Menunggumu Kembali - Bab 259 Oke, kalau begitu kamu tembak saja!

Dari kecil tinggal di Kota Yanjing.

Terlebih karena provokasi, Sanfiko Chen yang tidak dihargai sejak dia masih kecil, selalu menahan kesabaran. Jika bukan karena ibunya tiba-tiba menghilang dan meninggal, Sanfiko Chen mungkin masih bisa bersabar, selalu menyembunyikan identitasnya, dengan meninggalkan identitas sebagai anak jalang keluarga Chen.

Awalnya Sanfiko Chen kali ini tidak ingin seperti ini mengatasinya, tetapi orang-orang ini dengan sangat jelas mau berurusan dengan istrinya, terutama Robby.

Dan semua ini pelakunya adalah Juni, jadi Sanfiko Chen tidak bisa manahan diri untuk menamparnya.

Kalau saja dulu wanita seperti ini sangat jarang dia temukan, karena terlalu biasa dan sangat vulgar.

Tapi kali ini, Sanfiko Chen merasa perlu memberi peringatan kepada orang-orang ini, tentu saja dia harus membereskan beberapa halangan untuk istrinya. Jika tidak, jika suatu saat dia benar-benar meninggalkan Kota Penang, perusahaan istrinya akan diganggu oleh orang-orang ini. Dan orang yang disebut sahabatnya Juni ini, Sanfiko Chen juga memutuskan untuk tidak memberinya kesempatan utnuk menyakiti Jovitasari di kemudian hari.

Dia merendah hati, hanya untuk menyembunyikan identitasnya, agar orang yang dicintainya tidak tersakiti.

Dia dengan angkuh dan tidak ragu untuk mengungkapkan identitasnya, agar pada saat dia tidak ada, tidak ada yang berani mengganggu Jovitasari.

Orang-orang yang ada didepan mata ini tadinya selalu berpikir bahwa mereka dapat dengan mudah berdiri di atas kepala orang lain dan berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka lihat, tidak ada kemungkinan bagi hedonistik generasi kedua untuk berubah, dan satu-satunya hal yang dapat mengubah mereka hanya ada satu cara.

Dor Dor Dor ...

prakkk!

Ditatapan kebingungan hampir semua orang, Sanfiko Chen dengan mudah mengakhiri pertarungan. Para anggota yang disebut klub Sumedang Taekwondo dan pengawal keluarga Zhang ini hanyalah anak-anak di mata Sanfiko Chen. Kelihatannya tubuh besar dan kekar, tetapi sebenarnya mereka tidak bisa menolak, Sanfiko dengan sembarang meninju pengawal ini sampai jatuh hanya dengan tiga tinjuan dan dua tendangan.bahkan ada beberapa tangan dan kakinya patah, Pokoknya, tidak ada yang berani bangun lagi.

Pada saat ini, Sanfiko Chen tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang memandangnya seperti setan, dan berjalan selangkah demi selangkah menuju Robby yang berlutut kesakitan.

Melihat Sanfiko Chen mendekati dirinya selangkah demi selangkah, seluruh tubuh Robby gemetar, tidak lagi arogan seperti sebelumnya, yang tersisa hanyalah ketakutan.

Ya, disaat ini Robby melihat Sanfiko Chen yang berjalan ke arahnya, kedua matanya penuh dengan ketakutan.

Dia sudah tahu bahwa anak biasa yang ada dihadapannya ini, benar-benar bukan orang biasa.

Dan pandangan dingin itu membuat hampir seluruh badannya gemetaran, sangat menakutkan, orang ini, sebelumnya dia belum pernah melihat, pandangan itu seperti harimau ganas yang melihat seekor domba biasa yang pengecut.

"Kamu, apa yang ingin kamu lakukan ... aku katakan, jangan main-main, ayahku adalah Jacky ..."

Dorrr!

Sanfiko Chen sama sekali tidak menyuruh Robby mengatakan kata-kata yang terakhir, hanya langsung menendang perut Robby.

Ah!

Seluruh tubuh Robby gemetar, dan langsung jatuh ke tanah, kepalanya terbanting ke tanah, terdengar suara tembakan, ini sama saja dengan menyerahkan kepalanya ke Sanfiko Chen untuk dipenggal.

"Aku ...Sialan ..."

"Aku tidak akan membunuhmu duluan, kamu baik-baikla menunggu dan berlutut di samping Rudi, nanti akan ku bereskan kalian!"

Seluruh muka Robby memerah, kedua matanya penuh dengan urat merah.

"Kamu ... aku tidak akan pernah melepaskanmu, Sanfiko Chen, aku harus ..."

Namun Sanfiko Chen tidak terlalu mendengarkan omong kosongnya Robby, Robby hanya langsung menendang sampingnya Rudi.

Seluruh tubuh Robby gemetar, kesakitan, penghinaan, kemarahan, dan kebencian semua dihamparkan bersama, tetapi pada saat ini ia melihat pengawal yang berbaring di lantai, menahan napas dengan kuat, berlutut di sampingnya Rudi, menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa-apa.

Pada saat ini, segera beberapa orang muncul lagi di luar lobi. Semua pandangan belum sempat tertuju, tiba-tiba telah mendengar suaranya Rudi.

"Ayah, ayah, kamu sudah datang ... kamu harus membalas dendam untukku, orang ini ..."

Suara itu penuh dengan keluhan dan rasa sakit.

Namun, tepat ketika Rudi hendak berdiri, tapi Sanfiko Chen mengangkat tangannya dan menekannya kebawah.

Pada saat ini Rudi sudah berlutut dengan mati rasa di kakinya. Sanfiko Chen semakin menekan tanpa ampun hingga terjatuh berlutut di tanah.

Ah!

Robby yang masih berlutut dengan kaki yang berdarah tanpa henti, melihat adegan ini, jantungnya tiba-tiba menjadi dingin.

"Orang yang tidak tahu bahaya, sekarang kepala keluarga Tang pun sudah datang. Sih Randy ayahnya nya Rudi adalah panutan dari keluarga Tang di kota Sumedang. Aku akan menyaksikan bagaimana kamu mati nanti!"

Benarkan,Randy yang disaat ini masuk dan melihat adegan ini, terutama putranya yang dipaksa untuk berlutut, dan kemarahan di hatinya melonjak ke kepalanya.

Belum pernah menemukan orang yang begitu sombong dikota Sumedang, seperti kata pepatah, walau anda kuat tapi tidak bisa menandingi orang lokal, Randy benar-benar ingin tahu siapa yang begitu tidak ingin hidup lagi.

"Siapa yang menyuruh anakku berlutut? Apakah sudah tidak ingin hidup lagi?"

Berjalan memasuki lobi dan begitu melihat adegan ini, Randy tiba-tiba berteriak dengan wajah marah.

"Jovitasari, ini selesai. Aku ingin melihat bagaimana lelaki brengsekmu ini berakhir. Di kehidupan ini, bukannya kamu keras kepala jadi bisa seenaknya sombong. Masyarakat ini membandingkan uang, sumber daya, dan status. "

"Apakah kamu pikir lelakimu bisa membuat salah dengan keluarga Tang?"

Disaat ini Juni menutupi wajahnya yang bengkak oleh tamparan Sanfiko Chen dan berbicara dengan wajah yang dingin, dalam bayangannya dia sudah seperti melihat Sanfiko Chen ditekan ke lantai dan dipukul dengan tubuh berlumuran darah oleh orang dari keluarga Tang, seperti sudah mau mati.

Dan Jovitasari dipermainkan satu persatu oleh tuan tuan muda kaya ini.

"Jovitasari,kamu tunggu saja, akan kubuereskan jasad lelakimu."

Ketika Jovitasari mendengar ini, dia melihat Randy yang dengan galaknya itu masuk kedalam, dan di samping Randy diikuti dua pria paruh baya dengan wajah dingin.

Dengan segera hati Jovitasari tambah merasa tidak aman.

"Bajingan, kamu tunggu saja untuk mati!"

Ah!

"Kamu masih tidak melepaskan aku, lepaskan aku ... atau aku akan segera membuatmu mati tanpa dikubur!"

Melihat ayahnya berjalan masuk dengan wajah marah, saat ini mata Rudi penuh dengan kemarahan, dan tidak ada ketakutan lagi di hatinya.

"Kamu ..."

Ayahnya sudah datang, itu adalah hari kematian bocah luar yang tidak mengenal tingginya langit dan dalamnya tanah, bahkan walau ayahnya tidak membereskan anak ini, tunggu setelah dia pergi, dia akan segera mencari orang untuk membunuh Sanfiko Chen si bajingan ini!!

Ini adalah gagasan dalam benaknya.

"Apakah aku sudah menyuruhmu berdiri?"

Saat berbicara, Sanfiko Chen langsung menendang Rudi yang sedang berjuang untuk berdiri, dan tiba-tiba Sanfiko Chen menendang perutnya Rudi.

Pada saat ini, Reeu yang baru saja mau bertindak dan terhenti, tetapi sudah direbut selangkah lebih maju oleh seorang pria berbaju hitam di sebelah Randy.

Ah!

Uhuk uhuk ...

Prakkk!

Seketika kepala Rudi yang langsung di tekan ke tanah dengan kuat, tiba-tiba seseorang yang dingin dari sekelompok orang ini langsung menodong belakang kepala Sanfiko Chen dengan mulut pistol.

"Jangan bergerak!"

Melihat pengawal yang ada di samping Randy dan langsung mengeluarkan pistol dan menodong ke Sanfiko Chen, tiba-tiba semua orang yang ada ditempat gemetar dan mundur beberapa langkah.

Pada saat ini, hati Jovitasari langsung jatuh ke dasaran, Dia mengepalkan tangan dengan erat dan menggigit bibirnya dengan kuat, dan hampir sudah ada air mata di matanya.

"Haha, cari mati sendiri ... segera kepala lelaki kamu akan ... Dorrr ... terpecah-pecah ..."

Disatu sisi Juni melihat adegan ini, terbilang sangat gembira.

Lelaki yang dibawa Jovitasari ini ternyata berani memukulnya. Dia justru ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri kepala anak gila ini di tembak pecah oleh orang lain.

"Diam kamu!"

Jovitasari menghela nafas, lalu kedua matanya menatap Juni dengan dingin, dan kemudian menatap Sanfiko Chen yang berdiri di sana dengan pistol yang di todong dikepalanya, seketika air mata tidak terbendung.

"Huh! Pelacur ... tunggu saja, akan kubereskan jasad lelakimu.."

"Rudi, ayo berdiri!

Randy berjalan cepat di kejauhan, berkata dengan dingin.

"Ayah, aku ... ah ..."

Pada saat ini, wajah Rudi penuh dengan ketakutan, baru saja mau bergerak, tetapi paha nya langsung ditendang oleh Sanfiko Chen, tiba-tiba seluruh orang berlutut lagi di tanah.

"Jika kamu bergerak, aku akan membunuhmu!"

Wajah Pengawal itu segera dingin, dan mengacungkan lagi pistolnya ke kepala Sanfiko Chen dan berkata dengan dingin.

"Oke, kalau begitu kamu tembak saja!"

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu