Menunggumu Kembali - Bab 52 Bawa Pulang Guci Abu Jenazah ke kota Maharayu

Orang - orang yang berada di tempat kejadian sedikit kebingungan.

Saat ini Palo juga sedang melihat ke anak muda yang berpakaian biasa berjalan langkah demi langkah kearahnya, raut matanya merasa sangat tidak pantas.

Di matanya, Sanfiko hanya seorang rakyat jelata kota Penang, juga tidak percaya seorang rakyat jelata kota Penang berani untuk melawannya.

"Sanfiko, sudah seperti ini, kamu masih berlagak apa..."

Saat ini Nusrini juga tidak tahu kenapa, dalam hatinya masih ada sedikit khawatir, bagaimanapun Sanfiko juga adalah orang yang sudah tinggal di rumah mereka selama tiga tahun, tidak bisa menghindari satu sama lain, meskipun betapa dia tidak suka, tapi saat ini juga takut dibunuh mati oleh orang disini.

Dan Billy yang berada tidak jauh malah mengambil keuntungan saat semua pandangan sedang berpusat di Sanfiko, dengan pelan bergerak hingga pintu keluar, hanya tunggu saat sudah bertindak maka dia akan kabur.

Situasi hari ini, dia sama sekali tidak memprediksinya sebelumnya.

Awalnya hari ini dia sedang bermimpi enak mabuk bersama Jovitasari, bahkan kamar mewah hotel bintang lima sudah dia pesan, kamera juga sudah dipasang di tempat, tinggal menunggu Jovitasari yang mabuk datang ke hotel untuk bersenang semalaman, tapi malah tidak terpikir terjadi begitu banyak perubahan.

"Kak, kamu bilangin dia, dia itu sedang mencari masalah, apa sampah ini ingin membahayakan kita bersama ?"

Nusrini melihat perkataannya sama sekali tidak di dengar Sanfiko dan tetap berjalan kearah Palo, dan saat ini beberapa anak buah di samping Palo juga dengan cepat sampai di sampingnya, orang - orang ini melihat Sanfiko seperti melihat orang bodoh.

Dan saat ini Jovitasari yang sedang duduk di kursi putar di depan meja bar, satu tangannya menahan di meja bar, sepasang mata mabuk yang samar melihat punggung Sanfiko, di saat ini tiba - tiba merasakan, Sanfiko yang sekarang memberikan rasa aman yang cukup padanya, meskipun dalam hatinya takut Sanfiko tertimpa masalah, tapi dia malah tidak mau mengganggu Sanfiko yang saat ini, karena dari awal sampai akhir Jovitasari percaya Sanfiko adalah pria yang dapat menyelamatkan dirinya dari bahaya.

Tiga tahun yang lalu iya, sekarang juga iya.

Meskipun dia tidak melakukan apa - apa, meskipun dia hanya cuci baju dan membuat makanan di rumah, tapi asalkan dia bertemu dengan bahaya, dia akan tidak peduli dengan segala hal, bahkan akan membahayakan nyawa untuk menjaganya.

Pria seperti ini di sisinya, meskipun banyak orang yang tidak menyetujui, tiba - tiba bergosip dengan hubungan mereka, dia juga merasa pantas.

"Tadi aku sudah memberimu kesempatan, membiarkanmu memilih cara untuk mati ? tapi sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi !"

Sanfiko berdiri di hadapan Palo yang gemuk, dengan santai melihat Palo dan berkata.

"Bangsat, sialan kamu ini memang ingin mati, baik, maka aku mengabulkan..."

Bruk !

Akan tetapi kali ini Sanfiko tidak memberikan Palo kesempatan, langsung dengan kakinya tiba - tiba menyepak mulut Palo yang sedang berbicara.

Orang - orang yang berada di tempat kejadian langsung dengan raut mata yang terkejut, Palo dengan begini langsung terbang keluar, tubuh yang hampir 100 kg tersebut hanya dengan satu tendangan Sanfiko langsung terbang hampir tiga sampai empat meter dan menabrak dengan keras pintu mobil yang Sanfiko bawa masuk, saat ini baru terbentur keras dan jatuh di lantai.

"Kak Palo..."

Melihat adegan ini , anak buah Palo yang tadi datang untuk menjaganya baru bereaksi, langsung dengan kecepatan yang cepat berlari kearah Palo yang bersandar di lantai.

Saat ini Palo sangat menyedihkan, saat dibantu angkat oleh dua anak buah, sebuah jejak kaki yang besar di wajah yang besar, mulut dan hidungnya terus mengalir darah yang tidak berhenti, kelihatannya giginya banyak yang putus, saat membuka mulut, dalam sesaat semuanya jatuh di lantai, tidak mudah untuk berbicara.

Akan tetapi sekarang kedua mata Palo penuh dengan benci, melihat Sanfiko di hadapannya, menahan sakit dan berkata : "Bunuh... bunuh.. dia !"

Suara yang bimbang dan bergetar, saat berbicara, air mata juga keluar.

Beberapa anak buah yang mengelilingi Palo langsung asal mengambil botol alkohol, ada beberapa yang langsung mengeluarkan golok pisau yang tajam dan berlari kearah Sanfiko.

Melihat adegan ini, Danny juga tidak banyak peduli lagi, langsung dalam sesaat Hero membawa orang dan berlari ke sisi Sanfiko, dalam waktu yang singkat dua gerombolan berkumpul bersama.

Dan Sanfiko yang sekarang tanpa banyak kata dan wajah tanpa ekspresi, melangkah satu demi satu langkah ke Palo yang dengan tidak gampang dibantu angkat oleh dua orang dan bersandar di pintu mobil.

Bruk bruk bruk...

Sangant jelas dengan Danny masuk dalam pertarungan, orang - orang Palo dengan cepat langsung ditahan semuanya.

Dan sekarang Sanfiko barusan berjalan sampai di hadapan Palo.

Melihat adegan ini, jangan bilangkan Palo, Nusrini dan Vina yang terus meringkuk mereka sangat terkejut.

Terutama Nusrini.

Harus diketahui, Sanfiko dimatanya selalu sampah yang hanya bisa cuci baju dan masak di rumah, tidak ada keinginan untuk melakukan lebih baik, dan juga tidak perlu bilang di situasi seperti ini masih bisa melangkah dengan berani, benar - benar hanya cerita fantasi.

Tapi Sanfiko yang barusan malah memberi satu tendangan hingga terbang pada Palo yang datang dari kota Maharayu.

Nusrini langsung teringat dengan malam suatu hari sebelumnya, diirnya ditahan oleh beberapa berandalan, seharusnya Sanfiko muncul, saat dia bangun, dia sudah berada di rumah...

Jangan - jangan, kakak iparnya beneran bisa berantam ?

Sekarang tangan Palo memegang pintu mobil dengan erat, kemudian satu tangannya lagi menutupi hidungnya yang berdarah.

Seluruh tubuhnya yang sakit membuatnya sangat marah, tapi anak muda uang terlihat biasa tapi rupanya berani melawannya berjalan ke sisinya lagi.

Sangat aneh, Palo merasakan takut.

"Danny, sialan kamu beraninya memukul orangku ? apa kamu tidak takut dengan balas dendamku ? aku beritahu kamu, kedatanganku kali ini, tuan Erwin yang menyuruhku datang, kamu lebih baik segera bunuh anak ini, kalau tidak..."

Tidak ada cara, Palo tahu kali ini takutnya Danny dan anak ini sudak benci, tidak senang, hanya bisa mengeluarkan bos kota Maharayu tuan Erwin

Mengatakan nama orang ini, hampir sekota Sumedang tahu orang ini, dan yang lebih penting, bahkan Aji pun termasuk bawahan tuan erwin.

Setelah Danny mendengar kali ini kedatangan Palo adalah karena utusan tuan erwin , tanpa sadar mengkerutkan alis sedikit, dalam hatinya berpikir takutnya masalah ini harus segera memberitahu kak Aji.

Tapi Sanfiko tidak peduli, di matanya, Palo yang di hadapannya sudah menjadi orang mati.

Meskipun Sanfiko orang yang berpenampilan rendah, gampang bicara, tapi itu dibangun pada kondisi tidak menyinggungnya, tapi dengan Sanfiko yang sekarang, Jovitasari adalah sisiknya, tidak bisa disentuh ataupun diancam.

seperti sisik naga jika kamu menyentuh sisiknya maka yang ada hanyalah kematian.

Oleh karena itu Sanfiko barusan tidak peduli asal datang orang di hadapannya, meskipun bos besar yang datang dari kota Yanjing, Sanfiko juga tidak akan peduli, orang yang harus mati tetap harus mati.

Dan untuk konsekuensi, Sanfiko beneran tidak peduli.

Melihat Sanfiko yang melangkah lagi, Danny yang berdiri di samping langsung berjalan ke hadapan Sanfiko, tapi disaat dia barusan mau buka mulut, malah langsung dipotong oleh Sanfiko.

"Awalnya aku pikir biarkan kamu dan lepaskan kamu, tapi sekarang aku berubah pikiran."

Sanfiko sama sekali tidak melihat Danny sedikit pun, kemudian dengan kuat menendang pertengahan antara kedua kaki Palo yang besar.

"Kamu..."

Mata Palo yang sipit langsung terbuka dengan besar, kedua lubang hidung mengalir darah yang segar.

"Serahkan padamu !"

"Tuan..."

Danny barusan mau memanggil tuan Sanfiko, tapi Sanfiko malah memberi sebuah pandangan mata danny langsung menarik kembali apa yang mau diucapkannya. Selanjutnya Sanfiko dengan suara ringan berbisik di telinga Danny : "bawa pulang guci abu jenazahnya dan serahkan ke tuan erwin !"

Ha ?

Danny mendengar perkataan ini, seluruh tubuhnya langsung bergetar, hampir tidak ada suara untuk memanggil.

Dan disaat dia masih berpikir mengatakan apa, Sanfiko sudah menggendong Jovitasari yang sudah bersandar mabuk di meja bar.

"Ayo jalan..."

Berjalan ke depan Nusrini dan Vina, Sanfiko berkata denga ringan.

"Ha ?"

Saat ini dua berandalan yang dibawa Danny sudah membuka jaket dan memberikannya kepada mereka berdua.

Mengejutkan Nusrini dan segera mengucapkan terima kasih.

Sampai akhirnya keluar dari "bar Sensasi " lalu naik taksi, Nusrini masih tetap dalam kejutan.

Saat terpikir dengan sifat Sanfiko yang berani, sangat berbeda dengan biasanya di rumah, tiba - tiba tanpa sadar merasakan orang yang berada di sisinya ini sedikit kasar. Dan juga sangat jelas, Sanfiko sangat kenal dengan berandalan seperti Danny, kalau tidak orang lain tidak mungkin dengan gampang membiarkan mereka pergi...

Tapi ketika melihat dia memeluk kakak yang mabuk duduk dibelakang mobil, dia seperti memikirkan sesuatu tapi tidak berani tanya.

Tapi dia pasti harus mengerti dengan jelas, kenapa Sanfiko yang penakut bisa tiba - tiba berubah.

Apa benar - benar murni karena cinta ?

Tapi dia yang mengenal berandalan - berandalan besar itu, bagaimana menjelaskannya...

Di satu sisi, setelah Sanfiko dan beberapa orang pergi, Danny barusan berjalan ke hadapan Palo, kemudian berjongkok dan berkata : "Kali ini aku juga tidak bisa membantumu."

"Bangsat, Danny, kamu tunggu aku, masalah ini tidak akan selesai dengan begini.. aku..."

Sekarang Palo sangat kesakitan, sangat susah untuk berbicara.

Dia tahu sekarang dirinya sudah kalah sepenuhnya, tapi dia bersumpah dalam hatinya, setelah pulang ke kota Maharayu akan segera membawa orang ke kota Penang dan mencari orang ini lalu membunuhnya, meskipun Danny sialan, dia juga akan membunuhnya bersama.

"Hehe, tentu saja masalah ini tidak akan selesai dengan begini saja."

"Hero, Wendy, kalian bawa kak Palo ke mobil."

Saat berkata, kedua orang langsung datang ke kak Palo yang sangat kesakitan dan berlutut di lantai, dan langsung mengangkatnya.

"Danny, kamu.. kamu sialan masih mau apa, kamu.. ahh.."

Danny menggeleng : "Sebelumnya aku sudah memperingatkanmu, haduu, kak Palo, takutnya hari ini kamu harus berakhir disini, yang kamu singgung itu tuan Sanfiko, dia sudah bilang biarkan aku melakukannya sendiri, membawakan abumu dan menyerahkannya pada tuan erwin di kota Maharayu."

"Ha ? sialan, Danny, kamu berani meyentuhku, kamu tahu tidak..."

Danny sekarang tidak ingin mendengar ini, mengayunkan tangan dan berbalik badan kemudian mengeluarkan telepon dan menelepon Aji, masalah ini benar - benar masalah yang besar, dia harus melaporkannya kepada kak Aji

"Kak Aji..."

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu