Menunggumu Kembali - Bab 357 Bajingan!

Pada saat ini, perkataan pria berkacamata itu membuat wajah pria paruh baya yang bergegas kehadapannya itu tenggelam, tetapi bagaimanapun juga, dia adalah orang pedesaan, yang mungkin tidak memiliki apa pun, tenaga masih ada, dan orang-orang ini sampai mengintimidasi orang-orang atasan di desa.

Datang ke desa hanya untuk mengambil orang, yang berarti mereka tidak memperhatikan penduduk desa Pelangi.

Saat memikirkan hal ini, segera pria paruh baya yang memimpin mengambil batu bata dan mengarahkannya ke pria berkacamata itu.

Panggg!

Pufff!

Pria berkacamata itu tidak bergerak sama sekali, seorang pria paruh baya di sampingnya memecahkan batu bata di tangan petani setengah baya itu dengan tinju, dan kemudian memukul perut penduduk desa itu dengan tinju, warga desa segera ke depan dan mengambil batu bata lalu melemparnya, setelah beberapa saat dia tidak bangkit.

“Hentikan mereka, jangan biarkan mereka pergi!”

Saat berbicara, penduduk desa yang hadir satu per satu marah, mereka mengambil “senjata” dan langsung mengepung orang-orang itu.

Panggg!

Ah…

Pria paruh baya itu langsung melangkah maju, dan langsung membuka kedua tangannya, dan kemudian dengan sekuat tenaga mendorongnya ke depan dan seketika penduduk desa itu terjatuh.

Tiba-tiba banyak penduduk desa mengalami luka ringan.

“Kalian cari mati!”

Awalnya, pria berkacamata itu tidak ingin memiliki konflik dengan orang-orang pedesaan ini, lagi pula, menurutnya, orang-orang ini tidak sepadan dengannya, tetapi yang tidak dia duga adalah bahwa penduduk desa ini masih ingin menghentikannya.

Dalam hal ini, dia secara alamai tidak akan tinggal diam.

Dan dia memutuskan bahwa jika orang bodoh ini masih berani, dia akan membunuh beberapa orang untuk ditunjukkan kepada mereka.

Bagaimanapun, bagi mereka membunuh orang adalah hal yang biasa.

……

“Novianto ini adalah bajingan…. Tapi di desa tidak ada yang bisa memerintahnya!”

Dan dibandingkan dengan tragedi keluarga Bayu saat ini, keluarga Daniel masih mengobrol dengan santai dan bersenang-senang.

Tepat ketika Sanfiko ingin bertanya tentang Eca secara detail, tiba-tiba bibi Ayu yang sebelumnya menggenggam tangan Rita dengan sangat antusias, tiba-tiba dia berlari kesini dengan panik.

“Bibi Ayu, kenapa kamu berlari dengan tergesa-gesa… cepat, kemari, minum secangkir teh… ini baru saja di buat Malda.”

Saat berbicara Daniel menghampiri bibi Ayu yang sedang terengah-engah.

“Tidak… ada masalah, keluarga Bayu dalam masalah!”

Sambil melambaikan tangannya untuk memberi tanda bahwa dia tidak akan minum teh, dia berkata dengan cemas.

“Kenapa?”

Saat ini Rita juga berjalan keluar dari pintu dan bertanya.

“Kalian segera pergi dan lihat, barusan ada beberapa orang berpakaian hitam datang, ketika mereka masuk, mereka ingin membawa Eca pergi, saat ini Bayu dan Nita dipukuli.”

Ah?

Mendengar ini, istri Daniel yang sedang sibuk memasak di dapur, juga berjalan keluar, wajahnya khawatir, bagaimanapun, dia berasal dari desa, sekarang Eca sudah gila, sekarang ada orang yang datang untuk mengambil Eca.

“Jalan, mari kita lihat…”

Ketika Sanfiko mendengar ini, dia mengerutkan kening, dia segera membuka mulutnya, lalu dia menarik Jovitasari dan berjalan keluar dengan cepat.

Alasannya sangat sederhana, meskipun sebelumnya Sanfiko tahu bahwa masalah ini terkait dengan penelitian obat genetik, tapi pada kenyataannya, Sanfiko tahu bahwa meskipun dilarang keras di Cina, masih ada banyak lembaga dalam penelitian rahasia, dan ini bukan rahasia lagi, bahkan beberapa konsorsium telah mengolah basis penelitian berskala besar.

Namun, gadis bernama Eca itu tidak biasa, meskipun obat genetik disuntikkan ke dalam tubuhnya, tetapi ketika Sanfiko memeriksanya sebelumnya, dia tidak bisa merasakan efek samping dari obat genetik pada tubuhnya, dengan kata lain, gadis bernama Eca mungkin memiliki antibodi terhadap beberapa obat genetik.

Jika demikian, mereka yang ingin menangkapnya, pasti memiliki hubungan langsung dengan kegilaannya.

Yang lebih penting adalah sebenarnya apa yang tertanam di otaknya?

Dengan keraguan inilah Sanfiko memutuskan untuk melihatnya.

Di sisi lain, setelah melewatu gelombang ini, penduduk desa yang sebelumnya kersa kepala perlahan menjadi tenang, mereka berdiri dan memandang orang-orang di depan mereka, dan tidak ada yang berani lagi.

Segera pria berkacamata itu perlahan-lahan melepaskan kacamtanya, dan bersiap untuk melangkah maju…

“Ah... lepaskan Eca, tolong lepaskan Eca, dia sudah gila, apa lagi yang kalian inginkan!”

Awalnya tidak tahu kapan, Nita bergegas keluar dari ruangan, dan kemudian langsung memeluk kaki pria berkacamata itu, dan kemudian memohon dengan air mata mengalir di wajahnya.

Pria berkacamata itu sangat kesal.

“Lepaskan!”

Suaranya dingin dan hampir tidak memiliki perasaan.

“Lepaskan Eca, Eca… segera bangun, segera bangun...”

Nita memeluk kaki pria berkacamata itu, dan mengulurkan tangan untuk membangunkan Ecai, yang sedang pingsan dipelukan pria berkacamata itu, wajahnya penuh dengan air mata.

“Ah…”

Bagaimana bisa Nita melepaskannya, sebagai seorang ibu, dia tidak bisa begitu saja menonton orang-orang yang tidak tahu dari mana membawa putrinya pergi.

Tetapi pada saat berikutnya, pria berkacamata itu langsung menendang Nita.

Kepala Nita menabrak pintu kayu yang tidak jauh dari situ, segera darahnya mengalir.

“Kalian…”

Tiba-tiba, diantara penduduk desa itu ada orang yang ingin melawannya.

Bagaimanapun, mereka semua berasal dari satu desa, penduduk desa tahu bahwa mereka mungkin bukan saingan, tetapi mereka masih ingin mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan Eca.

“Sudah… sudah…”

“Kalian tidak melihat diri sendiri. Masih ingin mengantarkan kematian, katakana lagi mereka datang untuk mengunjungi kita, mungkin Eca adalah anak ketiga dari orang lain, kalau tidak, bagaimana mungkin dia gila tanpa alasan, dia pasti ditemukan oleh orang lain, dan segera kembali… aku tidak tahan seperti ini!”

Sebelumnya, Novianto yang berlutut, sekarang menoleh.

Barusan, ayahnya bilang bahwa keluarga Eca telah menyinggung banyak orang, mereka dapat membunuh keluarga mereka ribuan kali dengan jari mereka, sebelumnya dirinya telah menyinggung orang-orang ini, sekarang dirinya harus mencari peluang untuk membuat kesan yang baik pada orang lain, dan mungkin nanti akan ada manfaat.

Tidak ada cara lagi, Novianto telah dididik seperti ini sejak dia masih kecil, pada saat ini, ia paling tajam dan jelas, dia layak menjadi putra kepala desa.

Pria berkacamata itu memandang Novianto berjalan ke arahnya, lalu dia menyeringai: “Kak, serahkan masalah ini padaku, aku akan membereskan orang-orang ini.”

Suaranya sangat kecil, tetapi pria berkacamata itu mendengarny, hatinya juga tersenyum, memikirkan bahwa bocah ini juga sedikit menarik, dan memberikan kedipan mata kepada bawahannya.

“Kalian masih tidak membuka jalan, jangan menghalangi...”

Saat berbicara, Novianto mulai mendorong beberapa penduduk desa yang menghalangi pintu.

“Minggir dulu, kalian tidak tahu apa yang terjadi, semuanya minggir, aku akan mencari tahu semuanya nanti, dan kemudian aku akan memberi kalian penjelasan... minggir dan biarkan mereka pergi dulu!”

Saat ini, penduduk desa tidak tahu harus berkata apa dalam hati mereka, memang, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jika Novianto benar-benar mengatakan itu, Eca adalah aak ketiga dari orang lain, dan kemudian dia menjadi gila, kemudian orang-orang ini datang untuk membawa Eca… Dan...

“Apa yang masih kalian lakukan, minggi… benar-benar tidak punya mata!”

Saat berbicara Novianto dengan cepat mendorong beberapa penduduk desa di ambang pintu, tetapi ketika dia berbalik dan membungkuk untuk membiarkan pria berkacamat itu pergi, tiba-tiba, dia merasa bahwa tulang pantatnya ingin retak, dan tubuhnya terbang, bukan hanya itu, tetapi juga pada saat ini, terdengar suara rendah dingin.

“Bajingan!”

Segera, Novianto langsung menabrak tong air besar di halaman, menjerit, menutupi kepalanya yang dipenuhi dengan darah, berbalik dan berteriak: “siapa itu, sialan menendangku!”

Aji yang berbadan kekar langsung berjalan ke hadapan Novianto, dan kemudian menampar wajahnya.

Aaa…

Dengan teriakan, Novianto yang tidak punya waktu untuk berbicara, langsung terhempas ke sudut oleh tamparan itu!

“Aku…”

Sebelum perkataannya diucapkan, Novianto langsung pingsan.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu