Menunggumu Kembali - Bab 15 Keluarlah, Rumah Ini Tidak akan Menyambutmu Lagi!

Hatinya Albet Saputra pun merasa sangat bangga.

Dia tidak menyangka bahwa ayahnya sangat hebat. Dia sekali meneleponnya dan tidak menyangka bahwa masalahnya pun sesaat sudah diselesaikan.

Disaat dia sedang bergembira, teleponnya pun berdering.

“Ayah……”

“Nah, Albet, aku tidak dapat menangani masalahmu itu. Aku sudah seharian meneleponnya, tapi direktur Xu pun tidak mengangkatnya. Aku bahkan menelepon ke direktur Liu dan dia berkata bahwa dia tidak dapat menanganinya.

“Hah?”

“Kamu ini orang yang tidak berguna, sehari pun tidak pernah bekerja dengan benar di perusahaan, melainkan berkeliaran entah kemana. Cukup, aku disini sudah sangat sibuk, akan kumatikan teleponnya sekarang!”

Setelah selesai berbicara, ayahnya pun segera mematikan teleponnya tanpa menunggu penjelasan Albet Saputra.

“Apa? Bukan telepon dari ayah kah? Jadi orang ini……”

Disaat itu, Albet Saputra pun menjadi linglung.

Tetapi, saat Albet Saputra berjalan masuk ke kamar sakit, dia pun mendengarkan perkataan Rita dengan Michael: "Michael, penyakit lamamu kambuh itu karena Sanfiko Chen. Kamu pun mengetahui bahwa kamu sedang rawat inap. Sanfiko Chen seharian pun tidak datang berkunjung bahkan setelah dia menelepon. Saat dia datang pun, dia bukannya lansung menjengukmu melainkan entah kabur kemana. Benar-benar tidak bisa diandalkan. Menurutmu orang seperti ini bagaimana mungkin aku dapat dengan tenang memberikan Jovitasari kepadanya, dan kamu pun juga sakit. Dirumah sakit pun Albet Saputra lah yang mengurusnya, bahkan direktur Xu pun telah diundangnya untukmu, ditambah dengan dokter terkenal dari kota Yanjing itu. Jika tidak, kamu pun tidak akan sembuh dengan cepat.

“Betul sekali, kakak ipar yang murahan itu adalah sampah. Jelas-jelas ayah menjadi seperti ini pun semuanya salah dia. Tidak perlu dikatakan lagi bahwa dia tidak mencarikan dokter untuk ayah, dia bahkan tidak datang melihat ayah melainkan diam-diam kabur entah kemana. Semuanya ini pun telah dilakukan oleh Albet Saputra. Sekali telepon dan masalahnya pun langsung diselesaikan, dan bahkan masih menyusun kamar VIP ini untuk ayah.”

Dalam satu sisi, Nusrini pun mengatakan semua usahanya Albet Saputra sesuai dengan pendapatnya.

Disaat ini, Jovitasari hanya berdiri disana dan sama sekali tidak berkata apapun.

Laki-lakinya tidak memiliki kemampuan, jadi dia otomatis tidak punya hak untuk berbicara.

Pada saat ini, hatinya sungguh-sungguh membenci Sanfiko Chen, mengapa dia tidak dapat langsung mengambil inisiatif sendiri.

Namun, selama tiga tahun hidup bersama Sanfiko Chen, mau seberapa usahanya menjadi sempurna, dia terlihat sama sekali tidak dapat mengejar Jovitasari.

Sebuah telepon dari orang lain, direktur dengan sendirinya datang kemari untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit ayah, dan bahkan langsung mengatur kamar sakit VIP.

“Albet, kali ini aku sungguh telah merepotkanmu.”

“Umm, sama sekali tidak merepotkan kok. Paman Michael, masalah ini bagiku sungguh tidak sulit. Sekarang yang terpenting itu Paman Michael harus mendapat istirahat yang cukup. Masalah yang lainnya tidak perlu kamu pikirkan……”

Michael mengangguk dengan pelan. Hatinya pun telah menghapuskan kesan buruknya Albet Saputra mengenai semalam telah memberinya bir anggur merah palsu.

Bagaimanapun juga, dari yang dia dengar barusan, Albet Saputra lah yang telah menangani semua masalah ini.

“Aku akan menyetujuinya. Asalkan Albet Saputra yang mengundang dokter terkenal dari kota Yanjing untuk mengobatimu, aku akan langsung mengizinkannya menikah dengan Jovitasari kami.”

“Mengenai masalah ini, apakah kamu menyetujuinya?”

Disaat ini Rita sama sekali tidak segan-segan. Dia langsung bertanya kepada Michael yang baru saja bangun dihadapannya Jovitasari dan Nusrini.

Setelah Michael mendengar istrinya berkata demikian, dia pun segera terdiam.

“Jovitasari pun sudah menihkah selama tiga tahun, sesuai dengan perkataanmu.”

Walaupun Michael juga menyukai anak muda ini, yaitu si Albet Saputra, tapi dari awal Michael sama sekali tidak berkepikiran untuk menjodohkannya dengan Jovitasari. Dia malah berkepikiran apakah dia dapat menjodohkan Albet Saputra dengan anaknya bungsunya.

“Jadi apa masalahnya, tunggu kamu keluar dari rumah sakit aku akan langsung menceraikan mereka berdua.”

Rita pun segera membalikkan badannya dan meliat Jovitasari saat dia berkata demikian.

“Jovitasari, kebetulan sekali si sampah itu tidak berada disini, kamu langsung saja menyatakan pernyataanmu di hadapannya Albet dan keluarga ini. Apakah kamu akan bercerai?”

Artinya tentu saja sangat jelas, yaitu ingin Jovitasari segera memberikan jawabannya.

“Ibu……”

Jovitasari sungguh dalam keadaan dilemma. Sekali berpikir bahwa dia akan bercerai dengan Sanfiko Chen, dia tidak mengerti mengapa hatinya tiba-tiba merasa sangat sakit.

“Kenapa, jangan katakan bahwa kamu sudah mencintai sampah itu? Coba katakan ke dirimu sendiri, apa yang telah diperbuatkan sampah itu kepadamu dan keluarga kami selama tiga tahun ini? Kamu juga dapat melihat dengan matamu mengapa ayahmu bisa nginap dirumah sakit? Tapi dimana si sampah itu berada sekarang? Apakah ibu akan merugikanmu? Tiga tahun yang lalu, kamu bilang bahwa kamu tidak sedia bertunangan dengan James Rong. Demi kamu, aku dan ayah pun menurutinya, walaupun kita tidak ragu-ragu untuk memputuskan hubungan dengan keluarga lainnya. Kamu pun bertekad ingin menikahi Sanfiko Chen. Apa yang dapat kami katakan? Namun, walaupun kamu memiliki maksud baik, keluarga kami sudah membiarkannya menghalangimu selama tiga tahun. Apa yang masih perlu kamu ragukan?

“Betul sekali, kak, kamu bilang bahwa dirimu adalah wanita cantik di Penang ini. Ingin menjadi menawan ada menawannya, ingin uang tapi juga tidak berkekurangan. Kamu mengapa bisa tertarik dengan Sanfiko Chen si sampah itu? Alangkah baiknya jika ada Albet Saputra yang ganteng ini. Aku akan mengangkat kedua jempolku untuk kalian berdua bersama-sama. Pada saat itu, aku pastinya akan ada penanggung yang kuat. Lihatlah siapa yang akan berani mengganggu aku…… Hahaha.”

Walaupun satu sisi wajah Albet Saputra menunjukkan ekspresi yang canggung, tapi hatinya malah melompat kegirangan.

Dia menginginkan hasil yang seperti ini. Pertama urusin dulu ayah, ibu dan adikmu, kemudian kekhawatirannya bukankah tinggal urusin kamu?

“……”

“Jangan katakan yang lainnya. Aku hanya menginginkan kamu memberiku jawaban kepastian. Jika kamu tidak menyetujuinya, aku akan langsung lompat dari sini!”

Saat berbicara demikian, Rita pun langsung berlari menuju ke jendela.

“Ibu, ibu, aku setuju. Aku setuju akan menceraikan Sanfiko Chen!”

Setelah selesai mengatakan kalimat ini, Jovitasari berdiri disana dan merasakan seperti seakan-akan ada sesuatu di dalam hatinya yang dengan cepat telah meninggalkannya.

“Haha, ini baru keputusan yang benar. Tunggu hingga ayahmu keluar dari rumah sakit, kamu akan segera bercerai!”

Jovitasari tidak mengatakan apa-apa dan Michael di satu sisi hanya berbaring di ranjang. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dikatakannya dalam situasi ini.

“Haha, paman Michael, istirahat yang cukup ya. Bibi, masih ada masalah yang perlu kuselesaikan di perusahaan, aku duluan pamit ya. Jika ada suatu masalah, kamu boleh menghubungi aku.”

Pada saat ini, Albet Saputra merasa agak canggung. Dia pun segera memikirkan alasan untuk pergi. Di sisi yang lain, dia juga ingin segera menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi hari ini?

Jika bukan ayahnya yang melakukannya, jadi siapa lagi?

Mengenai Sanfiko Chen, orang ini dari awal sudah otomatis disingkirkan oleh Albet Saputra……

Apakah mungkin itu keluarga Bai?

Tapi siapapun yang melakukannya, dialah yang pertama mengambil kreditnya.

“Baiklah, baiklah, Albet, perusahaanmu sangat sibuk jadi kamu boleh duluan pamit. Jika ada waktu luang, berkunjunglah ke rumah kami. Bibi akan memasakkan makanan yang enak untukmu.”

“Terima kasih bibi.”

Kemudian dia membalikkan badannya dan berjalan keluar kamar sakit.

“Cepat antar dia keluar…… Mengapa kamu malah terbengong?”

Selagi berbicara, dia pun dengan sekuat tenaga mendorong Jovitasari

Jovitasari pun ragu-ragu sejenak dan berjalan keluar kamar sakit.

“Presiden albet, tunggu sebentar.”

Walaupun Jovitasari barusan di kamar sakit telah bersepakat dengan ibunya untuk menceraikan Sanfiko Chen, sekalipun itu demikian, Jovitasari juga sama sekali tidak akan hidup bersama dengan Albet Saputra. Selama dua tahun bekerja di Perusahaan Indobeauty, Jovitasari sangat jelas mengenal bos muda yang baru saja kembali dari luar negeri setahun yang lalu. Di perusahaannya sendiri, terdapat empat atau lima gadis cantik dari divisi penjualan yang telah mempermainkan perasaan mereka.

Jovitasari bukanlah gadis yang bodoh. Secara alami, dia mengetahui orang seperti apa Albet Saputra ini.

“Jovitasari, mengapa kamu keluar?”

Walaupun mulutnya berkata demikian, tapi Albet Saputra malah dengan sengaja dan cepat mendekati Jovitasari. Dia bahkan dapat mencium aroma wangi pada tubuhnya Jovitasati yang begitu memikat dalam sekali napas.

“Itu, terima kasih untuk hari ini. Tapi jangan dianggap serius perkataannya ibu.”

“Jovitasari, aku tahu. Kamu jaga baik-baik paman Michael. Masalah di perusahaan kamu jangan khawatir, aku akan meminta orang lain untuk menyelesaikan tugasmu.”

Jovitasari mengangguk kepalanya, kemudian dia membalikkan badannya dan dengan cepat berjalan masuk ke kamar sakit.

Melihat bagian belakangnya Jovitasari, Albet Saputra merasakan aroma wangi saat dia menggenggam tangannya Jovitasari. Kemudian, dia meletakkan tangannya ke hidungnya untuk di endus. Setelah itu, dia tersenyum dengan tipis dan dengan cepat berjalan keluar rumah sakit……

……

Sanfiko Chen yang telah meninggalkan rumah sakit, langsung balik ke sekolah ruangan jaga.

“Sanfiko, kamu baik-baik saja?”

“Baik-baik saja ya? Ada apa……”

Sanfiko Chen melihat penjaga kurus kering yang berada di depannya yang sedang bertanya dengan cemas. Dia pun tercengang.

“Um, baiklah. Barusan Hensen bilang bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan keluargamu, makannya kamu balik duluan.”

Sanfiko Chen tersenyum dengan pelan dan kemudian membalas: “Bukan masalah yang besar.”

Dia sambil mengatakannya, sambil memakirkan motornya.

Tepat disaat Sanfiko Chen sedang memberesan seragam satpamnya dan berjalan menuju ke ruangan jaga, ponselnya pun berdering.

Saat dia mengangkat ponselnya, dari ujung sana terdengar suaranya Kevin Wijaya.

“Tuan muda Chen, penyakit ayah mertuamu sudah tidak parah lagi. Dokter Hendra sendiri telah menanganinya dan direktur Xu juga telah menyusun untuk memindahkannya ke kamar sakit VIP.”

“Emm, maaf sudah merepotkan tuan Kevin.”

“Hei heii, sama sekali tidak merepotkan. Satu lagi tuan muda Chen, apakah malam ini kamu ada waktu? Dokter Hendra ingin bertemu denganmu. Jika kamu tidak ada waktu, aku akan langsung membalasnya.”

Sanfiko Chen dengan pelan menghembuskan napasnya.

“Baiklah, aku selesai kerja pukul enam malam.”

“Baik. Kalau begitu aku akan mengirim orang untuk menjemput tuan muda Chen pada malam nanti.”

“Tidak perlu. Kamu kirimkan alamatnya saja sudah cukup. Aku bisa sendirian naik mobil pergi kesana.”

Kevin Wijaya sekali mendengar langsung tahu bahwa Sanfiko Chen ingin merendahkan dirinya dan tidak ingin terlalu menonjolkan dirinya. Dia pun segera tersenyum dan berkata: “Baiklah, baiklah, kalau begitu malam ini kita bertemu di Hotel Grandhatika. Walaupun kelasnya sudah sedikit menurun, tapi makanan yang dihidangkan lumayan enak, semuanya lebih ke makanan vegetarian. Tuan muda Chen kamu lihat……”

“Masalah ini kamu yang nanganin deh.”

Setelah selesai mengatakannya, Sanfiko Chen langsung mematikan ponselnya.

Mendengar kabar bahwa ayah mertuanya baik-baik saja, dia pun juga menghembuskan napasnya.

Akhir-akhir ini, Sanfiko Chen terlihat seakan-akan tidak melakukan apa-apa. Duduk di ruang jaga dan melihat beberapa majalah local telah menjadi kebiasaan sehari-hari Sanfiko Chen. Di rumah pun Sanfiko Chen juga suka membaca buku, tapi tidak ada yang memperhatikannya.

Saat Sanfiko Chen melihat bahwa Industri Sorgum Sanjaya terlibat dengan gugatan “minuman alkohol beracun”, dia pun sedikit mengerutkan alisnya.

Masalah ini sama sekali tidak pernah dibicarakan dan dirundingkan oleh ayah mertuanya di rumah……

“Aihh, ya sudahlah, lebih baik nanti malam dirumah bertanya ke Jovitasari. Jika ini masalahnya, maka ini merupakan masalah yang besar loh!”

Pukul lima sore, Sanfiko Chen pun sudah berjalan pergi. Dia pergi ke pasar dan membeli sayur terlebih dahulu sambil berpikir pertama pulang ke rumah untuk mempersiapkan makan malam dan kemudian baru ke tempat pertemuannya.

Lagianpula, Dokter Hendra telah menyelamatkan ayah mertuanya dan Sanfiko Chen sendiri tidak enak jika tidak memberinya muka.

Namun, saat Sanfiko Chen membuka pintu, dia langsung mendengar teriakan dan kutukannya Rita: “Keluarlah, kamu si setan, samapah. Keluarga ini tidak akan lagi menyambutmu untuk kedepannya!”

“Ibu……”

“Siapa ibumu, jangan sembarangan memanggil, keluarlah! Mulai dari hari ini, kamu tidak diizinkan untuk melangkah masuk ke pintu keluarga Bai ku!”

“Ibu…… Apa yang sedang kamu lakukan?”

Jovitasari yang sedang membereskan kamarnya, mendengar beberapa suara ini dan bergegas keluar.

“Ibu, aku sudah membeli sayur, jika diletakkan disini… …”

Melihat ekspresi menderita wajahnya Jovitasari, Sanfiko Chen juga tidak ingin karena dirinya penyebab perselisihan antara Jovitasari dengan orang tuanya. Dia pun meletakkan sayur yang dibelinya di depan pintu, membalikkan badannya dan turun kebawah……

“Sanfiko Chen……”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu