Menunggumu Kembali - Bab 57 kamu menyukainya itu sudah cukup

"Jovitasari, ada apa denganmu, apa kamu demam? Bagaimana bisa kamu mengatakan sebuah omong kosong?"

Pada saat yang sama, Rita menatap putrinya dengan terkejut.

" Itu benar, kak, kontrak yang bahkan tidak bisa dibicarakan oleh ayah kedua itu tentu sulit untuk dibicarakan, dan kamu pikir pasti ada orang lain di Penang yang ingin bernegosiasi, mungkin ada hubungannya dengan itu. ... kita tidak punya kesempatan sama sekali ... "

Meskipun Nusrini adalah manusia iblis, dia juga tahu bahwa kontrak besar ini umumnya sulit untuk dinegosiasikan.

Apalagi saat ini, industri anggur Sanjaya yang sedang berantakan.

Michael menatap putrinya yang sudah sangat baik sejak kecil, ia tidak bisa berbohong.

" Jovitasari, apa yang baru saja kamu katakan ..."

Keagungan wajah Michael, meskipun Michael selalu mendengarkan istrinya Rita di rumah, tetapi dia sangat serius dalam bisnis, terutama masalah Industri Anggur Sanjaya.

Meskipun sekarang Industri Anggur Sanjaya harus diserahkan kepada keluarganya supaya dapat selamat dari krisis.

Tetapi ia sangat memperhatikan Industri Anggur Sanjaya, bahkan di atas meja operasi, ia masih memikirkan berbagai strategi.

Dan lagi kecelakaan mobil ini. Michael bukan orang bodoh, dia tahu itu tidak sesederhana itu, tetapi dia tidak bisa mengatakannya karena dia tidak punya bukti dan dia tidak tahu siapa yang melakukannya.

"Ayah, aku bilang aku memiliki kepercayaan diri 100% untuk membicarakan tentang kerja sama ini."

"Jika tidak percaya, yasudahlah!"

Setelah mengatakan itu, Jovitasari berbalik dan masuk ke kamar.

Tidak memberi kesempatan orang tua untuk berbicara.

"Anak ini ... baru tidak bertemu beberapa hari saja mengapa ia berubah menjadi seperti ini ..."

"Pasti kamu, apakah yang kamu bicarakan padanya?"

Melihat sikap Jovitasari, Rita emosinya langsung naik ke puncak kepala, lalu menunjuk ke Sanfiko dan mulai marah.

Sanfiko berdiri di sana tanpa berbicara, menatap pintu yang tertutup.

Mungkin seluruh keluarga Bai tidak akan percaya bahwa Jovitasari dapat menegosiasikan kontrak itu, hanya Sanfiko yang mempercayainya.

Pada siang hari, Jovitasari juga tidak keluar untuk makan, jadi ibu mertuanya langsung bicara di depan wajah Sanfiko untuk bercerai dengan Jovitasari. Sanfiko hanya tersenyum sedikit dan tidak menjawabnya. .

Pada sore hari, Jovitasari langsung memanggil Sanfiko dan keduanya pergi untuk membahas kontrak dengan Luiz.

Alasan mengapa Jovitasari bersikeras bahwa dia 100% yakin adalah karena Jovitasari telah bertelepon dengan Luiz saat memasuki rumah. Mungkin karena saat kemarin ia bertemu dengannya di Industri Anggur Sanjaya. Maka mereka berdua tidak berbicara begitu formal.

Luiz segera langsung untuk mempersilakan Jovitasari untuk mempersiapkan kontrak, kemudian bertemu dan akan berbicara secara rinci.

Justru karena ini, hati Jovitasari merasa bahwa teman sekelas suaminya Sanfiko itu tidak mudah.

Namun, Jovitasari tidak menunjukkan ekspresinya itu, karena semuanya harus menunggu kontrak ditandatangani baru kesimpulan akhir dapat dibuat.

"Nusrini, ikut aku. Aku tidak bisa membiarkan Sanfiko menghancurkan saudaramu. Apa itu 100% pasti bisa, ia pikir sedang menjual sayur di pasar."

"Bu, aku tidak akan pergi!"

Nusrini berpikir bahwa Sanfiko bisa mengurusnya dengan baik, bagaimana jika dia benar-benar melakukan kesalahan, apa yang harus dilakukannya?

Meskipun dia tidak takut pada Sanfiko, dia tidak ingin melakukan pekerjaan sia-sia seperti itu.

"kamu ..."

"Sudahlah, biarkan mereka yang urus."

"Urus? Nusrini, kamu tidak tahu apa yang terjadi jika kita gagal dalam bernegosiasi, keluarga kita tidak akan memiliki apa-apa, lalu ke depan apa yang kita makan, dimana kita akan tinggal, aku masih berharap kelak akan tinggal di sebuah mansion ... "

"Salahkan Sanfiko, semua salahkan padanya, jika bukan karena nasib buruk yang dia bawa pada kita, keluarga kita tidak akan jadi seperti ini"

"Tidak, aku harus mengusirnya dari rumah kita!"

Satu sisi Michael bersandar di sofa, menghela nafas, dan tidak ingin memikirkan hal-hal buruk ini.

Sanfiko dan Jovitasari tidak tahu apa masalah yang terjadi di dalam rumah.

Tapi ada irang yang mengikuti mereka, tetapi bukan Nusrini.

Mengendarai motor listrik, Jovitasari duduk di belakang Sanfiko.

Keduanya merasa nyaman di bawah sinar matahari sore.

"Sanfiko, aku baru saja membuatmu merasa bersalah!"

Jovitasari tahu bahwa pasti ibunya mengoceh pada Sanfiko saat siang tadi.

Sanfiko menggelengkan kepalanya.

Dia tidak peduli tentang itu sejak lama.

Pada saat itu, sebuah mobil mewah melewatinya seperti embusan angin.

"Wow, Sanfiko, lihat, mobil itu sangat bagus ..."

Jovitasari tampaknya sangat bahagia hari ini. Meskipun masih ada sedikit kekhawatiran dan kegugupan, tetapi dengan telepon Luiz, dia merasa kerjasama ini bisa berhasil.

Jika kontrak ini berhasil, banyak masalah yang bisa diselesaikan.

"Apakah kamu menyukainya?"

"Tentu saja aku menyukainya. Ini Porsche keluaran baru, harganya sekitar satu miliar untuk keluaran terbaru”

"Oh, aku akan memberimu mobil itu sebentar lagi."

Sanfiko seperti dengan mudahnya mengatakan itu.

Jovitasari duduk di kursi belakang motor Sanfiko, mengulurkan tangannya dan memegang pinggang Sanfiko, dan ketika dia mendengar kalimat ini, dia memeluk pinggang Sanfiko dengan lembut.

"Oke, aku akan menunggumu memberikanku mobil itu. Di saat itu, aku harus mengendarainya setiap hari untuk bekerja agar orang rumah semua iri."

Sanfiko mengangguk, tidak berbicara.

Motor melaju jauh ke selatan di sepanjang jalan Binjiang.

Vila-vila mewah yang luas tidak jauh dari situ terlihat oleh mereka berdua.

Sanfiko sengaja memperlambat kendaraannya agar dapat melihat vila-vila mewah di perbukitan di kedua sisi perbatasan dengan Sungai Xiangjiang.

Aku harus mengakui bahwa Villa di dekat sungai XiangJiang memang salah satu tempat unik di Penang.

"Ibuku selalu ingin tinggal di sebuah vila, dan mengatakan bahwa selama hidupnya jika dia bisa tinggal di vila dekat Sungai Xiangjiang selama satu malam, dia pasti akan sangat senang."

Jovitasari tiba-tiba merasa sedih.

Sanfiko memandangi vila vila di puncak bukit tertinggi itu, tetapi dia tidak bisa melihatnya jelas karena ada di bawah sinar matahari.

Itu adalah vila yang diberikan Kevin Wijaya, tetapi Sanfiko sama sekali tidak tinggal satu malam sama pun disana. Sekarang kuncinya ada di dalam kotak di bawah tempat tidur di rumah.

" Jovitasari, asal kamu mau, jangankan villa, seluruh Penang pun, aku bisa membelinya untukmu!"

Ketika mengatakan ini, Sanfiko sangat serius.

Uh ...

"Sanfiko, kenapa kamu akhir-akhir ini, kamu telah belajar kata-kata manis. Aku tidak memerlukan villa maupun mobil mewah. Aku hanya ingin kamu memiliki pekerjaan dan bekerja keras setiap hari. Jangan hanya mencuci dan memasak di rumah. Buktikan pada Nusrini dan orangtua bahwa kamu bisa bekerja sangat keras, dan sukses, itu saja sudah cukup. "

Jovitasari mengulurkan tangan dan memeluk Sanfiko sambil bersandar di punggung Sanfiko.

"Jovitasari, aku bisa, dan aku akan bekerja keras di masa depan!"

Sanfiko berkata sambil mempercepat lajunya.

Jika bukan karena Isabella yang datang memintanya untuk kembali dan mengambil alih keluarga Chen, jika bukan karena Arivin yang menemukanku, jika Isabella tidak kembali untuk memberitahunya berita tentang saudara-saudaranya, Sanfiko mungkin masih bertahan dengan selama ini.

Untuk wanita di belakangnya, Sanfiko bersedia melakukan apa saja ... bahkan jika dia menginginkan seluruh kota Penang sekarang, dia akan menggunakan semua kekuatannya untuk mengubah kota Penang menjadi Kota Jovitasari.

"Um."

Jovitasari bersenandung, lalu menutup matanya perlahan.

Pikiranku muncul kembali, Setiap kali dia dalam bahaya, pria sederhana ini adalah orang pertama yang akan berdiri di depan nya.

Motornya berhenti di tempat yang disebut "Xiangjiang Famous Club" di daerah baru kota Penang.

"Apakah di sini?"

Sanfiko bertanya.

Jovitasari mengangguk.

" Jovitasari, aku tidak pergi bersamamu, aku akan menunggumu di sana."

Tentu saja, Sanfiko tidak bisa masuk. Dia menunjuk ke halte bus yang tidak jauh dari sana.

Jovitasari tampaknya melihat mata Sanfiko yang menghindar. Dia juga tahu Sanfiko pasti takut mempengaruhi negosiasi antara dirinya dengan tuan Luiz Lagi pula, Sanfiko juga berpakaian sangat santai.

Dalam hatiku ku bertekad, setelah masalah ini selesai, aku akan membelikan pakaian formal untuk Sanfiko.

"Jadi, oke ... mungkin akan memakan wajtu sedikit lebih lama."

"Tidak apa-apa, aku akan menunggumu di halte sana!"

Sanfiko tersenyum tipis.

saat itu juga, Jovitasari mengangguk, dan kemudian melihat Sanfiko mengendarai sepeda menuju stasiun bus yang tidak jauh dari sana, dan dia dengan cepat berjalan masuk ke club yang baru dibuka itu.

Setibanya di pintu, seorang pelayan berpakaian rapi memberi hormat.

"Apakah ini Nona Jovitasari?"

Jovitasari mengangguk, menunjukkan rasa hormat.

"Um, tuan Luiz telah menunggu lama, silakan ..."

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu