Menunggumu Kembali - Bab 343 Aku Sudah Terbiasa Memasak

Penang.

Hari ini suasana di Penang agak suram, yang membuat orang sulit bernapas.

Rita yang sedang ketakutan duduk di sofa rumah lama dengan badan gemetaran.

Begitu juga dengan Nusrini, dia masuk ke kamarnya dan tidak berani keluar.

Meskipun Michael dan Jovitasari dikejutkan dengan pembunuhan secara tiba-tiba dan sengit yang dilakukan oleh Sanfiko, tapi mereka tidak setakut Rita dan Nusrini ketika mendengar nama Sanfiko saja tubuh mereka gemetaran.

Terlebih lagi Rita dia sama sekali tidak tahu kenapa dirinya bisa sampai sini.

“Baiklah, Rita, kamu makan ini.”

Saat ini Michael meletakkan kotak makan siang di atas meja, dan duduk di samping istrinya lalu menenangkannya.

Dia juga tahu bahwa serangan secara tiba-tiba yang dilakukan oleh Sanfiko secara alami menakuti RIta.

“Michael, coba kamu katan apakah Sanfiko akan mencariku dan memberi pelajaran, dulu aku memperlakukannya seperti itu, dan aku menghancurkan semua peninggalan dari ibunya, lalu aku merusak kotak kayu itu, aku...”

“Aku takut, bagaimana jika Sanfiko membalas dendam padaku?”

Pada saat ini, Michael menghela nafas panjang, lalu perlahan menepuk pundak Rita dan berkata: “Aku percaya bahwa Sanfiko tidak akan seperti itu, bagaimanapun kamu juga adalah ibunya? Selain itu, jika Sanfiko kembali, kamu harus menempatkan sikapmu dengan baik, pertama-tama, kamu harus minta maaf kepadanya ya...”

Rita segera menganggukan kepala.

“Aku minta maaf, harus minta maaf, Michael, aku takut… coba kamu katakana siapa Sanfiko sebenarnya, mengapa dia begitu kuat? Itu adalah Nona dari keluarga Long, Sanfiko membunuhnya, apakah, apakah tidak takut masuk penjara?”

Ketika Jovitasari sedang membersihkan dapur, mendengar ini, dia segera berjalan keluar dari dapur.

Meskipun keluarga tidak banyak membicarakan masalah ini sejak mereka kembali di pagi hari, tapi inilah yang paling ditakuti oleh Jovitasari.

Harus tahu bahwa Sanfiko langsung membunuh Nona dari keluarga Long.

Lalu ada begitu banyak orang yang ditembak, ini masalah besar, begitu banyak orang yang meninggal, apa yang harus dilakukannya, jika Sanfiko ditangkap dan masuk penjara?

“Ayah… apakah Sanfiko bisa…”

Pada saat ini Michael perlahan-lahan menggelengkan kepalanya.

“Kalian lupakan apa yang terjadi dengan hari ini, karena Sanfiko berani melakukan ini, dia akan baik-baik saja, baiklah, jangan terlalu banyak berpikir. Rita, kamu segera makan. Jovitasari, bawa makanan ini ke kamar Nusrini...”

Jovitasari menganggukan kepala.

Meskipun dia berkata seperti ini, tapi suasana di keluarga masih sangat tertekan, Rita kepikiran dengan adegan tadi pagi dan dia merasa sekujur tubuhnya lemas dan kepalanya pusing, Sanfiko yang berdiri di samping mayat menatapnya.

Dan Jovitasari juga duduk di sofa pada sore hari, meskipun TV menyala, tapi tidak ada yang menonton sama sekali, makanan yang ada di meja menjadi dingin, tidak ada orang yang memakannya.

Akhirnya pada saat jam 6 sore, pintu terbuka.

Beberapa orang itu melihat pintu yang terbuka, mereka semua gemetaran, Jovitasari segera berdiri, sementara Rita dan Nusrini segera bersembunyi di belakang Michael.

Sanfiko membuka pintu, lalu mengganti sepatunya.

Dia membawa banyak makanan di tangannya.

“Ayah ibu, kalian semua di rumah ya!”

Senyum Sanfiko masih sama dengan Sanfiko sebelumnya yang membeli sayuran setiap sore.

“Sanfiko…”

Jovitasari melihat Sanfiko yang berdiri di pintu, dia masih berpakaian dengan model yang sederhana, dia membawa plastik besar berisi sayuran dan buah-buahan di tangannya, sementara Jovitasari merasa kebingungan, namun Jovitasari segera berlari ke arah Sanfiko, tanpa menunggu Sanfiko memakai sepatu dengan benar, Jovitasari segera memeluk Sanfiko.

Pada saat itu, Jovitasari tidak bisa mengatakan apa-apa, semua kekhawatiran dan keraguannya berubah menjadi air mata, dan semuanya mengalir.

“Kenapa menangis?”

Saat berbicara, Sanfiko dengan lembut membungkukkan tubuhnya ke depan, sehingga Jovitasari dapat memeluknya lebih erat.

“Aku, aku pikir kamu tidak akan kembali.”

Memang benar pada hari ini, Jovitasari khawatir dan banyak pikiran di dalam benaknya, bagaimanapun ayahnya mengatakan kepadanya bahwa Sanfiko bukan orang biasa dan mungkin tidak akan tinggal lama di Penang, mungkin… tentu saja Jovitasari juga tahu bahwa semuanya telah berubah sejak Sanfiko masuk ke villa Xiangjiang property dengan membawa wanita berpakaian kulit misterius pagi tadi.

Seharian hari Jovitasari tidak memikirkan makan, dia terus mengingat setiap tiga tahun terakhir ini, dia mengelus perutnya, dia tahu bahwa dirinya tidak akan ditinggalkan oleh Sanfiko sekarang, dia telah terintegrasi dengan Sanfiko, jika Sanfiko tiba-tiba menghilang dari hadapannya, maka dia tidak akan tahu bagaimana menjalani kehidupan selanjutnya…

Sanfiko perlahan meletakkan ikan yang ada di tangannya, kemudian perlahan mengulurkan tangan untuk mengelus rambut putih panjang yang bersandar di bahunya.

“Bagaimana bisa, kamu adalah istriku, dan ini adalah keluargaku, apapun yang terjadi, semua ini tidak dapat diubah, kalian semua adalah saudaraku.”

Saat berbicara Sanfiko perlahan mengulurkan tangan untuk menyeka air mata Jovitasari.

“Baiklah, yang menangis akan menjadi anak kucing keci, tunggu bentar ya, aku mau memasak.”

Saat berbicara Sanfiko berjongkok dan membawa barang belanjaannya, tetapi saat ini Jovitasari dengan cepat menyeka matanya, dan berjongkok untuk mengambil ikan yang baru saja diletakkan oleh Sanfiko.

“Aku yang bawa sini…”

Melihat Jovitasari yang menangis, Sanfiko perlahan mengangguk dan berjalan menuju ruang tamu dengan membawa barang belanjaan.

Pada saat ini, Michael menyentuh Rita, Rita secara alami tahu apa maksud suaminya, tetapi dia tidak tahu mengapa sekarang dia merasa bingung dan kakinya lemah ketika dia melihat Sanfiko.

“Ituu, Sanfiko… ibu saja yang masak, kamu duduk saja dan istirahat…”

Ketika Sanfiko berjalan ke ruang tamu, Rita hampir tersandung karena kakinya lemas, wajahnya tersenyum dan menatap Sanfiko lalu berkata dengan tergesa-gesa.

Sanfiko perlahan-lahan menatap ibu mertuanya yang dahinya berkeringat dingin, dia segera tersenyum dan berkata: “Bu, tidak apa-apa, aku terbiasa memasak, kalian duduk dan menonton TV sana, aku akan segera memasak.”

Saat berbicara Sanfiko tidak mempedulikan Rita, dia langsung berjalan ke dapur dengan membawa sekantong besar barang belanjaan.

Masuk ke dapur, pertama-tama Sanfiko mencuci buah.

“Jovitasari, tolong bawa buah itu dulu dan berikan kepada mereka, aku pikir kalian tidak makan siang yang enak hari ini.”

Jovitasari membawa buah-buahan itu, dan melihat Sanfiko yang berdiri di depannya dengan senyuman, mengenakan pakaian sederhana, saat ini Jovitasari melihat bahwa tiga tahun kemudian selalu berada di sampingnya, tetapi Sanfiko yang sangat diperlukan.

“Sanfiko…”

“Iya…”

Tepat ketika Sanfiko berbalik, Jovitasari berdiri berjinjit, mencium pipi Sanfiko, lalu keluar dengan membawa buah dengan wajah yang memerah…

Melihat penampilan centil Jovitasari yang melarikan diri dari dapur, Sanfiko mulai memasak dengan tersenyum.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu