Menunggumu Kembali - Bab 32 Air Mata Yang Seperti Turunnya Air Hujan

Jovitasari yang baru meninggalkan rumah sakit dan pergi kekantor, hatinya tetap tidak merasa tenang.

Beberapa hari ini karena ayah ibu dan adik perempuan Nusrini tidak ada dirumah, dia dan Sanfiko berdua dirumah hidup dengan hangat.

Setiap hari dia bangun karena panggilan sarapan pagi yang menggoda.

Mata sapi berbentu hati, bubur dengan telur awet yang menyehatkan lambung.

Saat keluar dirumah diantar untuk naik taxi.

Siang hari bisa menggunakan ponsel menyuruh diriku makan tepat waktu, tidak terlalu lelah dan istirahat sore sebentar.

Karena takut ada yang membuat gosip dikantor, dia tidak lagi menjemputku pulang kerja, tetapi saat sampai dirumah, dimeja sudah dipenuhi dengan segala sayur yang disukainya.

Malam hari dengan cepat membereskan kamar dan menyuruh ku tidur awal.

Apalagi kemarin, Jovitasari padahal sudah tahu bahwa dirinya terperangkap, Albet Saputra malah menggunakan siasat buruk untuk menahan diriku ditempat karaoke, dalam penglihatan yang kabur, dia sepertinya melihat Sanfiko Chen yang masuk tanpa memedulikan segalanya.

Bagaimana cara dia membawaku menyerbu keluar kemarin?

Semua ini Jovitasari belum sempat bertanya.

Kejadian yang terjadi dirumah sakit tadi membuat Jovitasari merasa dia bukanlah seorang istri yang cocok.

Sebagai istri dari Sanfiko Chen, bukankah dia harus percaya padanya?

Tetapi diriku…..

Teringat aku ditahan oleh 2 orang polisi yang kekar itu dilantai yang dingin.

Kepala yang berdarah karena tendangan ibu, darah yang mengalir memenuhi wajah.

Disalah pahami oleh orang lain, tetapi dia tidak pernah menjelaskannya sama sekali.

Dan kemudian pergi kesemua tempat mencarinya, tetapi tidak menemukan Sanfiko Chen.

Ditelepon juga tidak diangkat.

Sepertinya dia pun tidak tahu bagaimana dirinya bisa dari rumah sakit ke kantor.

“Manager Jovita….. manager Jovita…..”

Saat Jovitasari sedang memikirkan kembali semua kenangan itu, dia semakin tidak tahan dengan air matanya lagi.

Tiba-tiba dihentikan oleh sebuah suara.

Dia dengan sibuk mengulurkan tangannya menyeka air matanya, lalu menjawab: “Ada apa?”

“Manager Jovitasari….. itu…..”

Sebagai karyawan tua Industri Sorgum Sanjaya, Vina yang selalu berada disisi Michael mengurus seluruh urusan kantor, pastinya dia juga paling tahu tentang semua yang terjadi di Industri Sorgum Sanjaya, dan juga kecelakaan mobil pagi hari juga sudah terdengar, justru karena inilah dia membantu mengurus semua masalah.

“Bibi Vina, katakan lah, apakah ada yang terjadi lagi dipabrik?”

Bibi Vina menganggukkan kepalanya.

“Awalnya Industri Cakra Surya menggunakan biaya yang tinggi menarik beberapa karyawan inti kita, lalu membuat kita tergesa-gesa karena waktu di beberapa pesanan ini, tetapi baru saja, ahli pembuat anggur dipabrik kita…… meminta untuk mundur juga.”

“Apa, kenapa mereka begitu? Apakah gaji yang kita beri tidak cukup untuk mereka? Dan mereka juga karyawan tua di Insustri Sorgum Sanjaya, apakah mereka tidak takut pada pelanggaran perjanjian?”

Bisa dikatakan jika keluarnya karyawan bawahan, sebenarnya tidak masalah, dan tidak ada pengaruh yang terlalu besar terhadap pabrik bir.

Tetapi jika ahli pembuat bir yang mundur, maka sudah berbeda lagi.

Mereka adalah ahli yang sering berhubungan dengan inti pabrik.

Pelayanan untuk mereka malahan lebih tinggi daripada pengurus yang jabatannya tinggi, dan pastinya orang seperti ini sangatlah sedikit.

“Aih, manager Jovitasari, kamu juga tahu keadaan Industri Sorgum Sanjaya sekarang, menurut mereka pesanan ini adalah pesanan terakhir di Industri Sorgum Sanjaya, dan juga Industri Cakra Surya sekarang sedang melonjak tinggi, mereka sudah merebut orang kita secara gila-gilaan, dan semua ahli itu adalah…..”

“Lagipula semua orang juga susah jika digoda dengan uang.”

“Apakah mereka….. tidak tahu dengan hukum?”

Jovitasari menjadi sangat panik, kenapa mesti disaat ini terjadi kejadian dipabrik bir.

Sebenarnya bukan hanya karyawan yang bisa berpikir begitu, Jovitasari juga memiliki pemikiran begitu, walaupun merek Industri Sorgum Sanjaya masih ada, tetapi pesanan mereka sebenarnya sudah hampir kosong, dan yang tersisa hanyalah 4sampai 5 pesanan saja.

Dan juga walaupun sisa 4 sampai 5 pesanan saja, takutnya juga tidak sempat diproduksi lagi.

“master Zhou memberitahuku, mereka juga tidak bisa bebuat apapun, Industri Cakra Surya mengeluarkan gaji yang lebih tinggi 3 kali lipat dari harga kita, dan juga jikapun berjalan kejalur hukum, mereka pun tidak perlu membayarnya, semua akan ditanggung oleh Industri Cakra Surya, yang kutakutkan hanyalah…..”

Vina belum sempat mengatakannya.

Jovitasari tersenyum pahit: “Aih, memang sungguh realitis, dunia ini adalah dunia uang.”

“Pohon tumbang, maka pengikutnya juga akan bubar, teringat dulu saat Industri Sorgum Sanjaya membuat mereka terbebas dari kemiskinan, memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan bekerja, terakhir….. bibi Vina, kamu jujur lah, kapan kamu pergi?”

Jovitasari berdiri menatap didepan bibi Vina.

“Dikatakan sampai sana, aku tidak akan pergi, kecuali Industri Sorgum Sanjaya sudah tidak ada lagi!”

Bibi Vina dengan lembut bertanya: “Manager Jovitasari, ayah kamu sudah gimana sekarang?”

“Ayah….. tidak masalah lagi, hanya saja sementara mungkin tidak bisa menyelesaikan masalah ini.”

……

Rumah Sakit Rakyat Kota Penang.

Didalam kamar pasien.

“Sanfiko Chen, kamu pasti sengaja mencelakaiku, padahal kamu tahu wajahku terluka, masih saja memberiku makan kecap.”

Saat berbicara, Nusrini yang duduk ditempat tidur langsung duduk tegak, lalu melemparkan sebuah kotak yang dipenuhi dengan daging babi rebus kearah Sanfiko Chen.

“Sanfiko Chen, aku merasa aku tidak ada hutang padamu, kamu adalah penyebab penderitaan!”

Sambil berkata, Rita memberikan Nusrini tissue.

“Kamu juga tidak bilang tidak mau kecap! Lagipula daging babi rebus memang ada kecap didalamnya…..”

Sanfiko Chen menahan segala emosinya

“Kamu pasti ingin mencelakaiku, lalu merusah tampilanku membuat ku berbekas!”

“Ibu, lihatlah dia masih melawan, dia itu sengaja!”

Sanfiko Chen melihat bibi muda yang sedang nangis, dan emosi dalam hatinya.

“Aku…..”

Piak!

Sanfiko Chen baru mau berbicara, malahan langsung ditampat oleh Rita.

“Sanfiko Chen, Nusrini sedang masih opname dirumah sakit karena terluka, apakah kamu tidak bisa berpikir jika makan kecap bisa meninggalakan bekas luka, apakah kamu tidak tahu?”

“Ibu….. aku…..”

Sanfiko chan dengan sabar mengalah dengan ibu anak ini.

“Jangan panggil aku ibu, aku tidak punyak anak sial seperti kamu, kamu adalah pembawa sial. Jika bukan karena kamu, apakah kita bisa diusir oleh ibu keluar dari keluarga Bai? Masalah kamu menunda Jovitasari kita tidak bahas lagi, sekarang malah memikirkan ide untuk mencelakai Nusrini, apa yang kamu rencanakan!”

“Pergilak kamu, pergi, aku tidak ingin melihatmu lagi, pergilah sejauh mungkin!”

Sambil mengatakannya, Rita langsung menarik Sanfiko Chen keluar dari kamar pasian dan menutup pintu.

Nusrini yang sedang duduk diatas tempat tidur, wajahnya seperti sedang bersenyum ria.

Menurutnya Sanfiko Chen adalah mainan yang bisa sembarangan dimainkan dan dibully.

Kadangkala dia berpikir, kenapa kakaknya yang begitu cantik harus dihalangi oleh orang tidak berguna ini. Semakin memikirkannya semakin emosi, jadi dalam hati dia bersumpah untuk membuat kakaknya cerai dengan orang tidak berguna ini.

Tidak peduli Alber Saputra ataupun Billy yang baru muncul, semua lumayan baik.

Paling tidak mereka adalah anak orang kaya yang memiliki kekuasaan dan uang.

Dia juga bisa ikut mendapatkan keuntungannya sedikit, tidak seperti sekarang malu jika dibahas.

Teringat malam disaat diriku mabuk, Sanfiko Chen dengan pemaksaan menarikku pulang dan menggendong ku.

Tetapi teringat gaya Sanfiko Chen yang tidak berguna itu, membuatnya semakin emosi!

Seakan-akan seperti mendapat hinaan yang banyak.

Sanfiko Chen tidak berhenti didepan pintu kamar pasien, diusir keluar juga bagus,

Dia melihat ternyata sudah siang hari, dia tahu hari ini Jovitasari pasti sangat sibuk, dan belum makan siang, jadi dia langsung beli sebuah nasi dengan telur tumis tomat lalu naik kereta listrik ke Industri Sorgum Jaya.

Didalam kantor Industri Sorgum Jaya.

“Aih, Jovitasari, bukan aku berkata sial, jika Industri Sorgum Jaya diteruskan begitu saja, takutnya tidak bisa bertahan dalam sebulan. Aku Vina yang sudah 20an tahu bekerja di Industri Sorgum Jaya, aku tidak ingin Industri ini hangus begitu saja.”

“Tapi bibi Vina, coba kamu katakan apa yang bisa kita lakukan untuk sekarang?”

Jovitasari juga ingin mengubah keadaan sekarang, tetapi keadaan Industri Sorgum Jaya sekarang sedang krisis, jadi mana mungkin bisa begitu gampang.

“Sekarang hanya ada 2 cara.”

“Yang pertama adalah membiarkan keluarga Bai mengurusnya, aku yakin dipenang ini, kekuatakn keluarga Bai akan mengubah semua keadaan ini, lalu bertarung dengan Industri Cakra Surya!

“Dan juga secepatnya mencari perusahaan kuat yang bisa membantu memberikan modal, lalu membuat produk baru…..”

Vina berkata hingga aku tidak tahu harus berkata apa.

Industri Sorgum Sanjaya sekarang, apa masih bisa mendapatkan dana dari orang lain?

Sungguh tidak masuk akal, kecuali otak pihak donasi bermasalah.

Jadi, sebenarnya hanya ada 1 jalan yang terpampang didepan Jovitasari.

Tetapi kerja keras ayah selama ini.

Jovitasari jelas jika ayah sudah tahu, dia rela Industri Sorgum Sanjaya hangus dan tidak memberinya kepada keluarga.

“Bibi Vina, kamu keluar sebentar, aku ingin sendirian!”

Bibi Vina tampaknya masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak mengatakannya.

Dia menganggukkan kepalanya dan meninggalkan kantor.

Disaat Jovitasari mau menangis dimeja kantor, depan matanya tiba-tiba datang seseorang yang sangat tidak asing.

Sanfiko yang terdapat noda darah dengan senyuman berjalan kemari.

“Sanfiko, kenapa kamu datang?”

Sanfiko Chen dengan pelan bersenyum, lalu berjalan kesisinya membuka kotak makanan yang dibawanya dan berkata: “Aku datang dan tidak melihat ada satpam dibawah, jadi aku naik saja. Aku tidak mengganggu mu bekerja kan?”

“Aku tahu kamu belum makan, cepat sini, ini adalah telur tumis tomat yang paling kamu sukai, ada terong rebus, tetapi karena waktunya sangat sedikit, jadi aku tidak memasaknya, tetapi masakan restoran ini lumayan bagus, sebelumnya aku juga pernah makan sekali dengan beberapa teman satpam ku.”

Kali ini Jovitasari duduk disana, melihat seorang pria yang keningnya dibungkus perban, dia tersenyum lalu membereskan sayurnya dan membersihkan alat makan.

Hatinya tiba-tiba merasa kehangatan dan menangis seperti turunnya air hujan…

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu