Menunggumu Kembali - Bab 117 Ciuman Tanpa Sadar

Nusrini berdiri di sana, ia memandang maserati yang memanas dan pergi, wajahnya juga sangat suram.

Menurut pendapatnya, hari ini tidak hanya Billy yang memalukan, bahkan ia juga merasa bahwa dirinya dicibir oleh banyak orang, seolah-olah cibiran itu semua mengarah padanya.

Ketika itu Nusrini berteriak pada Hary yang menentengi kantong belanjaan yang besar dan kecil:"Cepat, kita pergi..."

Hary terdiam membisu, namun ia sadar jelas bahwa Nusrini sedang berada di ambang batas amarahnya melonjak, ia amit-amit melakukan sedikit pun kecerobohan, lalu lekas menyeringai dan menyusurinya.

"Ketawa apa kamu... Kamu ketawain aku..."

Hary diam seribu bahasa.

"Tidak kok, Kak Nus, ayo pergi, kita pergi makan, aku traktir kamu makan seafood kesukaanmu..."

"Makan, makan apa... Kamu sama saja dengan sampah itu, Hary aku benci padamu, pergi sana..."

Pada saat ini Hary menyapu sekeliling mata yang tertuju padanya, sesaat ia merasa sangat canggung, dan mulai salah tingkah, namun ia merasa dirinya tidak bisa meninggalkan tempat ini sendirian dan bergegas menarik Nusrini.

Plak!

"Aku suruh kamu pergi, pergi!"

Semakin dipikir Nusrini semakin merasa bersalah, ia barusan melihat kakaknya sendiri yang tersenyum bahagia berbaring di atas punggung Sanfiko Chen, perasaan tidak nyaman muncul di benaknya.

"Aku..."

Hary sesaat merasa depresi.

Namun ia tak tahu mengapa saat melihat Nusrini mendadak berjongkok dan menangis, perasaanya ikut sedih.

"Kak Nus, ayo pergi..."

...

Sanfiko mengendarai mobil sampai Jalan Binjiang, saat itu waktu sudah sore, mereka berdua tidak pulang ke rumah.

Namun justru mencari warung di pinggir jalan untuk makan siang.

Selama itu mereka tidak banyak berbicara.

Sampai mereka duduk di kursi santai dekat Sungai Xiangjiang, cahaya matahari terbias di permukaan air sungai, bayangan pohon tepat menghalangi cahaya matahari bagi mereka, Jovitasari mengulurkan tangannya dan merangkul pergelangan Sanfiko Chen, lalu ia bersandar pada bahunya dengan lembut.

"Sanfiko, kamu marah ya? Hari ini aku sungguh tidak tahu... Pas pagi..."

Sanfiko Chen menoleh untuk melihat Jovitasari.

Pada saat ini jarak antara mereka berdua sangat dekat, Jovitasari hampir melihat jelas refleks dirinya di tengah pupil mata Sanfiko Chen.

"Jovita, kamu tidak perlu menjelaskan apapun, aku percaya padamu, selamanya percaya padamu!"

Seketika Jovitasari tidak sadar air matanya mulai berlinang, lalu ia menangguk pada Sanfiko Chen.

Kemudian ia merangkul lebih erat lagi pergelangan tangan Sanfiko Chen dan bersandar pada bahunya.

"Sanfiko, semalam memang mama yang sudah keterlaluan, kamu tenang saja, aku sudah menyembunyikan akta pernikahan kita, Sanfiko, aku juga tidak mengerti mengapa mama bisa berubah jadi begini, dulu ia bukan seperti ini."

Sanfiko Chen menyeringai tipis, lalu mengulurkan tangan dan menepuk bahu Jovitasari.

"Tak apa, tunggu sampai Xiangjiang Property selesai direnovasi, aku akan menyerahkan kunci rumahnya pada mama, sampai saat itu mama tidak akan memaksa kita bercerai lagi, apalagi aku mengerti sebenarnya mama merasa aku tidak berusaha, gagal, makanya dia baru bersikap seperti ini, tunggu sesaat lagi aku juga akan mencari pekerjaan, bekerja keras, pelan-pelan mama juga akan mengubah pandangannya terhadapku."

Jovitasari mengangguk.

"Sanfiko, sungguh mengesahkanmu, malam ini kita tidak perlu pulang untuk makan, kita makan di luar saja."

Sanfiko Chen menanggapinya.

"Nusrini adikku hari ini juga keterlaluan, sudah jelas-jelas tahu aku tidak suka pada Billy, ia masih sengaja membawaku ke Totem Square, kalau sejak awal aku tahu, aku tidak akan datang, sungguh menyebalkan."

Saat Jovitasari teringat adiknya sendiri yang menjebak dirinya, ia merasa jengkel sekali.

"Hehe, tapi menurutku Billy memang cukup tampan, apalagi dia teman sekolahmu, terlihat jelas ia menyukai Jovitaku!"

Suasana hati Sanfiko Chen sangat baik saat ini, semenjak menikah, ia tidak pernah melewati waktu santai dengan Jovita setenang ini.

"Sanfiko..."

"Aku serius, dan Billy itu memang benaran kaya raya, belum apa-apa sudah menghadiahkan maresati, menghadiahkan Perusahaan beauty."

"Sanfiko... Kamu masih marah..."

Seketika Jovitasari menengadahkan kepala dan menatap Sanfiko Chen, wajahnya sangat serius:"Sanfiko, kamu sudah bilang kalau kamu percaya padaku, apalagi si Billy itu buaya darat, aku tidak suka orang seperti itu, dibuat sampai gemeruh seperti itu, berisik sekali rasanya, jangan bilang memberiku perusahaan, mobil mewah apalah itu, kalau pun ia memberiku seluruh harta kekayaan bisnis keluarganya, aku juga tidak akan menyukainya."

"Memangnya kenapa?"

Sanfiko Chen menyipitkan matanya melirik ke wajah Jovitasari yang penuh keseriusan.

"Ahhhh... Sanfiko, kamu jahat, jahat..."

Pada saat ini Jovitasari juga melihat jelas bahwa Sanfiko Chen sedang menggodanya, ia lekas membalasnya dengan mengelitiknya.

Ini membuat Sanfiko Chen tertawa terpingkal-pingkal, ia mengulurkan tangannya dan memeluk Jovitasari dengan gembira, pada saat ini Jovitasari sibuk melihat kesana kemari, lalu wajahnya yang merona merah bersandar dalam pelukan Sanfiko Chen.

"Oh iya, Jovita, aku beritahu kamu sebuah kabar baik, mau dengar tidak?"

"Mau kok, aku tentu ingin mendengar kabar baik."

"Aku sudah menelepon teman sekolahku, lalu memberitahunya masalah tentang Industri Sorgum sanjaya, karena perbuatan pihak nenek memang cukup keterlaluan, ia bilang walaupun untuk sementara waktu tidak bisa mengajukan tuntutan, tapi kita harus memasarkan 'Anggur Terbaik Sorgum' yang pertama kali berhasil diracik, temanku bilang kantor pusat sudah membuat perencanaan terperinci, hanya perlu menunggu sampai sampel dari produk baru ini, setelah itu mereka akan mulai memasarkannya ke Cimahi, bahkan seluruh negeri, tapi sebenarnya malah mengulur waktu untuk kita."

Pada saat mendengarnya, Jovitasari mengangguk:"Ini memang kabar baik, tapi Sanfiko, aku dan papa sudah diusir dari perusahaan oleh nenek sekarang, ditambah lagi sekarang ini kita sama sekali tidak bisa memproduksi racikan baru 'Anggur Terbaik Sorgum', tidak perlu membahas soal keluarga yang telah menyinggung Master Peracik Anggur Kota Sumedang, di sisi masalah celah pada dana saja sudah tidak terpecahkan."

"Hehe, aku sudah pernah katakan nenek yang akan datang memohon padamu, kita 'kan sudah bertaruh untuk itu, apalagi aku sangat optimis pada 'Anggur Terbaik Sorgum' kali ini, karena ini dipromosikan oleh Industri Bir Sumedang, selama kita mengambil kesempatan kali ini, ada kemungkinan dapat membalikkan nasib keluarga kita sepenuhnya."

"Hei, soal ini aku dan ayah juga tahu, tapi..."

Di sela Jovitasari menghela napas, ia melihat wajah Sanfiko Chen yang menyeringai itu, sepertinya ia sudah mempertimbangkan masalah ini.

"Sanfiko, apakah kamu ada solusi atas masalah ini? atau bermaksud menarik perusahaan lain bergabung dengan Industri Sorgum sanjaya?"

Sanfiko Chen tidak menjawab, ia hanya tersenyum.

Pada saat ini Jovitasari sangat berharap untuk mengetahui jawabannya.

"Mau tahu?"

"Mau..."

"Kalau mau tahu kamu cium dulu suamimu, aku akan memberitahumu!"

Wajah Jovitasari merona merah saat mendengar ucapan ini, namun ia menyukai Sanfiko Chen yang seperti ini, melirik ke samping kiri kanan tidak ada orang, ia lekas mencium pipi Sanfiko Chen dengan lembut.

Kemudian ia menyusutkan dirinya duduk di sebelah, wajahnya merah padam seperti apel merah yang terlalu matang.

"Kamu asal-asalan sekali, gak kecium juga, aku 'kan belum siap, ulangi lagi..."

Sanfiko Chen tiba-tiba merasa sangat menikmati saat-saat seperti ini.

Selama tidak tahun akhirnya bisa relaks seperti ini.

"Ahhhh... Sanfiko, kamu jahat, kenapa kamu bisa begitu jahat..."

Ia sembari bersandar menutupi wajahnya yang tersipu malu, sembari tidak hentinya mengomeli Sanfiko Chen.

"Sudah sudah... Aku, aku bilang..."

Saat mendengar Sanfiko Chen minta ampun, Jovitasari baru membiarkannya, matanya yang cemerlang berkedip-kedip memandang ke arah Sanfiko Chen dan serius mendengarkannya.

"Sebenarnya aku dan Direktur Ning dari Perusahaan Group Shen pernah sekali bertemu, kemarin aku sudah menemui Direktur Ning dan membicarakan kondisi Industri Sorgum sanjaya, Direktur Ning bilang ia pikirkan terlebih dahulu, aku merasa ada kesempatan, awalnya aku ingin mengundang Direktur Ning untuk keluar makan malam semalam, tapi alhasil Direktur Ning tidak datang, tapi dia bilang dia akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Industri Sorgum sanjaya, dan akan segera memberiku kabar paling lambat siang ini."

"Direktur Ning itu, Vira Saphira ketua eksekutif wanita yang lihai dari Industri Group Shen?"

Sanfiko Chen mengangguk:"Kamu kenal?"

Jovitasari mengangguk.

"Hanya pernah bertemu, tapi sepertinya ia tidak mengenalku, apalagi Vira Saphira 'kan wanita yang terkenal sangat lihai di Kota Penang, masalah luar dan dalam Perusahaan Group Shen semuanya ditangani oleh dia, yang lebih penting lagi ia belum sampai tiga puluh tahun sudah memiliki prestasi seperti itu, benar-benar mengagumkan!"

"Hehe, saat aku pergi menjemputmu, Direktur Ning memberi kabar padaku, ia bilang sore nanti akan meneleponmu langsung untuk membicarakan tentang kerja sama secara terperinci."

Saat mendengar hal ini, sepasang mata Jovitasari tidak hentinya berkedip, karena terlalu girangnya ia mendekap Sanfiko Chen dan menciumnya dengan dalam.

Kali ini ciumannya sangat nyata, Sanfiko Chen dapat merasakan ciumannya.

Rasa harum dan manis mengumandang di tepi bibirnya.

Hah?

"Sanfiko Chen, kamu jahat..."

Seketika Jovitasari buru-buru berbalik, berdiri ke sisi lain, tangannya tidak hentinya mengukir lingkaran di atas gaun putihnya.

Pada saat ini pikiran Jovitasari kosong sama sekali, dalam lubuk hatinya seolah-olah muncul rusa-rusa kecil yang berlarian kesana kemari, meskipun ia sudah menikah dengan Sanfiko Chen tiga tahun lamanya, namun perlakuan yang begitu dekat dan mendalam seperti hari ini adalah pertama kalinya.

Barusan tanpa sadar ia mencium Sanfiko Chen, yang tidak akan pernah terjadi pada saat lalu.

Oleh sebab itu kali ini Jovitasari malu sekali, ia terus menunduk, pipinya yang merona merah membuatnya merasa sekujur tubuhnya juga ikut terasa panas...

Ketika Sanfiko Chen duduk di sana, lalu memandangi Jovitasari yang menundukkan kepala dan membelakanginya karena malu, perasaannya sesaat terasa geli, mereka tidak seperti suami istri yang sudah menikah selama tiga tahun.

Ini adalah rasa tersipu yang ada karena barusan membicarakan soal teman, Sanfiko Chen memandangi istrinya sendiri yang seperti gadis kecil yang tersipu malu membuatnya semakin menyukainya.

Sanfiko Chen mengerut-ngerutkan bibirnya, dan hanya bisa berkata perasaan seperti tadi sangat menyenangkan.

Tepat di saat Sanfiko Chen ingin mulai pembicaraan untuk menghilangkan kecanggungan, tiba-tiba ponsel Jovitasari berdering...

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu