.

“Iya, ayah, Sanfiko melakukan ini karena mereka perkataan yang tidak enak, dan…”

Jovitasri takut ayahnya akan menyalahkan Sanfiko, dengan segera dia menjelaskannya, tapi tidak menunggu dia berkata, dengan segera Michael berjalan keluar kantor, sambil berjalan dia berkata dengan dingin: “Sekarang Sanfiko dimana?”

“Sanfiko, dia sekarang sudah pergi kerumah sakit, aku menyuruh dia pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan parah tidak”

“bodoh, bagaimana bisa kamu menyuruh Sanfiko kerumah sakit?”

Dengan segera Michael berjalan mengarah keluar kantor.

Beberapa orang tidak tahu Sanfiko itu siapa, semuanya berpikir bahwa Sanfiko adalah menantu yang biasa, bahkan Sanfiko hanyalah sampah, tapi Michael tidak akan lupa dengan napas dingin Sanfiko tadi malam, bahkan jika dia bernafas, dia bisa sesak nafas sesaat.

Orang seperti ini tidak bisa diperhatikan oleh orang seperti Yusdi, tapi di dalam kantor, Michael harus segera mencari Sanfiko, ingin bertemu dengan dia dan bertanya sebenarnya dia ingin melakukan apa.

“Ayah, Ayah….”

Dengan segera Jovitasari mengikutinya keluar.

Dan sekarang di rumah sakit.

Wanita tua Puspita berdiri didepan tempat tidur rumah sakit, melihat Rista berbaring dirumah sakit, mukanya yang merah membengkak sudah sedikit membaik, tapi masih bisa melihat sidik jari, dikeningnya ada luka yang sudah dijahit, dan masih ditutupi dengan kain kasa.

“Bu, kamu lihat, sampah itulah yang memukulnya, kamu bilang dia laki-laki, kenapa dia memukulnya begitu kasar, keluarga kami Rista tidak ada menyinggungnya.”

“Bu, pasti Jovitasari, Jovitasari selalu tidak senang melihat Rista, selalu ingin menginjak Rista, dia berpikir bahwa dia memegang darah kehidupan keluarga, dan Rista secepatnya akan memiliki akad nikah, lalu dia iri, karena iri dengan Rista, makanya Rista ingin dikalahkan, lalu menjelekan Rista, dan membuat orang lain tidak suka….. ibu…… kamu harus mendukung Rista!”

Pada saat Grecia berbicara air matanya jatuh.

Wajah Puspita saat ini sangat tidak enak, mukanya sangat ketakutan.

“Apakah benar Sanfiko yang memukulnya?”

Puspita dengan dingin bertanya.

“Bu, ini bohong, pada saat kejadian banyak orang dilapang, dan Yusdi juga ada, kalau gak percaya kamu boleh tanya dia….”

Yusdi dengan muka putus asa berjalan kehadapan Puspita berkata: “Ibu, Sanfikolah yang memukulnya, pada saat itu kami tidak menduga dia akan melakukan itu, Rista juga tidak mengatakan apa-apa, pada saat Jovitasari datang dia menampar wajah Rista, Rista menghindar, pada saat itu Sanfiko menghampirinya lalu menamparnya, dengan segera Yogi merespon untuk melindungi Rista, tapi Sanfiko menendangnya, Rista belum mengatakan apa apa dan lagi-lagi dia ditampar…. Sanfiko benar-benar sangat berani, dia sangat kejam, dia masih mengatakan ibu kamu juga…..”

Berbicara sampai sini mulut Yusdi berhenti berbicara.

“Dia bilang apa lagi? Katakan…”

Ketika Puspita mendengar cerita putranya pada saat itu juga dia sangat marah, dan sekarang Puspita sudah mengambil keputusan, untuk harus benar-benar membereskan Sanfiko.

“Dia bilang…. Dia bilang…. Ibu kamu itu hanyalah harimau kertas(kelihatan ganas tapi sebenarnya tidak ganas sama sekali), dia bilang jika bukan karena Jovitasari, perusahaan ini tidak ada sekarang, kita semua bergantung kepada Jovitasari, kita tidak ada apa-apanya tanpa Jovitasari!”

“Lancang sekali dia!”

Puspita mendengar perkataan ini, dengan marah dia langsung berteriak, ada kemarahaan yang sangat besar di wajah keriput itu.

“Bu, kamu harus tenang, jangan bikin emosimu menggangu kesehatanmu!”

Yusdi dengan segera membantu Puspita yang tersandung, dan pura-pura peduli.

“Bu, kamu pikirkan menantu sampah itu, dia orang seperti apa kita tidak tahu, masalah ini pasti sudah dirancang oleh keluarga mereka, dan bertentangan dengan keputusan ibu, mereka tidak setuju bu, melihat Yusdi dimasukin kedalam kantor, dan Jovitasari pasti sengaja pada pagi hari berjalan kebelakang untuk mendorong Rista.”

“Bu, kamu juga tahu, Perangai Rista itu selalu buru-buru, dia mengatakan apapun itu dalam keadaan tidak sengaja, tapi Sanfiko langsung memukulnya, ini pasti sudah direncanakan keluarga mereka, tujuannya adalah membuat kami untuk tidak berurusan dengan masalah perusahaan, lalu mereka bisa bermain-main.”

“Bu, kamu pikirkan, industri minuman keras Sumedang kenapa mau kerja sama dengan industri minuman keras Sorgum Sanjaya, meskipun aku tidak mengerti dengan kerja sama bisnis, tapi aku tahu di Penang ada industri minuman keras Cakra Surya, industri minuman keras Sorgum Sanjaya kita adalah perusahaan yang sudah dihancurkan oleh kakak besar keluarga mereka, kenapa orang lain ingin bekerja sama dengannya, kenapa hanya ingin membicarakannya dengan Jovitasari. Dan menyuruh Jovitasari untuk bertanggung jawab dengan proyek ini. Disini tidak tahu berapa banyak suap yang Jovitasari terima?”

Sekarang Grecia segera berkata tentang semua hal jni, meskipun itu hanya dugaan, tapi perkataanya seperti kenyataan.

Perkataan ini secara alami membuat Yusdi tidak bisa berbicara, jadinya Grecia tidak membiarkan orang yang ada dihadapan wanita tua itu berbicara, tujuannya adalah membuat wanita tua itu mengerti, harus menyuruh Jovitasari keluar dari perusahaan, hanya ketika perusahan berada dibawah kendali Yusdi baru benar-benar bisa dikendalikan oleh perusahaan keluarga.

Puspita berdiri, wajahnya murung.

Meskipun dia tidak terlalu mendengarkan perkataan Grecia, tapi dia sebenarnya sudah curiga dengan masalah ini sejak awal.

Namun disini bukanlah tempat yang pas untuk mengurus beberapa masalah ini.

Puspita berjalan kehadapan Rista, mengulurkan tangan mengelus rambut Rista, dan kemudian bertanya dengan penuh kasih sayang: “Rista, sakit gak?”

Pada saat ini air mata Rista mengalir, melihat nenek yang ada didepannya, dia menganggukan kepala, ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak bisa mengatakannya.

Rista yang berbaring diatas kasur, Puspita semakin merasa seperti ini, mungkin ada sesuatu masalah yang terjadi.

Dia sebelumnya tahu ambisi kakaknya, meskipun Jovitasari adalah wanita yang cantik, tapi mulai dari masalah ini dia melihat persamaan dengan jalan Michael, ini jelas bukan demi perusahaan keluarga, mungkin kali ini ada krisis besar di perusahaan keluarga, Luiz kepala industri minuman keras Sumedang merasa dilema masuk kesini.

Lagi pula pria bisa melakukan apa saja untuk wanita.

“Nenek…. Aku benar-benar tidak tahu dari mana aku menyinggung kakak Jovitasari, dia menyuruj orang memukulku, didepan begitu banyak anggota keluarga, bagaimana aku bisa bertemu orang nantinya.”

Saat Rista berbicara lagi-lagi air matanya jatuh, jatuh pada wajah yang masih bengkak merah, segera dia merasakan kesakitan.

“Tidak apa-apa, jangan khawatir, nenek tidak akan meninggalkan bekas luka di wajahmu dengan segala cara. Ketika Rista sudah sembuh, kamu masih tetap cantik.”

Sekarang Puspita melihat cucu kesayangannya seperti ini, dan segera hatinya merasa sakit, dan matanya memerah.

“Bu, Martin dari Purwokerto akan datang ke Penang dalam waktu kurang dari dua hari, bagaimana Rista bisa bertemu dengan orang?”

Grecia di satu sisi segera menyeka air matanya lagi.

“Biarkan lupakan masalah ini dulu, sekarang ini semua tentang cedera Rista dan Yogi.”

“Ah, aku percaya bahwa Martin bisa mengerti, lagi pula, ini adalah pertunangan yang dibuat oleh Tuan, tapi sudah bertahun-tahun tidak melihat murid-murid junior ini.”

Sepertinya menghela nafas, dan sepertinya sedang mengingat sesuatu.

“Aku pergi untuk melihat Yogi….”

Wanita tua itu sambile bebicara berjalan menuju kamar lain…

Setengah jam kemudian, Puspita duduk di mobil bisnis, di sampingnya adalah Yusdi yang memiliki wajah yang sangat buruk.

“Yusdi, tolong beritahu aku detailnya masalah ini pada saat setelah aku meninggalkan pertemuan pagi ini, jangan menambah-nambahkan ceritanya, aku juga tahu sediki masalah itu.”

Yusdi segera mengangguk, dan kemudian mengatakan konflik di pagi hari ini.

Setelah itu, Yusdi menambahkan kalimat lain.

“Bu, sekarang Sorgum Sanjaya adalah perusahaan Jovitasari saja, bahkan penjaga keamanan perusahaan hanya mendengarkannya, jika aku tidak tutup mulut tepat waktu di pagi hari, mungkin penjaga keamanan itu juga akan memukulku. Benar-benar hilang harga diri...”

“Terlebih lagi, Bu, aku khawatir aku tidak bisa menjadi wakil manajer umum, aku juga tahu situasi perusahaan saat ini, melalui masalah ini, kita harus berdiri berlawanan dengan Jovitasari, dan Sanfiko sekarang membual di perusahaan, Jovitasari adalah direktur umum, dia mengatur semua keamanan. Jika aku ingin menjadi wakil industri minuman keras Sorgum Sanjaya, mungkin sesuatu akan terjadi nantinya, dengan cara ini hanya akan ada kesenjangan antara industry minuman keras Sorgum Sanjaya dan industri minuman keras Sumedang, jika industri minuman keras Sumedang menarik investasinya, kita akan benar-benar malu!”

Harus dikatakan bahwa Yusdi memainkan peran yang bagus, dengan sengaja menunjukkan kelemahan dan membuat kemajuan dengan mundur.

Tentu saja, Bu Yusdi telah sepenuhnya menguasai karakter ibunya.

“Hum! Tidak menjajikan, kamu harus menyerah seperti ini, dan membiarkan Rista dipukuli oelh orang?”

Puspita menatap putranya yang berwajah putus asa yang ada di depannya dengan dingin, dan hatinya dipenuhi dengan kebencian dan sakit hati.

Apa yang terjadi di pagi hari berada di luar dugaannya.

Tapi orang seperti apa Sanfiko, dia tahu dengan jelasnya, Sanfiko memanfaatkan keluarganya dengan cara menjadi menantunya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dia adalah sampah, dia tiba-tiba memukul orang secara terbuka di perusahaan, dan di depan begitu banyak orang, dikatakan bahwa tidak ada seorang pun di belakangnya yang mengatakan kepadanya untuk tidak mempercayainya.

Tetapi jika masalahnya seperti itu, Jovitasari terlalu berbahaya..

“Bu, aku juga ingin berbicara kepada Rista dan Yogi, tetapi…….. Ahhh, sekarang kita berada dalam posisi yang lemah, kita tidak bisa impulsif………. aku yakin kamu lebih tahu daripada anakmu tentang situasi perusahaan, jika industri minuman keras Sumedang menarik modalnya sekarang, kita akan segera menghadapi kebangkrutan, ini bukanlah lelucon!”

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu