Menunggumu Kembali - Bab 147 Serahkan Kartu ATM!

“Apa yang Ibu lakukan?”

Seketika Jovitasari menjadi panik.

Andaikan kalian tahu ini adalah rahasia yang diberitahu Sanfiko. Ia tidak tahan dengan Ibu kandungnya mengatai Sanfiko seperti itu, sehingga ia memberitahunya. Awalnya ia ingin menggunakan hal ini untuk memberitahu Ibunya, bahwa masalah itu tidak yang seperti ia pikirkan.

Tapi siapa yang tahu setelah Ibunya mendengar teman Sanfiko yang memberi uang, ia muncul niat untuk merebut kartu ATM pemberian teman Sanfiko kepada Sanfiko.

“Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menelpon Sanfiko untuk pulang.”

Rita sama sekali tidak peduli dengan pencegahan Jovitasari, lalu naik ke lantai atas menghubungi Sanfiko.

Setelah melihat Ibunya menghubungi Sanfiko, ia langsung menelpon Ayahnya dan memberitahu sekilas masalah yang terjadi. Sekarang ia hanya bisa menaruh harapan pada Ayahnya.

Setelah Michael mendengar masalah ini, ia langsung memberitahu Jovitasari untuk tidak panik dan akan segera pulang setelah menyelesaikan masalah disini.

Sedangkan Sanfiko sedang menaikki motor akinya sambil mengantar Rinardo menuju rumah sakit, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di rumah.

Sanfiko bilang naik motor aki, apakah Rinardo memilik pendapat lain?

Sebenarnya ia menolak dalm hati, tapi ia menyetujuinya dengan senyum.

Baru saja setengah jalan, tiba-tiba telepon Sanfiko berdering.

Setelah melihat panggilan Ibu Mertuanya, Sanfiko segera mengangkat tanpa berpikir. Dalam hatinya berpikir, beberapa hari ini Ibu Mertuanya sedang sibuk di villa sana, jangan-jangan terjadi sesuatu?

“Apa yang terjadi, Ibu?”

“Apa yang terjadi? Sanfiko, kamu cepat kembali. Ada sesuatu yang ingin Ibu bahas bersamamu. Segera pulang ya.”

Awalnya Sanfiko ingin bertanya apa masalah yang terjadi, tapi Rita sama sekali tidak memberi kesempatan untuk Sanfiko, lalu mematikan panggilannya.

Rinardo yang berdiri disamping sudah mengetahui apa yang terjadi di rumah.

“Sanfiko, kamu pergi saja jika kamu ada masalah. Chayadi harus tak apa-apa. Aku saja yang pergi menjenguk.”

“Ini...”

“Pergilah, kamu pergi urus masalahmu. Setelah aku menjenguknya, aku akan memberimu panggilan.”

Sanfiko berpikir ada orangnya Danny yang menemani Chayadi, harusnya baik-baik saja.

“Baiklah.”

Seketika Sanfiko melihat sekilas dan tiba di Xianjiang Property. Ia berpikir apakah mau pergi liat villa pertama dan memberikan mobil Ferrari kembali, sebagai hadiah untuk Jovitasari untuk pergi bekerja.

“Kalau tidak, kamu naik motor akiku pergi?”

Mendengar ini, Rinardo sangat menolak.

“Tidak perlu. Aku naik taksi saja.”

Dalam hati Rinardo, motormu ini sama sekali tidak ada yang bisa mengendarainya. Ah, memang kalau orang ingin merendahkan diri, sama sekali tidak ada batasnya.

“Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Setelah kamu pergi, beritahu aku kondisi Chayadi. Oh iya, kamu beritahu Hani, agar ia menceritakan kondisi saat itu dengan jelas ke orang itu, biarkan mereka bantu untuk mencari. Harusnya telepon bisa ditemukan.”

“Hmm.” Rinardo mengangguk.

Melihat kepergian Sanfiko dan motornya, Rinardo tersneyum pahit.

“Sanfiko ini sama sekali tidak terlihat, sangat merendahkan diri. Untung saja hubunganku dengan ia baik.”

Ia memegang kepalanya lalu mengayunkan tangan untuk naik taksi.

Sanfiko berjalan kembali.

Setelah ia tiba dibawah dan ia sudah memberhentikan motornya, lalu ia menghubungi Danny.

“Pak Sanfiko...”

“Oh iya, aku lupa memberitahmu. Wanita tadi yang bernama Hani, itu adalah istri temanku. Lima hari yang lalu, saat ia tiba di Kota Penang, ada yang mencuri tas dan teleponnya. Coba kamu bantu aku cari. Setahuku, ada orangmu yang beraktivitas disana kan?”

“Pak Sanfiko bercanda saja. Tokoh kecil seperti diriku tidak bisa mengurus seluruh daerah Kota Penang. Tenanglah Pak, ini hanya masalah kecil, aku akan menyuruh orang untuk menemukannya.”

Setelah Sanfiko memutuskan panggilannya.

Disaat ini, Danny disebrang sana sedang berada di sebuah puncak gunung luar Kota Penang sambil menghubungi seseorang.

“Syaki, apakah lima hari yang lalu, ada orangmu yang mencuri sesuatu dari seorang wanita kampung?”

“Jangan berbohong kamu. Aku beritahumu, aku menginginkan hasilnya besok hari pukul seperti ini. Kalau kamu tidak menemukan orangnya, aku akan menguburmu.”

“Baiklah... pergilah.”

Setelah mengatakan itu, pandangan mata Danny sedikit menghilang sambil memandang Andi dan wanita itu.

“Andi, kamu sendiri yang mencari ini semua, tapi kamu mati bersama seorang wanita, sangat cukup bagimu.”

Wanita itu dengan kencang berteriak.

Andi langsung memberi tamparan keras pada wajah wanita itu, seketika wanita itu terdiam.

“Kak Danny, aku...”

“Tidak perlu berbicara apapun. Apakah kamu memiliki harapan? Jika aku bisa membantumu, aku akan membantunya.”

Mendengar ini, Andi berlutut dan bersujud di lantai.

Danny juga tidak berniat untuk membunuh Andi, tapi ia terlalu tahu dengan kepribadian Andi. Orang ini pasti berusaha membalas dendam, lagipula orang ini pernah melakukan kejahatan. Agar tidak membuat onar bagi Pak Sanfiko dan Danny hanya bisa melakukan ini.

“Ibuku sudah buta sejak lama, ia berada di kampung. Aku ingin...”

Sekarang wajah Andi sudah penuh dengan air mata.

Saat seseorang sudah mau mati, ia berharap untuk menghilangkan hal-hal buruk yang pernah ia lakukan, sehingga menyimpan semua kebaikan dan kesenangan.

“Kalau kamu tidak membuat marah Pak Sanfiko, mungkin aku bisa memberi jalan hidup untukmu, tapi aku terlalu tahu dengan dirimu. Setelah kamu mati, aku akan membawa Ibumu ke panti jompo kota ini, bisa makan dan minum yang baik, lalu juga membelikan kuburan untuk ia, agar setelah meninggal, bisa ditaruh disana.”

“Terima kasih atas kebaikan Kak Danny. Kehidupan selanjutnya, aku akan membalas kebaikanmu.”

Danny mengangguk dan berbalik badan, jalan menuju kebawah gunung dan berkata dengan pelan. “Langsung kubur saja.”

Setelah itu, Danny langsung pergi tanpa peduli suara teriakan wanita di belakang.

“Sudah mengetahui bisa terjadi, mengapa melakukannya dari awal?”

“Kak Danny, bagaimana dengan bawahan Andi?”

Tanya Wendy sambil mengikuti langkah Danny.

“Lepaskan saja, tapi biarkan mereka menjaga rahasia, apalagi identitas Pak Sanfiko. Siapa yang menyebarnya, akan dibunuh seluruhkeluarganya.”

Wendy mengangguk.

Danny duduk di mobil, lalu menghubungi Aji dan memberitahu masalah ini.

Hanya mendapat reaksi ‘Bagus sekali’ dari Aji.

Lalu Aji sama sekali tidak tahu kalau ada kalimat ‘Aku tidak ingin melihat kedua orang itu, kamu atasi masalahnya.’, lalu mengubur Andi dan pacarnya di hari itu juga.

Seketika ia tiba dirumah, ia bingung dengan suasana tegas di rumahnya.

Ibu Mertuanya sedang duduk di tengah sofa, lalu Ayah Mertuanya duduk disamping dengan ekspresi yang kurang baik. Adik iparnya berdiri disamping sambil melihat kedatangannya, lalu melihat dirinya dari atas sampai bawah.

“Kamu sudah balik, Sanfiko.”

Melihat kepulangan Sanfiko, Jovitasari segera berjalan dengan cepat kesamping Sanfiko. Entah mengapa ia ingin menangis setelah melihat Sanfiko yang tersenyum.

“Ada apa?”

Baru saja masuk, Sanfiko sudah merasakan suasan rumahnya yang kurang enak, lalu Jovitasari seketika menangis saat melihat dirinya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

“Sanfiko, jujurlah kamu.”

Apa?

Sanfiko semakin bingung setelah Ibu Mertuanya memasang ekspresi bertanya.

“Ibu, apa yang harus kujujurkan?”

Lalu Sanfiko melihat Jovitasari dengan tatapan mata yang penuh pertanyaan.

“Sanfiko, aku tak sangka kamu menyembunyikannya begitu dalam. Katakanlah pekerjaan apa yang kamu lakukan dulu? Terus berapa sisa uang yang ada di dirimu?”

Nusrini langsung bertanya.

Ia juga tercengang saat mendengar penuturan Ibunya.

Villa Xianjiang Property yang seharga 60 miliar dibeli oleh Sanfiko dan itu diberikan oleh temannya yang kaya. Sangat tidak logis, apalagi teman Sanfiko ini adalah pemilik saham terbesar Industri Bir Sumedang. Seberapa kaya orang itu?

Bahkan Sanfiko tidak pernah menceritakan temannya kepada mereka.

Lalu menyembunyikan uang dan menggunakan uang pemberian orang lain untuk memamerkan dirinya.

Nusrini makin meremehkan Sanfiko dan merasa kesal kepadanya.

“Apa yang kamu maksud, Nusrini? Aku sama sekali tidak mengerti.”

Sanfiko mengerutkan dahinya dan bingung dengan masalah yang terjadi.

“Sanfiko, kamu hebat sekali dalam berbohong. Aku beritahu kalau Kakak sudah memberitahu semua masalahmu kepada kita. Apakah benar kamu memiliki teman yang kaya, lalu kamu menggunakan uangnya untuk membeli villa Xianjiang Property?”

“Lalu?”

Sanfiko memandang beberapa orang didepannya, lalu baru sadar bahwa Ibu Mertunya menyuruh pulang karena masalah ini.

“Sanfiko, a-aku tidak sengaja. Aku...”

Jovitasari sangat menyesal dan air matanya masih mengalir.

Ia paling takut kalau Sanfiko marah dan menyalahkan ia memberitahu rahasia ini.

Rita menjulurkan tangannya kepada Sanfiko. “Keluarkanlah.”

“Ibu menyuruhku untuk mengeluarkan apa?”

Rita berkata dengan nada dingin, “Sanfiko, kamu masih saja berbohong. Kamu bilang apa barangnya? Kartu ATM. Serahkan kepadaku kartu ATM pemberian temanmu.”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu