Menunggumu Kembali - Bab 228 Bahaya yang mengintai dalam kegelapan

Adegan ini datang terlalu cepat.

Darah itu dengan sekejap menyebar.

Bos berandal yang kedua matanya terbuka mengulurkan tangannya. Dengan sulit dipercaya, dia memutarkan bola matanya. Kemudian ketika didepan mata menggelap, seluruh manusia kehilangan vitalitasnya.

Ketika berbunyi pukkk jatuh langsung ke tanah, beberapa berandal yang berada di belakang baru saja melintas pergi, dan pada saat yang sama, senter yang ada di tangan mereka menerangi sosok bayangan yang langkah demi langkah keluar dari tempat gelap itu.

Darah mewarnai cahaya yang di senter ketanah. Cahaya dengan darah merah itu seketika membuat beberapa orang di tempat tegang. Kedua nata tertuju pada tempat di mana cahaya perlahan menyala.

Seorang lelaki kurus berbaju hitam perlahan keluar dari kegelapan. Dia mengenakan topi bambu yang membuat wajahnya tidak terlihat oleh orang, tetapi pisau panjang dan tipis yang penuh dengan darah di tangannya membuat beberapa berandal ketakutan.

Di saat ini, Yusdi yang wajahnya berlumuran darah gemetaran tanpa henti. Dia belum pernah bertemu orang seperti ini sebelumnya. Melihat gangster yang berbaring di tanah itu, hampir seluruh lehernya jatuh. Dia tiba-tiba memalingkan kepalanya lagi, bersandar di satu sisi dan menyusut menjadi bola. Dengan wajah ketakutan memandang pria bertopi bambu berbaju hitam berjalan selangkah demi selangkah melewatinya.

"Kamu ... Siapa kamu?"

Berandal yang memegang lampu senter itu mengumpulkan keberanian untuk bertanya.

Pria bertopi bambu berbaju hitam dengan perlahan mengangkat kepalanya dan menatap keempat orang itu yang tatapan matanya ketakutan. Tiba-tiba, dia tersenyum, dan menunjukkan mulutnya yang penuh dengan taring putih seperti ular berbisa.

Ah!

Disaat keempat berandal berteriak, mengaggetkan untuk berbalik untuk melarikan diri.

Cihhh...

Ah…

Huh huh…

Terlalu cepat, Pisau yang panjang dan tipis disaat ini hampir berubah menjadi kilauan cahaya, dan langsung melewati keempat berandal ini. Dan yang terakhir ada sesuatu langsung menusuk jantung dari belakang.

Huh!

Darah menyembur keluar, lampu senter tiba-tiba terjatuh ke tanah. Di dalam kesamaran bisa melihat wajah pria bertopi bambu yang wajahnya membuat orang bisa mimpi buruk dalam sekejap.

Pria itu mengambil sehelai kain hitam dan mengelap bersih darah pada pedang panjang dan tipis di tangannya satu per satu. Kemudian dia datang ke Yusdi, yang sudah ketakutan dan gemetaran oleh adegan ini.

Di saat ini, Yusdi melihat si pembunuh datang ke arahnya. Tiba-tiba seluruh tubuh gemetar dan ingin bangkit dan melarikan diri, tetapi dia tidak punya kekuatan sama sekali dari awal.

"Kamu ... Jangan datang ke sini … Kamu ... aku bukan satu geng sama mereka … aku ..."

Disaat ini, Yusdi berbicara pun tidak henti-hentinya bergetar.

Meskipun Yusdi penuh dengan kebencian di dalam hatinya, bahkan sekarang dia telah menjadi keluarga yang hancur dan bisa dikatakan sudah tidak punya apa-apa lagi, tapi dia masih takut akan kematian. Pria berwajah sangat aneh dan mengenakan topi bambu didepannya ini membuat hatinya sangat ketakutan.

Ancaman kematian membuat dirinya kebingungan.

"Yusdi, siapa yang menyuruhmu kabur?"

Pada saat ini, seorang pria paruh baya keluar dari gang yang gelap. Matanya penuh penghinaan, tetapi ketika Yusdi melihat pria itu, wajahnya tiba-tiba berubah.

"Tolong aku, tolong aku … aku ... aku ..."

Pada saat ini, Yusdi belum mengatakan sepatah kata pun. Tiba-tiba lehernya langsung dicekam oleh pria bertopi ini.

Tiba-tiba Yusdi hanya merasa seluruh tubuhnya tegang, dan keringat dingin sudah mengalir tanpa henti.

"Bagaimana pertimbanganmu tentang syarat-syarat Nona Long?"

Pria paruh baya itu sama sekali tidak memandang Yusdi sekejap mata, melainkan sambil berjalan sambil bertanya.

"Aku ... aku ... Setuju, niat …… Asal bisa balas dendam, membunuh sih sampah Sanfiko Chen, apapun itu aku akan bersedia melakukannya!"

Yusdi mencekam tangan besarnya pria bertopi itu seperti tang sambil menjawab dengan suara serak.

Pria paruh baya yang berada di sebelah mayat seorang berandal tersenyum remeh dan mengangguk.

Prakkk!

Ah!

Uhuk uhuk…...

Pria bertopi berbaju hitam itu melepaskan tangannya dan berbalik tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk mengikuti pria paruh baya itu.

Yusdi tidak tahan terbatuk dan tersungkur ke tanah, kedua matanya penuh dengan ketakutan.

"Ayo pergi. Disini cepat ditemukan oleh orang. Jika kamu tidak ingin ditangkap, maka pergilah bersama kami."

Yusdi mengangguk dengan tergesa-gesa. Disaat ini, dia secara alami tidak ada keraguan apapun, karena dia tidak punya jalan keluar selain mengikuti pria paruh baya berpakaian hitam ini. Jika dia tinggal di sini, dia hanya akan mati lebih cepat!

Meskipun dia telah bertemu dengan nona misterius dari keluarga Long di kota Yanjing sebelumnya, tapi dia tidak bisa membayangkan bahwa Sanfiko Chen adalah tuan muda dari keluarga Chen di kota Yanjing. Meskipun sepertinya Sanfiko Chen hanyalah seorang putra terbuang dari keluarga Chen dari mulut wanita muda misterius ini, tapi meskipun demikian itu juga anggota keluarga Chen di kota Yanjing.

Ingin membalas dendam, sekarang tampaknya hanya berpartisipasi dalam eksperimen yang dikatakan Nona dari keluarga Long. Meskipun sekarang dia tidak tahu percobaan apa itu, tapi tidak peduli bagaimanapun Yusdi tidak bisa tersentak, pokoknya semua pasti mati. Jika Sanfiko Chen dia bisa membunuh musuhnya sebelum dia mati, itu sangat layak.

Mengikuti dibelakang pria bertopi berbaju hitam yang aneh itu, seluruh tubuh Yusdi gemetar. Hatinya tertelan oleh hawa dingin di malam yang begitu gelap.

Malam yang panjang dan sinar rembulan yang lembut.

Setelah menunggu Jovita Sari pergi tidur, Sanfiko Chen baru duduk. Dia perlahan memakai jaket dan berjalan ke meja rias. Pada saat itu, kebetulan sinar rembulan terpapar di depan meja rias dari samping jendela, membuat punggung Sanfiko terlihat lebih kurus.

Mengulurkan tangan dengan perlahan mengambil kotak cendana itu dari bawah meja rias, kotak itu tidak besar, tapi Sanfiko Chen membukanya dengan hati-hati.

Didalam kotak tidak ada benda lain sama sekali, hanya ada sesuatu yang terlihat sangat kuno, tetapi pengerjaan kalungnya sangat indah. Gelang itu semakin transparan di bawah sinar rembulan yang mneyinarinya, dan diantaranya seperti ada bayangan samar dalam pembiasan cahaya.

Itu adalah wanita paruh baya yang memakai pakaian kerja, rambut sepanjang bahu dan memakai kacamata setengah bingkai. Tersenyum kepada Sanfiko Chen. Pada saat itu, Sanfiko Chen duduk di sana dan tersenyum tipis. Tanpa sadar, bayangan yang dipantulkan oleh cahaya bulan perlahan menghilang disaat gelang giok yang berputar mengikutinya.

Pada saat itu, mata Sanfiko Chen basah.

Dia bukan orang yang emosional, tetapi disaat ini, emosi tidak memberinya pilihan.

Sejak kecil, orang yang Sanfiko Chen cintai, kecuali paman kedua yang tidak tahu di mana dia sekarang, harus menghitung ibunya yang telah meninggalkannya.

"Bu, menurutmu apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika aku terus menetap di Penang, apakah aku bisa melukai Jovitasari dan mereka?"

Sanfiko Chen juga tidak tahu apa yang terjadi belakangan ini. Selalu merasa gelisah. Dia selalu merasa seperti ada masalah besar yang akan terjadi, tetapi dia tidak ingin itu terjadi.

Di Penang, ia menjalani kehidupan yang damai, tanpa keluarga yang saling membohonghi dan tanpa ketakutan yang tidak diketahui.

Ada yang hanya kehidupannya yang tenang dan biasa-biasa saja, ada yang hanya memiliki kehidupan yang bahagia dengan istri mereka.

Tetapi sejak kemunculan Isabella Long beberapa bulan yang lalu, Sanfiko Chen telah mengetahui bahwa hidupnya yang bahagia tidak akan bertahan lama, karena selalu ada beberapa orang yang tidak akan melepaskan dirinya, dan selalu ada beberapa orang yang tidak ingin membiarkan dirinya terus hidup, jadi yang disebut tunangan dari keluarga Long menemukan dirinya.

Seorang wanita yang pernah menurunkan reputasinya di depan seluruh kalangan kelas atas Yanjing, Sanfiko Chen dari awal sudah tidak memiliki perasaan kepadanya. Meskipun awalnya pernikahan diatur, juga hanyalah kontrak antara kedua keluarga, tetapi hanya demi untuk laboratorium ibunya yang berharga itu.

Tetapi begitu ibunya meninggal, laboratoriumnya menghilang dalam waktu satu malam, termasuk mayat ibunya.

Sejak saat itu, orang-orang ini tampaknya menunjukkan cakar dan gigi mereka yang ganas.

"Sanfiko, jika suatu hari kamu harus menghadapi kematian, aku harap kamu tidak akan menyerah pada satu-satunya kesempatan hidup!"

"Sanfiko, jika kamu masih hidup setelah tembakan ini, kamu harus meninggalkan kota Yanjing dan jangan pernah kembali lagi!"

"Sanfiko, ada beberapa hal yang akan diselidiki dengan jelas oleh paman kedua. Hal-hal ini dari awal tidak ada hubungannya denganmu. Sejak itu kamu dengan keluarga Chen tidak ada hubungannya lagi. Pergilah ke kehidupanmu sendiri dan tinggalkan kota Yanjing, tempat yang bermasalah ini!"

...

Sanfiko Chen diakhir hanya ingat belakang punggungnya paman kedua.

Saat itu, dia diangkut oleh truk besar dan berangkat untuk melakukan perjalanan jauh dari kota Yanjing. Si Calvin Paman keduanya yang secara pribadi mengantarnya ke mobil. Ingatan terakhirnya hanya berhenti pada paman keduanya yang memegang lehernya dan berkata dengan penuh kasih sayang, "tidurlah, dengan tidur sejenak akan meninggalkan kota Yanjing."

Setelah dihari itu meninggalkan kota Yanjing, Sanfiko Chen tidak pernah kembali lagi.

Dengan perlahan menyimpan gelang giok kuno itu, Sanfiko Chen mengunci ulang kembali kotak kayu itu.

"Paman kedua, awalnya aku pikir aku mendengarkanmu untuk tidak kembali lagi ke kota Yanjing, tidak pergi untuk memprovokasi orang-orang sebelumnya, tetapi sekarang tampaknya mustahil, karena aku semakin merasa mungkin mereka sedang mengintai di suatu tempat yang tidak jauh dariku."

Meskipun itu hanya perasaan, tetapi Sanfiko Chen selalu percaya pada perasaannya sendiri.

Sejak kemunculan Isabella Long, Sanfiko Chen selalu waspada, tapi setelah kemunculan Arivin, sekarang Bang Naga, Erwin terus menerus muncul……Sanfiko Chen tahu bahwa wanita ini, Isabella Long, pasti datang dengan beberapa tujuan tersembunyi, dan targetnya adalah dirinya sendiri!

"Paman kedua, di mana kamu? Bagaimana kabarmu sekarang?"

Berdiri di depan meja rias, sinar rembulan yang dingin, dan menyinari bayangan Sanfiko Chen yang sangat kabur melalui jendela……

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu