Menunggumu Kembali - Bab 191 Menantu mengajari kamu cara menjadi orang

"Tuan Sanfiko ..."

Melihat Rita tersenyum lebar dan berjalan menuju ke sisi Ardi. Danny yang berdiri di samping menghampiri sisi Sanfiko.

"Tuan Sanfiko , Ardi ini terlalu bodoh, anda bilanglah bagaimana cara yang bagus untuk memberinya pelajaran?"

Meskipun bisa dibilang ia tidak begitu punya rasa pada Ardi, tetapi bagaimanapun juga Ardi telah mengikuti Danny selama beberapa tahun ini, dan keduanya juga mereka berdua juga berasal dari kota yang sama, jadi mereka baru bisa mengatakan hal yang bagus di depan Sanfiko, membuat Sanfiko tidak terlalu menghiraukan masalah tentang Ardi, jika memang harus membuang Ardi ke Kota Tua, Danny juga tidak bisa menolak juga.

"Pelajaran? Hmm, kurasa ibu mertuaku sudah cukup baginya, lupakan saja ... kamu bantu saja aku untuk melihatnya dan atur mobil untuk membawa ibu mertuaku pulang ke rumah ..."

Setelah berbicara tentang Sanfiko , ia langsung pergi ke mobil bututnya yang sudah usang.

"Tuan Sanfiko , masih ada Billy, apakah kamu mau ..."

Saat Danny baru saja datang tadi, dapat dilihat bahwa Billy dan Sanfiko ada sedikit kesalahan. Saat ini, Sanfiko senang telah terlepas dari Ardi, tapi kali ini tidak mungkin ia pergi dengan tangan kosong.

"Umm, hajarlah sebentar lagi, lalu berhenti."

Sejujurnya, Sanfiko sama sekali tidak mempedulikan Billy. Dia berbicara dengan santai sambil mengendarai mobil aki yang sudah usang dan kemudian meninggalkan Lapangan Kota Penang. Dia melirik jam dan jam menunjukkan pukul enam, ia pun dengan cepat pergi membeli iga, pulang ke rumah dan memasak untuk Jovitasari.

Di sisi lain, Rita berjalan dengan sombong dan memanggil Ardi yang berkeringat, dan bertanya: "Tuan Ardi, Anda baru saja blang bahwa Anda yang paling mementingkan integritas dalam berbisnis, Jadi apa uang semua orang akan dikembalikan? "

Ardi mengangguk.

"Tidak begitu, Rita, kamu harus menjelaskan kepada Tuan Ardi. Apa yang kami bilang sebelumnya adalah kami meminta uang kami dikembalikan dan juga ingin mendapat bonus. Tidak adil, kamu dapat bonus, tapi kami tidak."

"ituuu ..."

"Rita, menantumu sudah pergi, tidak mungkin kalian tidak memiliki hubungan dengan tuan Ardi?"

"Betul, jika uang kita tidak dikembalikan hari ini, itu berarti kamu dan Ardi bersekongkol untuk menipu uang kami..."

"Itu... Rita, aku tidak sangka kamu ternyata adalah orang seperti itu ... Padahal kami sudah menganggapmu seperti saudara perempuan... Aku memberitahumu segalanya dan semua hal baik telah kuberitahu kamu ..."

Rita baru mrengucap satu kalimat, tiba-tiba suara diskusi di sekitarnya langsung terdengar.

Lagi pula, paman dan bibi ini telah berdiri di sini selama seharian, hati mereka pasti marah dan juga mereka baru saja ditipu oleh Billy tanpa alasan. Bisa dibilang mereka masing-masing paman dan bibi semua sudah sangat kesal.

Rita bisa mendapatkan kembali uangnya dan juga diberikan bonus tertinggi, otomatis semua orang disana sangat marah.

Selain itu, saat ini, menantu Rita telah pergi, dan jelas semua orang menunjuk ke arah Rita semua.

"Semuanya jangan panik. Aku, Rita, seharusnya kalian tahu orang seperti apa aku. Sebelum berinvestasi di Perusahaan Mahkota Jaya, aku sama sekali tidak mengenal tuan Ardi. Itu semua hanya kebetulan, dan juga kita kan selalu bersama-sama. Bagaimana bisa aku berbohong pada kalian semua?"

"Tidak berbohong ... Kalau begitu suruh Tuan Ardi memberi kita bonus juga!"

"Beri kami bonus dan kami percaya padamu!"

Rita mengangguk, kemudian memandang Ardi dan berkata, "Tuan Ardi, Anda telah melihatnya. Sekarang mereka semua berpikir bahwa saya dan Anda sedang bersekongkol. Jika Anda tidak membayar bonus kepada semua orang, aku tidak bisa membayarnya. "

"Bonusku tidak perlu dibayar, tetapi kamu harus membayar bonus semua orang!"

"Kalau tidak, aku akan memanggil menantuku, menyuruh dia kembali kesini dan menyuruhnya menyelesaikan masalah ini..."

Sambil berbicara, Rita mulai mengeluarkan ponselnya.

Dari sikap Ardi pada Sanfiko barusa, bisa dilihat Ardi benar-benar takut pada teman yang dikatakan Sanfiko, dan dia berpikir bahwa dia masih bisa mendapatkan keuntungan dari Ardi.

"Dikembalikan, hahaha, tentu saja harus dikembalikan."

"Bonus, semua orang harus dibagikan, dan juga harus mendapat bonus tertinggi, hahaha ..."

Kali ini, Ardi harus menyerahkan uangnya untuk menghindari bencana, lagipula baginya, uang bukan masalah baginya, ia bisa menebus uang itu dengan membuka perusahaan baru.

Baginya, wanita di depannya adalah ibu mertua Sanfiko Chen, dan dia tidak boleh membuatnya tersinggung.

"Benarkah?"

Ardi segera mengangguk, lalu maju ke depan dan memimpin: "Bibi RIta, datang ke sini, kamu yang pertama, paman dan bibi harap antri, kita akan daftarkan satu per satu."

"Yeaaahh!"

"Bagus ..."

"Hidup Mahkota Jaya, Hidup Mahkota Jaya ..."

"Hidup Mahkota Jaya ..."

Tiba-tiba terdengar suara heboh di kerumunan.

Saat itu, Rita mengikuti Ardi ke meja register untuk mendaftar di depan, memanggil para akuntan, mulai menghitung, dan kemudian mengirim uang.

Ketika Rita melihat bahwa dia telah menginvestasikan ratusan juta dalam waktu singkat, dia merasa senang.

Dan teman-teman yang biasa berkumpul bersamanya, terlihat iri kepadanya.

"Terima kasih kepada menantu Rita kali ini ... siapa nama menantunya?"

"Sanfiko ... Sanfiko Chen ..."

"Uh uh uh, benar-benar baik, ia benar-benar rendah hati... Keluarga Rita memiliki menantu yang baik!"

"Ya ... benar ... kalau bukan karena dia, kita tidak bisa mendapat banyak uang sekaranf."

Saat itu, Rita ditemani oleh Ardi berjalan kea rah mobil mewahnya.

"Bibi Rita, aku akan mengantarmu pulang ..."

Rita waspada untuk sementara ini. Dia sekarang sedang membawa uang kurang lebih 4 miliar. Dia memandang Ardi dengan waspada.

"Tuan Ardi, tidak perlu, aku akan naik taksi saja ..."

Selesai berbicara, Rita berlari kearah yang berlawanan.

"Bibi Rita ... Hati-hati ada mobil!"

Saat menyebrang jalan ada mobil yang lewat, membuat Ardi takut.

Untungnya, Rita berlari langsung ke sisi yang berlawanan langsung naik taksi, lalu cepat-cepat pergi dari situ.

"Kenapa?"

Danny datang, menepuk bahu Ardi dan tersenyum.

"Kakak Danny, Tuan Sanfiko ..."

"Tidak apa-apa, Tuan Sanfiko juga tidak akan begitu peduli denganmu. Bisnis ini tidak boleh dijalankan lagi. Tidak bisakah Anda melakukan bisnis yang sehat saja? Sial ... saya masih ingat bukannya usahamu yang dulu juga lumayan baik? Meskipun menghasilkan uang yang tidak terlalu banyak, tetapi usahanya tetap stabil. Lain kali jika membuka usaha di Kota Penang lagi, jangan menyulitkanku lagi. Kali ini Sanfiko tidak terlalu peduli, jika kamu berurusan dengan orang lain lagi, tidak tentu akan mudah untuk dibicarakan!”

Ardi dengan cepat menyeka dahinya yang berkeringat, dan melihat yang sedang duduk dibelakang dengan kain lap mobil di mulutnya. Dia tidak lagi bergaya, dan kacamatanya pun sudah hilang. Mukanya merah dan membengkak, sangat memalukan.

"Kak Danny, Bocah yang menyamar menjadi Tuan Sanfiko ini mau diapakan?"

Danny dengan bercanda menendang kaki Ardi dan menjawab: "Hei, kau bocah, Kau punya otak, dan pandai memanfaatkan kesempatan. Tapi masih bisa kamu salah mengenali orang, aku juga hampir ikut percaya.”

"Apa aku yang salah mengenali orang? Bocah itu yang berpura-pura menjadi Tuan Sanfiko . Tidak, aku akan ikut membereskan orang ini bersama mu ..."

Ardi hari ini tidak ada mood lagi, itu sangat tidak mungkin, miliaran uangnya semua sudah dipakai untuk mengembalikan uang paman dan bibi, dia mungkin tidak sakit hati, semua bisa dimainkan oleh bintang film, tapi seperti ini sudah tidak ada lagi.

Dia menghitung semuanya kepada Billy.

"Oke, aku akan memulai usaha baru, dan cepat singkirkan perusahaan yang rusak ini."

"Yah, benar, Kakak Danny, bisakah kamu meluangkan waktu untuk menghubungi Tuan Sanfiko , aku ingin mengundangnya makan, dan berterima kasih padanya secara langsung ..."

"Ini, tergantung pada kesempatan..."

Setelah berbicara, Danny langsung masuk ke mobil di sebelahnya sambil bersiul.

Saat itu pengawal bertubuh besar Ardi mulai bertanya, "Kak Ardi, orang seperti apa sebenarnya Tuan Sanfiko itu, bahkan seorang Kak Danny pun takut padanya."

"Orang itu adalah ..."

Setelah Ardi mengatakan itu, dia masuk ke mobil dan meninggalkan tempat yang menyedihkan itu.

Ketika Jovitasari bangun, dan sudah jam enam sore. Dia bangun lalu minum seteguk air. Tidak ada seorang pun di ruangan itu. Jovitasari merasa bosan. Dia mengangkat teleponnya dan menelepon Sanfiko .

Saat akan menelepon, Jovitasari mendengar suara pintu terbuka, ia pun menutup ponselnya, dan segera berlari ke arah sambil mengenakan piyama dan sandal.

Begitu pintu dibuka, Jovitasari segera memeluk orang yang membuka pintu itu.

"Sanfiko , kamu sudah ..."

Karena Jovitasari ingin mengejutkan Sanfiko , dia menutup matanya, tetapi ia merasa ada yang aneh di pipinya.

"Ah ..."

Ia membuka mataku, dan ternyata bukan Sanfiko yang pulang, melainkan ibunya.

Saat itu, Rita berdiri di pintu dan menatap putrinya dengan heran.

Dipikir-pikir, bukankah seharusnya ia sedang bekerja?

Dan barusan ia saangat romantis, dan bibirnya memanggil nama Sanfiko

Itu ...

"Bu, kenapa..."

Jovitasari segera melepaskan tangannya dan berdiri satu sisi, mukanya memerah.

Rita segera masuk ke kamar, ia berjalan sambil marah-marah, "Kenapa, lihat aku, apa harapanku sudah pupus?"

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu