Menunggumu Kembali - Bab 324 Ibu mengaku bersalah

Ah!

Jovitasari adalah orang pertama yang berteriak keras.

Dia langsung otomatis sadar betapa pentingnya gelang giok ini untuk Sanfiko, ia segera berteriak pada ibunya, "Bu, apa yang kamu lakukan, kamu ..."

Saat itu, sebelum Jovitasari sempat bicara ia sudah melihat Sanfiko melangkah maju perlahan, kemudian berjongkok di tanah dan mengambil gelang giok yang telah dipecah menjadi dua bagian.

Ia mengambil secara perlahan. Jovitasari melihat tangannya bergetar.

Dia tahu betapa sakitnya hati Sanfiko saat ini, tetapi tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan hati Sanfiko.

"Bukankah itu hanya gelang yang rusak? Kupikir barang yang begitu berharga!"

Nusrini berdiri di samping ibunya.

Rita memandang Sanfiko yang mengambil gelang yang sudah pecah menjadi dua bagian, dan segera berkata dengan dingin, "Apa yang aku lakukan? Aku kembalikan gelang ini pada Sanfiko ya. Bukankah ia bilang ini adalah barang peninggalan yang diwarisi oleh ibunya. Sangat disayangkan, jika aku tahu dari awal aku pasti langsung menyingkirkannya. Menyimpan barang itu di dalam rumah, aku merasa begitu sial akhir-akhir ini! "

Bagaimanapun, dalam hati Rita ia merasa bersalah karena sudah mengambil barang Sanfiko sembarangan, dan barang ini merupakan peninggalan ibu Sanfiko. Selama ini, dia belum pernah mendengar Sanfiko berbicara sesuatu tentang keluarganya, jadi tentu saja dia tidak tahu bahwa Ibu Sanfiko sudah tiada.

Sanfiko menampar wajah Rita. Perasaan panas di wajahnya membuatnya emosi di dalam hatinya muncul, hanya saja gelang itu sangat disayangkan, ketika dia mendengar bahwa itu adalah peninggalan, tidak terpikir olehnya. Ditambah lagi sekarang sudah rusak menjadi dua bagian.

"Setidaklah bicaralah beberapa patah kata!"

Meskipun Michael marah karena Sanfiko yang menampar Rita, tetapi ia tahu seluruh ceritanya, hatinya pun tidak bisa berkata apa-apa pada perbuatan istrinya. Bukankah itu mencari masalah?

Jovitasari berdiri di sana tanpa sadar dan merasakan hidungnya yang sakit.

"Sulit dipercaya ya? Siapa suruh ia ada di rumah kamu, hufftt, masih berani memukulku lagi, Sanfiko, sekarang kamu bisa ambil mainan rusak ibumu, dan pergi!"

Segera setelah Rita selesai mengatakan ini, Sanfiko berdiri di depannya, mencekik lehernya dengan cepat.

"Sanfiko ..."

Melihat ini, dengan segera Michael melangkah ke depan Sanfiko dan meraih tangan Sanfiko .

"Sanfiko , lepaskan ibu, apakah kamu gila!"

Nusrini segera berteriak.

Rita menatap Sanfiko dengan takut, kemudian menggengam tangan Sanfiko dengan erat berusaha untuk melepaskan diri, lalu dengan cemas berkata, "Sanfiko , lepaskan tanganmu, aku ibumu! Jika kamu tidak mau mengakuinya, kamu dan Jovitasari harus bercerai dan kamu harus Keluar dari rumahku. "

"Kamu masih tidak ingin melepas tanganmu!"

Saat itu, Rita juga ketakutan melihat tatapan Sanfiko, ia terus-menerus berusaha lepas dari cengkraman jari Sanfiko .

Tetapi saat ini, jari-jari Sanfiko seperti besi baja, sama sekali tidak bisa digerakkan sama sekali.

"Sanfiko , jika ada sesuatu yang ingin kamu katakan, lepaskan dulu ibumu. Semua orang disini adalah keluarga. Apa tidak bisa dibahas baik-baik?"

Michael menatap mata Sanfiko dengan dingin. Saat ini, ia sadar bahwa kali ini Rita telah benar-benar telah melewati batas kesabaran Sanfiko, dan menurutnya ini benar-benar kesalahan istrinya sendiri.

"Kak, kamu masih diam disana tanpa melakukan apapun? Kamu masih membiarkan Sanfiko mencekik ibumu dengan tangannya. Jika ibu terluka, aku ingin tahu apa yang akan kamu lakukan!"

Nusrini melihat perkataanya dan ayahnya tidak berguna, dan Jovitasari yang berdiri di samping, terlihat sedang kebingungan.

Jovitasari merasa sangat tidak nyaman saat ini. Harus diketahui bahwa saat ini di satu sisi ada ibunya dan di sisi lain adalah pria yang sangat dicintainya. Ia juga tidak ingin menyakiti siapapun.

"Jovitasari, cepat suruh Sanfiko lepaskan tangannya, ibu sudah mulai kehilangan napasnya!"

Saat ini, Rita benar-benar kesulitan bernapas, dan wajahnya memerah.

"Sanfiko ... kamu ... lepaskan ibu dulu, ada masalah apa ..."

Sanfiko menoleh perlahan dan melirik Jovitasari, lalu melepaskan Rita perlahan, kemudian berbalik dan mengambil gelang giok yang rusak itu keluar.

"Sanfiko ..."

Saat itu juga, Jovitasari menatap Sanfiko yang membelakanginya, dan tiba-tiba merasa tidak nyaman. Ia tahu bahwa Sanfiko akan segera pergi, ia berlari cepat ke belakang Sanfiko , dan memeluk Sanfiko .

"Sanfiko , apa yang kamu lakukan, jangan pergi!"

Sanfiko tidak melihat ke belakang, ia tiba-tiba memiliki perasaan di hatinya bahwa dia benar-benar tidak bisa cocok dengan keluarga ini.

"Jovitasari, apa yang kamu lakukan, biarkan ia pergi, aku tidak ingin melihat sampah ini lain kali!"

"Berani memukulku, dan juga ingin membunuhku ... Biarkan dia pergi!!"

Rita menjawab degan berteriak pada Sanfiko yang sedang membelakangi mereka. Pada saat itu, Rita tidak peduli, dia hanya ingin mengeluarkan rasa marah dan tidak menyenangkan atas perbuatan Sanfiko, terutama tatapan Sanfiko, ia belum pernah melihatnya sebelumnya. Seorang anak yang tidak bisa melakukan apa-apa berani melakukannya seperti ini, menamparnya, dan membuatnya tidak tahan.

"Bu ..."

Pada saat ini, Sanfiko perlahan melepaskan diri dari pelukan Jovitasari, dan kemudian dengan cepat berjalan keluar dari ruangan tanpa melihat ke belakang.Ketika dia keluar, dia langsung menutup pintu agar Jovitasari tidak mengejarnya.

"Sanfiko ..."

Jovitasari cemas, dia dengan cepat ia hampir membuka pintu, tetapi saat itu Rita langsung berjalan beberapa langkah ke depan pintu dan meraih tangan Jovitasari.

"Apa yang kamu lakukan ... apa yang kamu inginkan dari seseorang seperti ini? Aku memberitahumu Jovitasari, jika kamu masih menganggap aku ibumu, maka kamu harus menceraikan Sanfiko, ini benar-benar membuatku marah!"

Sambil bicara, dia menarik Jovitasari ke sofa di samping.

Saat ini, wajah Jovitasari dipenuhi dengan air mata, ia melihat ibunya yang sedang marah di depannya, tiba-tiba ia merasa aneh, bahkan lebih aneh daripada wajah dingin Sanfiko tadi .

"Bu, apakah kamu tahu bahwa gelang adalah satu-satunya yang peninggalan dari ibu Sanfiko ? Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya, tetapi kamu malah merusaknya."

"Bu, apakah kamu tahu perbuatanmu itu sangat tidak menghargai Sanfiko, bahkan telah melukainya secara langsung,"

Rita langsung emosi saat mendengarnya.

"Apa katamu, aku tidak menghormatinya, apakah dia menghormatiku? Aku menyakitinya? Jovitasari, Sanfiko yang kamu lihat malam ini, tidak hanya memukulku, tetapi juga ingin membunuhku. Apakah kamu buta?"

Selesai bicara, Rita segera duduk dan mulai menangis.

"kalian sudah dewasa sekarang, semua berpikir bahwa Ibu sudah tua dan tidak berguna, jadi kalian juga tidak khawatir lagi padaku ... Lalu ketika Sanfiko memukul aku, apakah ada dari kalian yang datang untuk melerai? Mencekik leherku, kalian tidak melihat itu tatapan matanya, tatapan ingin membunuhku ... apa kalian tahu? "

Awalnya, ada sesuatu yang ingin Michael sampaikan, tetapi kali ini ia tidak bisa menahannya, ia mengambil napas panjang dan balik ke dalam ruangan.

"Bu, seharusnya kamu tidak boleh seperti itu. Tidak semestinya ibu mengambil barang Sanfiko sembarangan, dan juga tidak seharusnya kamu merusak gelang Sanfiko ..."

Tetapi pada saat ini, Rita sudah menangis, dan itu menyedihkan.

"Karena merusak sebuah gelang? Aku langsung menjadi seorang kriminal. Kalian semua memberikanku ekspresi seperti itu, aku baru saja dipukul olehnya."

Saat berbicara Rita mulai menangis dan melanjutkan: "Jovitasari, kamu telah menjadi kebanggaan seorang ibu sejak kecil. Saat kamu kecil, kamu demam tinggi, di malam hari, saat musim dingin ..."

Jovitasari duduk di sana sambil mendengarkan, hatinya sedikit tersentuh. Meskipun dia sangat mengkhawatirkan Sanfiko dalam hatinya, tapi saat dia melihat bekas merah di wajah Rita dan bekas jari di lehernya, membuatnya sedikit menyalahkan Sanfiko.

Tapi dia juga tahu betapa pentingnya gelang giok itu bagi Sanfiko. Dan sudah rusak sekarang, ia pasti sangat sedih.

"Bu, baiklah."

"Jovitasari, kamu masih menyalahkan Ibu?"

Air mata Rita dan wajahnya yang bengkak tampak sangat menyedihkan.

"Bu, aku tidak menyalahkanmu, hanya saja kamu benar-benar melakukan kesalahan, kamu ..."

"ibu tahu, ibu tahu ibu salah. Aku akan meminta maaf kepada Sanfiko besok, hei ..."

Awalnya, Rita tidak tega untuk memberikan putrinya obat. Meskipun, aborsi itu berbahaya bagi tubuh orang dewasa, tetapi setelah semua ini, Rita telah mengambil keputusan setelah kejadian malam ini, ia tidak boleh mengandung anak Sanfiko.

Sanfiko sangat sulit ditebak dan sangat kejam, dia harus membuat putrinya jauh darinya dan membersihkan hubungan mereka sesegera mungkin.

"Bu ..."

"Ngomong-ngomong, Jovitasari, apa kamu telah menggunakan vitamin kehamilan yang ibu beri kemarin. Kamu terlalu lelah akhir-akhir ini. Kamu harus meminumnya dengan teratur. Tiga bulan pertama itu masih penting. "

Baru Jovitasari ingin berbicara, tetapi Rita telah berdiri dan menuju ke dapur.

Karena Rita mulai berbicara tentang masa lalu tadi, Michael dan Nusrini sudah masuk ke kamar mereka masing-masing, hanya Jovitasari yang duduk di sana di ruang tamu.

Dia melihat langit yang gelap di luar jendela, dan tampaknya malam ini sangat gelap.

"Sanfiko , maaf ..."

Hatinya sedih, dan sangat tidak nyaman.

"Sini, Jovitasari, minumlah selagi panas, aku sudah menambahkan sedikit gula, tidak pahit sama sekali."

"Bu, ini ..."

"Ini adalah obat yang kemarin ibu cari seharian, obat ini diracik oleh pembuat obat tradisional terkenal untuk menjaga kandunganmu. Kamu sudah sangat lelah selama dua hari ini, dan tidak cukup beristirahat. Kamu bisa menahannya, tetapi bayi di perutmu tidak bisa. Ibu sudah berpengalaman, minum sajalah. "

Jovitasari memandangi mangkuk obat tradisional itu, ia merasa tidak bisa meminum nya.

"Bu, tunggu dulu sebentar baru kuminum. Aku akan menelepon Sanfiko . Dia sendirian di malam hari ..."

"Tidak perlu menelpon."

Ketika Rita mendengar bahwa Jovitasari akan menelepon Sanfiko, secara otomatis ia langsung marah.

"Kalau begitu aku tidak mau minum."

"Jovitasari, aku melakukan ini untuk kebaikanmu, tidak mungkin ibu mencelakakanmu bukan?"

"Bu, Sanfiko sendirian di luar."

Rita berdiri dengan marah dan berkata, "Kalau begitu kamu minum dulu obat ini, baru aku akan membiarkanmu meneleponnya. Kamu ini benar benar!"

Begitu Jovitasari mendengar ibunya lepas, ia tersenyum dan berkata, "Bu, Sanfiko benar-benar telah melakukan banyak hal untuk keluarga kita. Bisakah ibu tidak berprasangka buruk terhadapnya lain kali, bisakah keluarga kita baik-baik bersama?"

"Jika bukan karena anak ini, aku benar-benar ... ahh, lupakan saja, kali ini ibu benar-benar salah, tidak seharusnya ibu mengambil barang Sanfiko sembarangan, apalagi membuatnya rusak besok ibu akan meminta maaf padanya”

"Bu, aku tahu kamu paling mengerti."

Ketika Jovitasari mendengar ibunya mengatakan ini, untuk sementara waktu dia merasa senang.

"Cepatlah minum, jangan sampai dingin ..."

Jovitasari mengangguk.

Dua hari ini ia benar-benar sangat lelah, dia memang merasa sedikit tidak nyaman.

Ia mengambil mangkuk obatnya, Jovitasari menutup hidungnya dan menuangkan mangkuk obat itu ke mulutnya ...

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu